0 of 155 questions completed
Questions:
Selamat Datang di halaman Tryout UTBK!
TPS (Tes Potensi Skolastik)
Penalaran dan Literasi
DEMI KENYAMANAN DALAM MENGERJAKAN SOAL
✅ Pilih tempat dan waktu yang kondusif
✅ Pastikan koneksi internet lancar
✅ Jangan reload / refresh halaman
Klik TOMBOL di bawah ini untuk memulai:
You have already completed the quiz before. Hence you can not start it again.
Quiz is loading...
You must sign in or sign up to start the quiz.
You have to finish following quiz, to start this quiz:
Your time:
Time has elapsed
You have reached 0 of 0 points, (0)
(1) Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) kurang dari 6 bulan kerap menjadi perdebatan. (2) Berdasarkan rekomendasi WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), MPASI memang sebaiknya diberikan saat bayi berusia enam bulan. (3) Kendati demikian, Dokter Spesialis Anak, dr. Frieda Handayani Kawanto, SpA (K) memaparkan beberapa kondisi yang membuat bayi bisa mendapat MPASI lebih awal. (4) Kadang ada di usia 4 bulan, 5 bulan sudah diberikan MPASI. (5) Mungkin karena kecukupan ASI ibu kurang memadai. (6) Lalu dari segi postur, fisik, anak bayi sudah kuat untuk menahan kepala. (7) Dia juga sudah menunjukkan keinginan untuk makan. (8) Selain itu, dr. Frieda mengatakan alasan lainnya bisa karena kebutuhan untuk mengejar berat badan bayi, sehingga perlu diberikan MPASI. (9) Hal tersebut tentu perlu melalui konsultasi dengan dokter anak, terutama untuk melihat apakah Si Kecil sudah siap menerima MPASI.
(10) Seperti yang telah disinggung bahwa MPASI sebetulnya diberikan pada saat 6 bulan karena di usia tersebut, ASI saja sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi harian anak. (11) dr. Frieda pun menerangkan juga di usia 6 bulan, kebutuhan bayi sangat berkembang dan meningkat sehingga diperlukan MPASI untuk melengkapi ASI. (12) Di samping itu, sistem pencernaan bayi sudah dianggap siap menerima MPASI di usia 6 bulan. (13) dr. Frieda menambahkan, dalam mempersiapkan MPASI, Bunda harus memperhatikan kecukupan gizi Si Kecil. (14) Misalnya dengan memenuhi 200 kalori untuk bayi 6 bulan yang baru mulai MPASI. (15) Nutrisi itu ada makronutrien dan mikronutrien. (16) Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak sehat. (17) Sedangkan mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. (18) Semua sama pentingnya. (19) Namun pada bayi yang baru mendapat MPASI, yang ditekankan adalah lebih ke makronutrien, karena ketiganya sangat penting sebagai building block dan energi untuk membangun tubuh dan mencetak otak cerdas.
(20) Di samping ke 3 zat tadi, juga ditekankan pentingnya zat mineral, seperti zat besi, zinc, dan kolin. (21) Menurutnya, walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun zat tersebut memiliki peran esensial bagi tumbuh kembang buah hati, Bunda. (22) Zat besi juga penting untuk kecerdasan otak, fokus, konsentrasi, jadi memang esensial sekali. (23) Namun, tidak bisa dipungkiri, dalam mempersiapkan MPASI pertama bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi Bunda yang sudah mulai bekerja sehingga tidak punya banyak waktu untuk membuat MPASI bagi anak. (24) Berdasarkan panduan IDAI, bayi berusia 6 bulan memiliki kebutuhan zat besi harian sebesar 11 mg. (25) Sayangnya, MPASI buatan rumah saja tidak cukup karena si kecil perlu mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah banyak guna mendapatkan 11 mg zat besi setiap hari.
(26) Soal ini tidak perlu khawatir, Bunda bisa mempercayakan nutrisi Si Kecil pada MPASI yang sudah difortifikasi seperti SUN. (27) SUN hadir dengan rangkaian MPASI yang bergizi lengkap seimbang sebagai solusi untuk para Bunda yang bingung menyiapkan MPASI untuk bayi. (28) Diperkaya dengan Esenutri yang mengandung serat pangan inulin, zinc, zat besi, 11 vitamin, dan 6 mineral, sehingga baik untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sesuai tahapan usianya. (29) MPASI dari SUN terbuat dari bahan-bahan alami untuk melindungi kemurnian nutrisi yang diberikan oleh Bunda. (30) Adapun salah satu yang bisa dijadikan pilihan yaitu produk SUN Bubur Sereal 6+. (31) Teksturnya lembut dan diformulasikan untuk bayi berusia 6 bulan ke atas. (32) Bubur ini tinggi akan kandungan protein, 11 vitamin, dan 6 mineral, serta diperkaya dengan DHA & Kolin yang penting bagi perkembangan otak. (33) Sementara untuk bayi di atas 8 bulan bisa memilih SUN Bubur Lanjutan. (34) Bubur ini hadir dengan inovasi rice ball yang membuat tekstur bubur lebih padat dan kasar. (35) Cocok banget untuk Si Kecil yang sedang belajar mengunyah dan menggigit, Bunda. (36) Saat sedang quality time bersama buah hati, Bunda bisa berkreasi membuat camilan dengan biskuit SUN Marie Susu. (37) 3 keping biskuit ini memiliki kandungan kalsium yang setara dengan segelas susu. (38) Tidak hanya itu saja Bunda, biskuit SUN Marie Susu juga memiliki tekstur pas dan rasa yang enak, sehingga disukai buah hati.
Sumber: (Detikhealth.com)
Simpulan yang tepat untuk paragraf pertama adalah ….
(1) Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) kurang dari 6 bulan kerap menjadi perdebatan. (2) Berdasarkan rekomendasi WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), MPASI memang sebaiknya diberikan saat bayi berusia enam bulan. (3) Kendati demikian, Dokter Spesialis Anak, dr. Frieda Handayani Kawanto, SpA (K) memaparkan beberapa kondisi yang membuat bayi bisa mendapat MPASI lebih awal. (4) Kadang ada di usia 4 bulan, 5 bulan sudah diberikan MPASI. (5) Mungkin karena kecukupan ASI ibu kurang memadai. (6) Lalu dari segi postur, fisik, anak bayi sudah kuat untuk menahan kepala. (7) Dia juga sudah menunjukkan keinginan untuk makan. (8) Selain itu, dr. Frieda mengatakan alasan lainnya bisa karena kebutuhan untuk mengejar berat badan bayi, sehingga perlu diberikan MPASI. (9) Hal tersebut tentu perlu melalui konsultasi dengan dokter anak, terutama untuk melihat apakah Si Kecil sudah siap menerima MPASI.
(10) Seperti yang telah disinggung bahwa MPASI sebetulnya diberikan pada saat 6 bulan karena di usia tersebut, ASI saja sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi harian anak. (11) dr. Frieda pun menerangkan juga di usia 6 bulan, kebutuhan bayi sangat berkembang dan meningkat sehingga diperlukan MPASI untuk melengkapi ASI. (12) Di samping itu, sistem pencernaan bayi sudah dianggap siap menerima MPASI di usia 6 bulan. (13) dr. Frieda menambahkan, dalam mempersiapkan MPASI, Bunda harus memperhatikan kecukupan gizi Si Kecil. (14) Misalnya dengan memenuhi 200 kalori untuk bayi 6 bulan yang baru mulai MPASI. (15) Nutrisi itu ada makronutrien dan mikronutrien. (16) Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak sehat. (17) Sedangkan mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. (18) Semua sama pentingnya. (19) Namun pada bayi yang baru mendapat MPASI, yang ditekankan adalah lebih ke makronutrien, karena ketiganya sangat penting sebagai building block dan energi untuk membangun tubuh dan mencetak otak cerdas.
(20) Di samping ke 3 zat tadi, juga ditekankan pentingnya zat mineral, seperti zat besi, zinc, dan kolin. (21) Menurutnya, walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun zat tersebut memiliki peran esensial bagi tumbuh kembang buah hati, Bunda. (22) Zat besi juga penting untuk kecerdasan otak, fokus, konsentrasi, jadi memang esensial sekali. (23) Namun, tidak bisa dipungkiri, dalam mempersiapkan MPASI pertama bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi Bunda yang sudah mulai bekerja sehingga tidak punya banyak waktu untuk membuat MPASI bagi anak. (24) Berdasarkan panduan IDAI, bayi berusia 6 bulan memiliki kebutuhan zat besi harian sebesar 11 mg. (25) Sayangnya, MPASI buatan rumah saja tidak cukup karena si kecil perlu mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah banyak guna mendapatkan 11 mg zat besi setiap hari.
(26) Soal ini tidak perlu khawatir, Bunda bisa mempercayakan nutrisi Si Kecil pada MPASI yang sudah difortifikasi seperti SUN. (27) SUN hadir dengan rangkaian MPASI yang bergizi lengkap seimbang sebagai solusi untuk para Bunda yang bingung menyiapkan MPASI untuk bayi. (28) Diperkaya dengan Esenutri yang mengandung serat pangan inulin, zinc, zat besi, 11 vitamin, dan 6 mineral, sehingga baik untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sesuai tahapan usianya. (29) MPASI dari SUN terbuat dari bahan-bahan alami untuk melindungi kemurnian nutrisi yang diberikan oleh Bunda. (30) Adapun salah satu yang bisa dijadikan pilihan yaitu produk SUN Bubur Sereal 6+. (31) Teksturnya lembut dan diformulasikan untuk bayi berusia 6 bulan ke atas. (32) Bubur ini tinggi akan kandungan protein, 11 vitamin, dan 6 mineral, serta diperkaya dengan DHA & Kolin yang penting bagi perkembangan otak. (33) Sementara untuk bayi di atas 8 bulan bisa memilih SUN Bubur Lanjutan. (34) Bubur ini hadir dengan inovasi rice ball yang membuat tekstur bubur lebih padat dan kasar. (35) Cocok banget untuk Si Kecil yang sedang belajar mengunyah dan menggigit, Bunda. (36) Saat sedang quality time bersama buah hati, Bunda bisa berkreasi membuat camilan dengan biskuit SUN Marie Susu. (37) 3 keping biskuit ini memiliki kandungan kalsium yang setara dengan segelas susu. (38) Tidak hanya itu saja Bunda, biskuit SUN Marie Susu juga memiliki tekstur pas dan rasa yang enak, sehingga disukai buah hati.
Sumber: (Detikhealth.com)
Pernyataan yang sesuai dengan paragraf dua adalah ….
(1) Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) kurang dari 6 bulan kerap menjadi perdebatan. (2) Berdasarkan rekomendasi WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), MPASI memang sebaiknya diberikan saat bayi berusia enam bulan. (3) Kendati demikian, Dokter Spesialis Anak, dr. Frieda Handayani Kawanto, SpA (K) memaparkan beberapa kondisi yang membuat bayi bisa mendapat MPASI lebih awal. (4) Kadang ada di usia 4 bulan, 5 bulan sudah diberikan MPASI. (5) Mungkin karena kecukupan ASI ibu kurang memadai. (6) Lalu dari segi postur, fisik, anak bayi sudah kuat untuk menahan kepala. (7) Dia juga sudah menunjukkan keinginan untuk makan. (8) Selain itu, dr. Frieda mengatakan alasan lainnya bisa karena kebutuhan untuk mengejar berat badan bayi, sehingga perlu diberikan MPASI. (9) Hal tersebut tentu perlu melalui konsultasi dengan dokter anak, terutama untuk melihat apakah Si Kecil sudah siap menerima MPASI.
(10) Seperti yang telah disinggung bahwa MPASI sebetulnya diberikan pada saat 6 bulan karena di usia tersebut, ASI saja sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi harian anak. (11) dr. Frieda pun menerangkan juga di usia 6 bulan, kebutuhan bayi sangat berkembang dan meningkat sehingga diperlukan MPASI untuk melengkapi ASI. (12) Di samping itu, sistem pencernaan bayi sudah dianggap siap menerima MPASI di usia 6 bulan. (13) dr. Frieda menambahkan, dalam mempersiapkan MPASI, Bunda harus memperhatikan kecukupan gizi Si Kecil. (14) Misalnya dengan memenuhi 200 kalori untuk bayi 6 bulan yang baru mulai MPASI. (15) Nutrisi itu ada makronutrien dan mikronutrien. (16) Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak sehat. (17) Sedangkan mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. (18) Semua sama pentingnya. (19) Namun pada bayi yang baru mendapat MPASI, yang ditekankan adalah lebih ke makronutrien, karena ketiganya sangat penting sebagai building block dan energi untuk membangun tubuh dan mencetak otak cerdas.
(20) Di samping ke 3 zat tadi, juga ditekankan pentingnya zat mineral, seperti zat besi, zinc, dan kolin. (21) Menurutnya, walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun zat tersebut memiliki peran esensial bagi tumbuh kembang buah hati, Bunda. (22) Zat besi juga penting untuk kecerdasan otak, fokus, konsentrasi, jadi memang esensial sekali. (23) Namun, tidak bisa dipungkiri, dalam mempersiapkan MPASI pertama bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi Bunda yang sudah mulai bekerja sehingga tidak punya banyak waktu untuk membuat MPASI bagi anak. (24) Berdasarkan panduan IDAI, bayi berusia 6 bulan memiliki kebutuhan zat besi harian sebesar 11 mg. (25) Sayangnya, MPASI buatan rumah saja tidak cukup karena si kecil perlu mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah banyak guna mendapatkan 11 mg zat besi setiap hari.
(26) Soal ini tidak perlu khawatir, Bunda bisa mempercayakan nutrisi Si Kecil pada MPASI yang sudah difortifikasi seperti SUN. (27) SUN hadir dengan rangkaian MPASI yang bergizi lengkap seimbang sebagai solusi untuk para Bunda yang bingung menyiapkan MPASI untuk bayi. (28) Diperkaya dengan Esenutri yang mengandung serat pangan inulin, zinc, zat besi, 11 vitamin, dan 6 mineral, sehingga baik untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sesuai tahapan usianya. (29) MPASI dari SUN terbuat dari bahan-bahan alami untuk melindungi kemurnian nutrisi yang diberikan oleh Bunda. (30) Adapun salah satu yang bisa dijadikan pilihan yaitu produk SUN Bubur Sereal 6+. (31) Teksturnya lembut dan diformulasikan untuk bayi berusia 6 bulan ke atas. (32) Bubur ini tinggi akan kandungan protein, 11 vitamin, dan 6 mineral, serta diperkaya dengan DHA & Kolin yang penting bagi perkembangan otak. (33) Sementara untuk bayi di atas 8 bulan bisa memilih SUN Bubur Lanjutan. (34) Bubur ini hadir dengan inovasi rice ball yang membuat tekstur bubur lebih padat dan kasar. (35) Cocok banget untuk Si Kecil yang sedang belajar mengunyah dan menggigit, Bunda. (36) Saat sedang quality time bersama buah hati, Bunda bisa berkreasi membuat camilan dengan biskuit SUN Marie Susu. (37) 3 keping biskuit ini memiliki kandungan kalsium yang setara dengan segelas susu. (38) Tidak hanya itu saja Bunda, biskuit SUN Marie Susu juga memiliki tekstur pas dan rasa yang enak, sehingga disukai buah hati.
Sumber: (Detikhealth.com)
Pernyataan yang tidak sesuai dengan paragraf tiga adalah ….
(1) Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) kurang dari 6 bulan kerap menjadi perdebatan. (2) Berdasarkan rekomendasi WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), MPASI memang sebaiknya diberikan saat bayi berusia enam bulan. (3) Kendati demikian, Dokter Spesialis Anak, dr. Frieda Handayani Kawanto, SpA (K) memaparkan beberapa kondisi yang membuat bayi bisa mendapat MPASI lebih awal. (4) Kadang ada di usia 4 bulan, 5 bulan sudah diberikan MPASI. (5) Mungkin karena kecukupan ASI ibu kurang memadai. (6) Lalu dari segi postur, fisik, anak bayi sudah kuat untuk menahan kepala. (7) Dia juga sudah menunjukkan keinginan untuk makan. (8) Selain itu, dr. Frieda mengatakan alasan lainnya bisa karena kebutuhan untuk mengejar berat badan bayi, sehingga perlu diberikan MPASI. (9) Hal tersebut tentu perlu melalui konsultasi dengan dokter anak, terutama untuk melihat apakah Si Kecil sudah siap menerima MPASI.
(10) Seperti yang telah disinggung bahwa MPASI sebetulnya diberikan pada saat 6 bulan karena di usia tersebut, ASI saja sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi harian anak. (11) dr. Frieda pun menerangkan juga di usia 6 bulan, kebutuhan bayi sangat berkembang dan meningkat sehingga diperlukan MPASI untuk melengkapi ASI. (12) Di samping itu, sistem pencernaan bayi sudah dianggap siap menerima MPASI di usia 6 bulan. (13) dr. Frieda menambahkan, dalam mempersiapkan MPASI, Bunda harus memperhatikan kecukupan gizi Si Kecil. (14) Misalnya dengan memenuhi 200 kalori untuk bayi 6 bulan yang baru mulai MPASI. (15) Nutrisi itu ada makronutrien dan mikronutrien. (16) Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak sehat. (17) Sedangkan mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. (18) Semua sama pentingnya. (19) Namun pada bayi yang baru mendapat MPASI, yang ditekankan adalah lebih ke makronutrien, karena ketiganya sangat penting sebagai building block dan energi untuk membangun tubuh dan mencetak otak cerdas.
(20) Di samping ke 3 zat tadi, juga ditekankan pentingnya zat mineral, seperti zat besi, zinc, dan kolin. (21) Menurutnya, walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun zat tersebut memiliki peran esensial bagi tumbuh kembang buah hati, Bunda. (22) Zat besi juga penting untuk kecerdasan otak, fokus, konsentrasi, jadi memang esensial sekali. (23) Namun, tidak bisa dipungkiri, dalam mempersiapkan MPASI pertama bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi Bunda yang sudah mulai bekerja sehingga tidak punya banyak waktu untuk membuat MPASI bagi anak. (24) Berdasarkan panduan IDAI, bayi berusia 6 bulan memiliki kebutuhan zat besi harian sebesar 11 mg. (25) Sayangnya, MPASI buatan rumah saja tidak cukup karena si kecil perlu mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah banyak guna mendapatkan 11 mg zat besi setiap hari.
(26) Soal ini tidak perlu khawatir, Bunda bisa mempercayakan nutrisi Si Kecil pada MPASI yang sudah difortifikasi seperti SUN. (27) SUN hadir dengan rangkaian MPASI yang bergizi lengkap seimbang sebagai solusi untuk para Bunda yang bingung menyiapkan MPASI untuk bayi. (28) Diperkaya dengan Esenutri yang mengandung serat pangan inulin, zinc, zat besi, 11 vitamin, dan 6 mineral, sehingga baik untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sesuai tahapan usianya. (29) MPASI dari SUN terbuat dari bahan-bahan alami untuk melindungi kemurnian nutrisi yang diberikan oleh Bunda. (30) Adapun salah satu yang bisa dijadikan pilihan yaitu produk SUN Bubur Sereal 6+. (31) Teksturnya lembut dan diformulasikan untuk bayi berusia 6 bulan ke atas. (32) Bubur ini tinggi akan kandungan protein, 11 vitamin, dan 6 mineral, serta diperkaya dengan DHA & Kolin yang penting bagi perkembangan otak. (33) Sementara untuk bayi di atas 8 bulan bisa memilih SUN Bubur Lanjutan. (34) Bubur ini hadir dengan inovasi rice ball yang membuat tekstur bubur lebih padat dan kasar. (35) Cocok banget untuk Si Kecil yang sedang belajar mengunyah dan menggigit, Bunda. (36) Saat sedang quality time bersama buah hati, Bunda bisa berkreasi membuat camilan dengan biskuit SUN Marie Susu. (37) 3 keping biskuit ini memiliki kandungan kalsium yang setara dengan segelas susu. (38) Tidak hanya itu saja Bunda, biskuit SUN Marie Susu juga memiliki tekstur pas dan rasa yang enak, sehingga disukai buah hati.
Sumber: (Detikhealth.com)
Di bawah ini yang bukan merupakan kelebihan dari SUN MPASI adalah ….
(1) Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) kurang dari 6 bulan kerap menjadi perdebatan. (2) Berdasarkan rekomendasi WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), MPASI memang sebaiknya diberikan saat bayi berusia enam bulan. (3) Kendati demikian, Dokter Spesialis Anak, dr. Frieda Handayani Kawanto, SpA (K) memaparkan beberapa kondisi yang membuat bayi bisa mendapat MPASI lebih awal. (4) Kadang ada di usia 4 bulan, 5 bulan sudah diberikan MPASI. (5) Mungkin karena kecukupan ASI ibu kurang memadai. (6) Lalu dari segi postur, fisik, anak bayi sudah kuat untuk menahan kepala. (7) Dia juga sudah menunjukkan keinginan untuk makan. (8) Selain itu, dr. Frieda mengatakan alasan lainnya bisa karena kebutuhan untuk mengejar berat badan bayi, sehingga perlu diberikan MPASI. (9) Hal tersebut tentu perlu melalui konsultasi dengan dokter anak, terutama untuk melihat apakah Si Kecil sudah siap menerima MPASI.
(10) Seperti yang telah disinggung bahwa MPASI sebetulnya diberikan pada saat 6 bulan karena di usia tersebut, ASI saja sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi harian anak. (11) dr. Frieda pun menerangkan juga di usia 6 bulan, kebutuhan bayi sangat berkembang dan meningkat sehingga diperlukan MPASI untuk melengkapi ASI. (12) Di samping itu, sistem pencernaan bayi sudah dianggap siap menerima MPASI di usia 6 bulan. (13) dr. Frieda menambahkan, dalam mempersiapkan MPASI, Bunda harus memperhatikan kecukupan gizi Si Kecil. (14) Misalnya dengan memenuhi 200 kalori untuk bayi 6 bulan yang baru mulai MPASI. (15) Nutrisi itu ada makronutrien dan mikronutrien. (16) Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak sehat. (17) Sedangkan mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. (18) Semua sama pentingnya. (19) Namun pada bayi yang baru mendapat MPASI, yang ditekankan adalah lebih ke makronutrien, karena ketiganya sangat penting sebagai building block dan energi untuk membangun tubuh dan mencetak otak cerdas.
(20) Di samping ke 3 zat tadi, juga ditekankan pentingnya zat mineral, seperti zat besi, zinc, dan kolin. (21) Menurutnya, walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun zat tersebut memiliki peran esensial bagi tumbuh kembang buah hati, Bunda. (22) Zat besi juga penting untuk kecerdasan otak, fokus, konsentrasi, jadi memang esensial sekali. (23) Namun, tidak bisa dipungkiri, dalam mempersiapkan MPASI pertama bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi Bunda yang sudah mulai bekerja sehingga tidak punya banyak waktu untuk membuat MPASI bagi anak. (24) Berdasarkan panduan IDAI, bayi berusia 6 bulan memiliki kebutuhan zat besi harian sebesar 11 mg. (25) Sayangnya, MPASI buatan rumah saja tidak cukup karena si kecil perlu mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah banyak guna mendapatkan 11 mg zat besi setiap hari.
(26) Soal ini tidak perlu khawatir, Bunda bisa mempercayakan nutrisi Si Kecil pada MPASI yang sudah difortifikasi seperti SUN. (27) SUN hadir dengan rangkaian MPASI yang bergizi lengkap seimbang sebagai solusi untuk para Bunda yang bingung menyiapkan MPASI untuk bayi. (28) Diperkaya dengan Esenutri yang mengandung serat pangan inulin, zinc, zat besi, 11 vitamin, dan 6 mineral, sehingga baik untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sesuai tahapan usianya. (29) MPASI dari SUN terbuat dari bahan-bahan alami untuk melindungi kemurnian nutrisi yang diberikan oleh Bunda. (30) Adapun salah satu yang bisa dijadikan pilihan yaitu produk SUN Bubur Sereal 6+. (31) Teksturnya lembut dan diformulasikan untuk bayi berusia 6 bulan ke atas. (32) Bubur ini tinggi akan kandungan protein, 11 vitamin, dan 6 mineral, serta diperkaya dengan DHA & Kolin yang penting bagi perkembangan otak. (33) Sementara untuk bayi di atas 8 bulan bisa memilih SUN Bubur Lanjutan. (34) Bubur ini hadir dengan inovasi rice ball yang membuat tekstur bubur lebih padat dan kasar. (35) Cocok banget untuk Si Kecil yang sedang belajar mengunyah dan menggigit, Bunda. (36) Saat sedang quality time bersama buah hati, Bunda bisa berkreasi membuat camilan dengan biskuit SUN Marie Susu. (37) 3 keping biskuit ini memiliki kandungan kalsium yang setara dengan segelas susu. (38) Tidak hanya itu saja Bunda, biskuit SUN Marie Susu juga memiliki tekstur pas dan rasa yang enak, sehingga disukai buah hati.
Sumber: (Detikhealth.com)
Pernyataan yang mungkin benar menurut paragraf terakhir yaitu ….
(1) Sepertiga hidup kita dihabiskan untuk tidur, di antaranya melibatkan mimpi atau bunga tidur. (2) Manusia memang memiliki kecenderungan untuk segera melupakan mimpi. (3) Apabila seseorang dibangunkan pada saat yang tepat, kemungkinan besar dapat mengingat mimpi tersebut. (4) Saat kita tertidur, tidak semua wilayah otak menjadi offline pada waktu yang bersamaan. (5) Para peneliti telah menemukan salah satu daerah yang paling terakhir tidur bernama hippocampus. (6) Hippocampus adalah bagian dari sistem limbik dan berperan pada kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan. (7) Jika hippocampus adalah bagian otak yang terakhir tidur, bisa jadi hippocampus menjadi yang terakhir bangun. (8) Saat bangun, kita mengingat mimpi dalam jangka pendek, tetapi karena hippocampus belum sepenuhnya bangun, otak tidak dapat menyimpan ingatan itu. (9) Beberapa data menunjukkan bahwa (selama beberapa tahap tidur) hippocampus mengirimkan informasi ke korteks, tetapi tidak menerima apapun. (10) Komunikasi searah ini akan memungkinkan pengiriman memori dari hippocampus ke korteks otak untuk penyimpanan jangka panjang, tetapi informasi baru (ingatan mimpi) tidak akan dicatat oleh hippocampus.
(11) Saat bangun, otak mungkin membutuhkan setidaknya 2 menit untuk memulai kemampuan penyandian memori. (12) Pola tidur pada 18 orang yang melaporkan mengingat mimpi mereka hampir setiap hari dan 18 orang lainnya yang jarang mengingat mimpi dengan jelas. (13) Mereka menemukan bahwa dibandingkan orang dengan ingatan mimpi yang rendah, orang yang dapat mengingat mimpinya kembali dengan ingatan kuat cenderung lebih sering bangun di malam hari. (14) Ketika kita terbangun di tengah malam, kita bisa mengingat mimpi. (15) Hal ini berlangsung rata-rata 2 menit untuk ingatan tinggi, sedangkan 1 menit untuk ingatan rendah. (16) Kemampuan penyandian ingatan baru yang buruk selama tidur juga terkait dengan perubahan tingkat dua neurotransmitter, asetilkolin, dan noradrenalin, yang sangat penting untuk mempertahankan ingatan.
(17) Saat kita tertidur, asetilkolin dan noradrenalin turun drastis. (18) Kemudian, sesuatu yang aneh terjadi saat kita memasuki tahap tidur rapid eye movement (REM), yaitu tempat mimpi paling jelas terjadi. (19) Pada tahap ini, asetilkolin kembali ke tingkat terjaga, tetapi noradrenalin tetap rendah. (19) Peningkatan asetilkolin menempatkan korteks dalam keadaan terangsang, mirip dengan terjaga, sementara noradrenalin rendah mengurangi kemampuan kita untuk mengingat petualangan mimpi kita selama ini. (20) Tips untuk meningkatkan daya ingat mimpi seperti minum air sebelum tidur, karena hal ini akan membuat kita terbangun di malam hari untuk menggunakan kamar mandi.
Pernyataan yang mungkin benar dengan paragraf tiga adalah ….
(1) Sepertiga hidup kita dihabiskan untuk tidur, di antaranya melibatkan mimpi atau bunga tidur. (2) Manusia memang memiliki kecenderungan untuk segera melupakan mimpi. (3) Apabila seseorang dibangunkan pada saat yang tepat, kemungkinan besar dapat mengingat mimpi tersebut. (4) Saat kita tertidur, tidak semua wilayah otak menjadi offline pada waktu yang bersamaan. (5) Para peneliti telah menemukan salah satu daerah yang paling terakhir tidur bernama hippocampus. (6) Hippocampus adalah bagian dari sistem limbik dan berperan pada kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan. (7) Jika hippocampus adalah bagian otak yang terakhir tidur, bisa jadi hippocampus menjadi yang terakhir bangun. (8) Saat bangun, kita mengingat mimpi dalam jangka pendek, tetapi karena hippocampus belum sepenuhnya bangun, otak tidak dapat menyimpan ingatan itu. (9) Beberapa data menunjukkan bahwa (selama beberapa tahap tidur) hippocampus mengirimkan informasi ke korteks, tetapi tidak menerima apapun. (10) Komunikasi searah ini akan memungkinkan pengiriman memori dari hippocampus ke korteks otak untuk penyimpanan jangka panjang, tetapi informasi baru (ingatan mimpi) tidak akan dicatat oleh hippocampus.
(11) Saat bangun, otak mungkin membutuhkan setidaknya 2 menit untuk memulai kemampuan penyandian memori. (12) Pola tidur pada 18 orang yang melaporkan mengingat mimpi mereka hampir setiap hari dan 18 orang lainnya yang jarang mengingat mimpi dengan jelas. (13) Mereka menemukan bahwa dibandingkan orang dengan ingatan mimpi yang rendah, orang yang dapat mengingat mimpinya kembali dengan ingatan kuat cenderung lebih sering bangun di malam hari. (14) Ketika kita terbangun di tengah malam, kita bisa mengingat mimpi. (15) Hal ini berlangsung rata-rata 2 menit untuk ingatan tinggi, sedangkan 1 menit untuk ingatan rendah. (16) Kemampuan penyandian ingatan baru yang buruk selama tidur juga terkait dengan perubahan tingkat dua neurotransmitter, asetilkolin, dan noradrenalin, yang sangat penting untuk mempertahankan ingatan.
(17) Saat kita tertidur, asetilkolin dan noradrenalin turun drastis. (18) Kemudian, sesuatu yang aneh terjadi saat kita memasuki tahap tidur rapid eye movement (REM), yaitu tempat mimpi paling jelas terjadi. (19) Pada tahap ini, asetilkolin kembali ke tingkat terjaga, tetapi noradrenalin tetap rendah. (19) Peningkatan asetilkolin menempatkan korteks dalam keadaan terangsang, mirip dengan terjaga, sementara noradrenalin rendah mengurangi kemampuan kita untuk mengingat petualangan mimpi kita selama ini. (20) Tips untuk meningkatkan daya ingat mimpi seperti minum air sebelum tidur, karena hal ini akan membuat kita terbangun di malam hari untuk menggunakan kamar mandi.
Pernyataan yang pasti salah dengan paragraf dua adalah ….
(1) Sepertiga hidup kita dihabiskan untuk tidur, di antaranya melibatkan mimpi atau bunga tidur. (2) Manusia memang memiliki kecenderungan untuk segera melupakan mimpi. (3) Apabila seseorang dibangunkan pada saat yang tepat, kemungkinan besar dapat mengingat mimpi tersebut. (4) Saat kita tertidur, tidak semua wilayah otak menjadi offline pada waktu yang bersamaan. (5) Para peneliti telah menemukan salah satu daerah yang paling terakhir tidur bernama hippocampus. (6) Hippocampus adalah bagian dari sistem limbik dan berperan pada kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan. (7) Jika hippocampus adalah bagian otak yang terakhir tidur, bisa jadi hippocampus menjadi yang terakhir bangun. (8) Saat bangun, kita mengingat mimpi dalam jangka pendek, tetapi karena hippocampus belum sepenuhnya bangun, otak tidak dapat menyimpan ingatan itu. (9) Beberapa data menunjukkan bahwa (selama beberapa tahap tidur) hippocampus mengirimkan informasi ke korteks, tetapi tidak menerima apapun. (10) Komunikasi searah ini akan memungkinkan pengiriman memori dari hippocampus ke korteks otak untuk penyimpanan jangka panjang, tetapi informasi baru (ingatan mimpi) tidak akan dicatat oleh hippocampus.
(11) Saat bangun, otak mungkin membutuhkan setidaknya 2 menit untuk memulai kemampuan penyandian memori. (12) Pola tidur pada 18 orang yang melaporkan mengingat mimpi mereka hampir setiap hari dan 18 orang lainnya yang jarang mengingat mimpi dengan jelas. (13) Mereka menemukan bahwa dibandingkan orang dengan ingatan mimpi yang rendah, orang yang dapat mengingat mimpinya kembali dengan ingatan kuat cenderung lebih sering bangun di malam hari. (14) Ketika kita terbangun di tengah malam, kita bisa mengingat mimpi. (15) Hal ini berlangsung rata-rata 2 menit untuk ingatan tinggi, sedangkan 1 menit untuk ingatan rendah. (16) Kemampuan penyandian ingatan baru yang buruk selama tidur juga terkait dengan perubahan tingkat dua neurotransmitter, asetilkolin, dan noradrenalin, yang sangat penting untuk mempertahankan ingatan.
(17) Saat kita tertidur, asetilkolin dan noradrenalin turun drastis. (18) Kemudian, sesuatu yang aneh terjadi saat kita memasuki tahap tidur rapid eye movement (REM), yaitu tempat mimpi paling jelas terjadi. (19) Pada tahap ini, asetilkolin kembali ke tingkat terjaga, tetapi noradrenalin tetap rendah. (19) Peningkatan asetilkolin menempatkan korteks dalam keadaan terangsang, mirip dengan terjaga, sementara noradrenalin rendah mengurangi kemampuan kita untuk mengingat petualangan mimpi kita selama ini. (20) Tips untuk meningkatkan daya ingat mimpi seperti minum air sebelum tidur, karena hal ini akan membuat kita terbangun di malam hari untuk menggunakan kamar mandi.
Simpulan yang tepat untuk teks di atas adalah ….
(1) Sepertiga hidup kita dihabiskan untuk tidur, di antaranya melibatkan mimpi atau bunga tidur. (2) Manusia memang memiliki kecenderungan untuk segera melupakan mimpi. (3) Apabila seseorang dibangunkan pada saat yang tepat, kemungkinan besar dapat mengingat mimpi tersebut. (4) Saat kita tertidur, tidak semua wilayah otak menjadi offline pada waktu yang bersamaan. (5) Para peneliti telah menemukan salah satu daerah yang paling terakhir tidur bernama hippocampus. (6) Hippocampus adalah bagian dari sistem limbik dan berperan pada kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan. (7) Jika hippocampus adalah bagian otak yang terakhir tidur, bisa jadi hippocampus menjadi yang terakhir bangun. (8) Saat bangun, kita mengingat mimpi dalam jangka pendek, tetapi karena hippocampus belum sepenuhnya bangun, otak tidak dapat menyimpan ingatan itu. (9) Beberapa data menunjukkan bahwa (selama beberapa tahap tidur) hippocampus mengirimkan informasi ke korteks, tetapi tidak menerima apapun. (10) Komunikasi searah ini akan memungkinkan pengiriman memori dari hippocampus ke korteks otak untuk penyimpanan jangka panjang, tetapi informasi baru (ingatan mimpi) tidak akan dicatat oleh hippocampus.
(11) Saat bangun, otak mungkin membutuhkan setidaknya 2 menit untuk memulai kemampuan penyandian memori. (12) Pola tidur pada 18 orang yang melaporkan mengingat mimpi mereka hampir setiap hari dan 18 orang lainnya yang jarang mengingat mimpi dengan jelas. (13) Mereka menemukan bahwa dibandingkan orang dengan ingatan mimpi yang rendah, orang yang dapat mengingat mimpinya kembali dengan ingatan kuat cenderung lebih sering bangun di malam hari. (14) Ketika kita terbangun di tengah malam, kita bisa mengingat mimpi. (15) Hal ini berlangsung rata-rata 2 menit untuk ingatan tinggi, sedangkan 1 menit untuk ingatan rendah. (16) Kemampuan penyandian ingatan baru yang buruk selama tidur juga terkait dengan perubahan tingkat dua neurotransmitter, asetilkolin, dan noradrenalin, yang sangat penting untuk mempertahankan ingatan.
(17) Saat kita tertidur, asetilkolin dan noradrenalin turun drastis. (18) Kemudian, sesuatu yang aneh terjadi saat kita memasuki tahap tidur rapid eye movement (REM), yaitu tempat mimpi paling jelas terjadi. (19) Pada tahap ini, asetilkolin kembali ke tingkat terjaga, tetapi noradrenalin tetap rendah. (19) Peningkatan asetilkolin menempatkan korteks dalam keadaan terangsang, mirip dengan terjaga, sementara noradrenalin rendah mengurangi kemampuan kita untuk mengingat petualangan mimpi kita selama ini. (20) Tips untuk meningkatkan daya ingat mimpi seperti minum air sebelum tidur, karena hal ini akan membuat kita terbangun di malam hari untuk menggunakan kamar mandi.
Menurut teks di atas, fungsi dari Hippocampus adalah ….
Bilangan yang tepat untuk mengisi ruang yang kosong adalah ….
C, B, E, L, ….
Diketahui rata – rata 7 bilangan adalah 16, rata- rata 4 bilangan diantaranya adalah 14 maka jumlah 3 bilangan sisanya adalah ….
Semua umat muslim merayakan Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah. Sebagian umat muslim berkurban saat Idul Adha. Maka ….
Tujuh orang pelatih yaitu Anton, Bunga, Citra, Dea, Erma, Fivi dan Gani melatih tujuh tim yang berbeda (A, B, C, D, E, F, dan G). Jadwal latihan mereka semua berbeda dimulai hari senin sampai minggu. Anton melatih tim D pada hari rabu. Citra tidak melatih tim A dan C serta jadwal latihannya sehari setelah Dea melatih tim F. Fivi melatih tim E pada hari jumat. Gani melatih tim pada hari senin, tetapi bukan tim C maupun G. Jika Erma melatih tim A pada hari kamis, maka kombinasi pelatih – tim – hari yang benar adalah…
Jika 5m = p dan p = 3n, maka pernyataan yang salah adalah…
Suatu pertunjukan sirkus ditonton oleh banyak penonton. Setiap penonton dewasa membayar tiket sebesar Rp60.000,- sedangkan setiap penonton anak-anak membayar tiket sebesar Rp20.000,-. Jika jumlah penjualan tiket hari ini adalah Rp7.200.000,- dan banyaknya penonton dewasa adalah 40% dari seluruh penonton, maka banyaknya penonton anak-anak adalah……
Berapakah nilai yang tepat untuk mengisi pola gambar ketiga?
X, U, V, S, T, Q, R, …
17 = 42,5% dari …
1, 3, 1, 4, 6, 2, 7, 12, 3, 10, 24, …
Sebuah film akan segera ditayangkan ditelevisi kemudian pada hari kamis muncul iklan bahwa film tersebut akan tayang 23 hari lagi, di hari apa iklan tersebut berubah menjadi 3 hari lagi film akan tayang?
Bilangan terdekat dari hasil 0,22 x 0,5 x 2,5 x 20 x 2,25 adalah …
(1) Bank Mandiri terus berupaya untuk mengoptimalkan pengelolaan nasabah pelaku usaha. (2) Oleh karena itu, perseroan kembali menggelar program Mandiri Dagang Untung (MDU) dengan memberikan berbagai hadiah menarik kepada nasabah pebisnis loyal yang menggunakan Mandiri sebagai bank transaksional dan operasional usahanya. (3) Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto mengatakan program Mandiri Dagang Untung merupakan apresiasi bagi nasabah pebisnis dan pelaku UMKM yang telah bertransaksi dan mempercayakan dananya di Bank Mandiri, khususnya di masa pandemi. (4) Berlangsung di tengah masa pandemi, Aquarius menyampaikan program Mandiri Dagang Untung digelar secara online dan virtual. (5) Adapun caranya seluruh nasabah pebisnis menukarkan poin reward yang telah dikumpulkan sejak 1 Agustus 2019 hingga 31 Desember 2020 dengan berbagai hadiah menarik mulai dari logam mulia, gawai hingga kendaraan bermotor melalui kegiatan lelang di website khusus.
(6) Aquarius menjelaskan program MDU tahun ini juga digelar melalui dua tahap. (7) Di tahap pertama pada 8-10 Maret 2021, program MDU melibatkan 9.000 nasabah pebisnis dari 10 kawasan perdagangan, seperti Medan Timur, Palembang Pasar 16 Ilir, Jakarta Mangga Dua Utara, Jakarta Kenari-Cempaka Mas, Jakarta Pusat Grosir Senen, Jakarta Fatmawati-Polim, Bandung Pasar Baru, Solo Pasar Klewer, Banjarmasin Pasar Sudi Mampir, dan Makassar Pasar Sentral. (8) Sementara itu, MDU tahap kedua 15-24 Maret 2021 melibatkan sekitar 900 nasabah pebisnis dari 7 kawasan perdagangan dan pariwisata, yaitu Jakarta Kelapa Gading, Jakarta Glodok, Jakarta Tanah Abang, Jakarta Mangga Dua Selatan, Surabaya Pasar Atom, Pontianak, dan Bali.
(9) Aquarius berharap program MDU dapat membantu peningkatan transaksi pedagang atau pebisnis retail pada cluster perdagangan, yang terbukti tumbuh sebesar 49,4% secara tahunan pada Januari 2021. (10) Di samping itu, Aquarius menyampaikan Mandiri juga akan terus mengembangkan berbagai inovasi digital yang dapat memberikan kenyamanan, kemudahan dan membantu para nasabah, baik di segmen retail individu maupun pebisnis (UMKM maupun komersial). (11) Dengan demikian, perekonomian bangsa dapat segera pulih dan bangkit kembali.
Tahap pertama program Mandiri Dagang Untung dilakukan di daerah ….
(1) Bank Mandiri terus berupaya untuk mengoptimalkan pengelolaan nasabah pelaku usaha. (2) Oleh karena itu, perseroan kembali menggelar program Mandiri Dagang Untung (MDU) dengan memberikan berbagai hadiah menarik kepada nasabah pebisnis loyal yang menggunakan Mandiri sebagai bank transaksional dan operasional usahanya. (3) Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto mengatakan program Mandiri Dagang Untung merupakan apresiasi bagi nasabah pebisnis dan pelaku UMKM yang telah bertransaksi dan mempercayakan dananya di Bank Mandiri, khususnya di masa pandemi. (4) Berlangsung di tengah masa pandemi, Aquarius menyampaikan program Mandiri Dagang Untung digelar secara online dan virtual. (5) Adapun caranya seluruh nasabah pebisnis menukarkan poin reward yang telah dikumpulkan sejak 1 Agustus 2019 hingga 31 Desember 2020 dengan berbagai hadiah menarik mulai dari logam mulia, gawai hingga kendaraan bermotor melalui kegiatan lelang di website khusus.
(6) Aquarius menjelaskan program MDU tahun ini juga digelar melalui dua tahap. (7) Di tahap pertama pada 8-10 Maret 2021, program MDU melibatkan 9.000 nasabah pebisnis dari 10 kawasan perdagangan, seperti Medan Timur, Palembang Pasar 16 Ilir, Jakarta Mangga Dua Utara, Jakarta Kenari-Cempaka Mas, Jakarta Pusat Grosir Senen, Jakarta Fatmawati-Polim, Bandung Pasar Baru, Solo Pasar Klewer, Banjarmasin Pasar Sudi Mampir, dan Makassar Pasar Sentral. (8) Sementara itu, MDU tahap kedua 15-24 Maret 2021 melibatkan sekitar 900 nasabah pebisnis dari 7 kawasan perdagangan dan pariwisata, yaitu Jakarta Kelapa Gading, Jakarta Glodok, Jakarta Tanah Abang, Jakarta Mangga Dua Selatan, Surabaya Pasar Atom, Pontianak, dan Bali.
(9) Aquarius berharap program MDU dapat membantu peningkatan transaksi pedagang atau pebisnis retail pada cluster perdagangan, yang terbukti tumbuh sebesar 49,4% secara tahunan pada Januari 2021. (10) Di samping itu, Aquarius menyampaikan Mandiri juga akan terus mengembangkan berbagai inovasi digital yang dapat memberikan kenyamanan, kemudahan dan membantu para nasabah, baik di segmen retail individu maupun pebisnis (UMKM maupun komersial). (11) Dengan demikian, perekonomian bangsa dapat segera pulih dan bangkit kembali.
Salah satu pencapaian dari program Mandiri Dagang Untung adalah ….
(1) Pesisir pantai di Kawasan Nongsa, Batam, tempat bernama Kepri yang selama ini menjadi tempat wisata warga Batam, sejak dua hari terakhir terlihat kotor. (2) Hal ini karena adanya limbah minyak hitam atau sludge oil yang dibawa ombak pasca badai yang terjadi sejak beberapa hari terakhir. (3) Diduga minyak hitam berasal dari sebuah kapal tanker asing yang sebelumnya tenggelam. (4) Akibatnya, nelayan pun kesulitan dalam menangkap ikan. (5) Selain itu limbah minyak juga mengeluarkan bau yang menyegat. (6) “Adanya tumpahan limbah ini diduga berasal dari kapal tanker berbendera asing yang sebelumnya terdampar di Kawasan Pulau Putri atau sekitar 1 mil dari Perairan Pantai Nongsa. (7) Kapal tanker yang sudah 6 bulan di sana mengalami rusak dan sempat tenggelam usai menabrak karang,” kata Syofian warga Sekitar Pantai Nongsa, Senin (4/1/2021).
(Sumber: Sindonews.com dengan pengubahan)
Penulisan sebuah kata pada kalimat (2) salah. Kalimat dengan kata yang sudah diperbaiki akan menjadi ….
(1) Pesisir pantai di Kawasan Nongsa, Batam, tempat bernama Kepri yang selama ini menjadi tempat wisata warga Batam, sejak dua hari terakhir terlihat kotor. (2) Hal ini karena adanya limbah minyak hitam atau sludge oil yang dibawa ombak pasca badai yang terjadi sejak beberapa hari terakhir. (3) Diduga minyak hitam berasal dari sebuah kapal tanker asing yang sebelumnya tenggelam. (4) Akibatnya, nelayan pun kesulitan dalam menangkap ikan. (5) Selain itu limbah minyak juga mengeluarkan bau yang menyegat. (6) “Adanya tumpahan limbah ini diduga berasal dari kapal tanker berbendera asing yang sebelumnya terdampar di Kawasan Pulau Putri atau sekitar 1 mil dari Perairan Pantai Nongsa. (7) Kapal tanker yang sudah 6 bulan di sana mengalami rusak dan sempat tenggelam usai menabrak karang,” kata Syofian warga Sekitar Pantai Nongsa, Senin (4/1/2021).
(Sumber: Sindonews.com dengan pengubahan)
Kalimat yang tidak efektif adalah kalimat ….
Santi adalah perempuan suku batak sedangkan Susan adalah perempuan suku Jawa. Meskipun Sara dan Lala memiliki perbedaan suku, mereka tidak pernah bertengkar.
Tanda baca koma yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah .…
Di bawah ini yang bukan merupakan konjungsi adalah .…
Kalimat di bawah ini yang mengandung ketidaklogisan adalah ….
(1) Ibarat pepatah lama, bisnis perkantoran kini seperti jatuh tertimpa tangga. (2) Pasokan ruang baru perkantoran di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, terus bertambah di tengah stagnasi ekonomi, sehingga harga sewanya jatuh. (3) Penambahan ruang baru tak diimbangi kenaikan permintaan. (4) Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi hanya berada di kısaran lima persen. (5) Stagnansi ekonomi inilah yang mengakibatkan bisnis properti, terutama perkantoan tidak berkembang, (6) Padahal pada 2014, banyak pelaku-pelaku bisnis yang optimis pasar perkantoran akan tumbuh pesat pada 2015. (7) Faktanya, menurut data Perkembangan Properti Komersial Bank Indonesia, dalam kurun 2015-2019, harga sewa kantor di Jabodebek cenderung terus menurun sejak Q1-2016.
(8) Bisnis sektor ini kian memburuk dengan datangnya pandemi mulai Maret 2020 lalu. (9) Ketidakpastian soal vaksin dan obat untuk virus korona mengakibatkan pemulihan ekonomi jadi tak menentu. (10) Kondisi buruk di bisnis perkantoran ini diperkirakan baru akan pulih pada 2023. (11) Melihat ke belakang, harga sewa kantor memperlihatkan indikasi menanjak sejak 2011. (12) Puncaknya terjadi pada 2013-2014.
(13) Konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, permintaan ruang perkantoran pada 2015 merupakan yang tertinggi. (14) Tingkat penyerapannya selama 2015 ini mencapai 56,800 meter persegi, dengan tingkat hunian hingga Desember 2015 berada di kisaran 85,6 persen. (15) Dalam catatan Cushman, sepanjang 2016-2018 ada tambahan 24 gedung baru di Jakarta saja, dengan total luas lantai mencapai 1,59 juta meter persegi, masing-masing 604.926 meter persegi pada 2016, 552.145 meter persegi (2017), dan 435.760 meter persegi (2018). (16) Beberapa gedung baru dengan luasan besar antara lain Treasury Tower @District8 seluas 139.000 (Sudirman), Tower Two di The City Center di Mas Mansyur seluas 101.260 m2, dan Centennial Tower seluas 100.000 m2 di Gatot Subroto.
(17) Pasokan yang sangat tinggi itu tidak bersambut. (18) Demand gedung perkantoran turun karena dunia bisnis yang tidak kondusif dan pertumbuhan ekonomi tersendat. (19) Manakala pertumbuhan GDP merosot, permintaan terhadap perkantoran pun turun. (20) Korelasi keduanya nyaris 100 persen. (21) Masalahnya, supply sudah telanjur membludak. (22) Para pemilik gedung perkantoran yang sudah terlanjur membangun gedung-gedung terpaksa merampungkan proyeknya meski permintaan tersendat. (23) Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2022. (24) Saat ini para pemilik gedung perkantoran harus mengejar okupansi dengan berusaha mendapatkan penyewa dengan sejumlah fleksibilitas. (25) Mulai dari tarif sewa yang kompetitif, insentif seperti parkir gratis atau diskon sewa.
Sumber: Lokadatata, dengan perubahan
Kata tidak baku digunakan pada kalimat ….
(1) Ibarat pepatah lama, bisnis perkantoran kini seperti jatuh tertimpa tangga. (2) Pasokan ruang baru perkantoran di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, terus bertambah di tengah stagnasi ekonomi, sehingga harga sewanya jatuh. (3) Penambahan ruang baru tak diimbangi kenaikan permintaan. (4) Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi hanya berada di kısaran lima persen. (5) Stagnansi ekonomi inilah yang mengakibatkan bisnis properti, terutama perkantoan tidak berkembang, (6) Padahal pada 2014, banyak pelaku-pelaku bisnis yang optimis pasar perkantoran akan tumbuh pesat pada 2015. (7) Faktanya, menurut data Perkembangan Properti Komersial Bank Indonesia, dalam kurun 2015-2019, harga sewa kantor di Jabodebek cenderung terus menurun sejak Q1-2016.
(8) Bisnis sektor ini kian memburuk dengan datangnya pandemi mulai Maret 2020 lalu. (9) Ketidakpastian soal vaksin dan obat untuk virus korona mengakibatkan pemulihan ekonomi jadi tak menentu. (10) Kondisi buruk di bisnis perkantoran ini diperkirakan baru akan pulih pada 2023. (11) Melihat ke belakang, harga sewa kantor memperlihatkan indikasi menanjak sejak 2011. (12) Puncaknya terjadi pada 2013-2014.
(13) Konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, permintaan ruang perkantoran pada 2015 merupakan yang tertinggi. (14) Tingkat penyerapannya selama 2015 ini mencapai 56,800 meter persegi, dengan tingkat hunian hingga Desember 2015 berada di kisaran 85,6 persen. (15) Dalam catatan Cushman, sepanjang 2016-2018 ada tambahan 24 gedung baru di Jakarta saja, dengan total luas lantai mencapai 1,59 juta meter persegi, masing-masing 604.926 meter persegi pada 2016, 552.145 meter persegi (2017), dan 435.760 meter persegi (2018). (16) Beberapa gedung baru dengan luasan besar antara lain Treasury Tower @District8 seluas 139.000 (Sudirman), Tower Two di The City Center di Mas Mansyur seluas 101.260 m2, dan Centennial Tower seluas 100.000 m2 di Gatot Subroto.
(17) Pasokan yang sangat tinggi itu tidak bersambut. (18) Demand gedung perkantoran turun karena dunia bisnis yang tidak kondusif dan pertumbuhan ekonomi tersendat. (19) Manakala pertumbuhan GDP merosot, permintaan terhadap perkantoran pun turun. (20) Korelasi keduanya nyaris 100 persen. (21) Masalahnya, supply sudah telanjur membludak. (22) Para pemilik gedung perkantoran yang sudah terlanjur membangun gedung-gedung terpaksa merampungkan proyeknya meski permintaan tersendat. (23) Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2022. (24) Saat ini para pemilik gedung perkantoran harus mengejar okupansi dengan berusaha mendapatkan penyewa dengan sejumlah fleksibilitas. (25) Mulai dari tarif sewa yang kompetitif, insentif seperti parkir gratis atau diskon sewa.
Sumber: Lokadatata, dengan perubahan
Perbaikan yang tepat untuk kalimat (6) adalah ….
(1) Ibarat pepatah lama, bisnis perkantoran kini seperti jatuh tertimpa tangga. (2) Pasokan ruang baru perkantoran di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, terus bertambah di tengah stagnasi ekonomi, sehingga harga sewanya jatuh. (3) Penambahan ruang baru tak diimbangi kenaikan permintaan. (4) Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi hanya berada di kısaran lima persen. (5) Stagnansi ekonomi inilah yang mengakibatkan bisnis properti, terutama perkantoan tidak berkembang, (6) Padahal pada 2014, banyak pelaku-pelaku bisnis yang optimis pasar perkantoran akan tumbuh pesat pada 2015. (7) Faktanya, menurut data Perkembangan Properti Komersial Bank Indonesia, dalam kurun 2015-2019, harga sewa kantor di Jabodebek cenderung terus menurun sejak Q1-2016.
(8) Bisnis sektor ini kian memburuk dengan datangnya pandemi mulai Maret 2020 lalu. (9) Ketidakpastian soal vaksin dan obat untuk virus korona mengakibatkan pemulihan ekonomi jadi tak menentu. (10) Kondisi buruk di bisnis perkantoran ini diperkirakan baru akan pulih pada 2023. (11) Melihat ke belakang, harga sewa kantor memperlihatkan indikasi menanjak sejak 2011. (12) Puncaknya terjadi pada 2013-2014.
(13) Konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, permintaan ruang perkantoran pada 2015 merupakan yang tertinggi. (14) Tingkat penyerapannya selama 2015 ini mencapai 56,800 meter persegi, dengan tingkat hunian hingga Desember 2015 berada di kisaran 85,6 persen. (15) Dalam catatan Cushman, sepanjang 2016-2018 ada tambahan 24 gedung baru di Jakarta saja, dengan total luas lantai mencapai 1,59 juta meter persegi, masing-masing 604.926 meter persegi pada 2016, 552.145 meter persegi (2017), dan 435.760 meter persegi (2018). (16) Beberapa gedung baru dengan luasan besar antara lain Treasury Tower @District8 seluas 139.000 (Sudirman), Tower Two di The City Center di Mas Mansyur seluas 101.260 m2, dan Centennial Tower seluas 100.000 m2 di Gatot Subroto.
(17) Pasokan yang sangat tinggi itu tidak bersambut. (18) Demand gedung perkantoran turun karena dunia bisnis yang tidak kondusif dan pertumbuhan ekonomi tersendat. (19) Manakala pertumbuhan GDP merosot, permintaan terhadap perkantoran pun turun. (20) Korelasi keduanya nyaris 100 persen. (21) Masalahnya, supply sudah telanjur membludak. (22) Para pemilik gedung perkantoran yang sudah terlanjur membangun gedung-gedung terpaksa merampungkan proyeknya meski permintaan tersendat. (23) Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2022. (24) Saat ini para pemilik gedung perkantoran harus mengejar okupansi dengan berusaha mendapatkan penyewa dengan sejumlah fleksibilitas. (25) Mulai dari tarif sewa yang kompetitif, insentif seperti parkir gratis atau diskon sewa.
Sumber: Lokadatata, dengan perubahan
Kata okupansi yang ada pada kalimat (24) menjelaskan bahwa ….
(1) Seorang pria ditangkap setelah diterobos masuk kediaman Kaisar Jepang Naruhito di Tokyo. (2) Media lokal pada Minggu (3/1) dilaporkan pria 29 tahun itu sempat menghabiskan waktu selama dua jam di dalam kediaman sebelum keberadaannya diketahui pihak Istana. (3) Fuji News Network (FNN) melaporkan insiden itu terjadi pada Sabtu (2/1) malam. (4) Pria yang tidak disebutkan namanya itu memasuki kompleks perumahan Akasaka melalui wisma yang berdekatan. (5) Biasanya kediaman itu dijaga sangat ketat.
(Sumber: CNN Indonesia Dengan pengubahan)
Penggunaan kata yang salah pada teks di atas terdapat pada kalimat ….
(1) Sebuah pesawat kecil dilaporkan menabrak sebuah rumah di Lyon Township Michigan Amerika Serikat. (2) Menurut Kantor Sheriff Oakland County, insiden itu menewaskan tiga orang yang diyakini adalah seorang pilot dan dua penumpang.
(3) Akibat kecelakaan itu, rumah tersebut habis dilalap api dan lima orang penghuni rumah telah dievakuasi dengan aman. (4) Dalam sebuah pernyataan kepada The Hill, Federal Aviation Administration (FAA) mengidentifikasi bahwa pesawat itu adalah Piper PA-24 bermesin tunggal. (5) Pihaknya mengatakan kecelakaan terjadi sekitar pukul 16.00 Sabtu sore waktu setempat (2/1).
(Sumber: CNN Indonesia dengan pengubahan)
Penulisan judul yang tepat untuk teks berita di atas adalah .…
(1) Sebuah pesawat kecil dilaporkan menabrak sebuah rumah di Lyon Township Michigan Amerika Serikat. (2) Menurut Kantor Sheriff Oakland County, insiden itu menewaskan tiga orang yang diyakini adalah seorang pilot dan dua penumpang.
(3) Akibat kecelakaan itu, rumah tersebut habis dilalap api dan lima orang penghuni rumah telah dievakuasi dengan aman. (4) Dalam sebuah pernyataan kepada The Hill, Federal Aviation Administration (FAA) mengidentifikasi bahwa pesawat itu adalah Piper PA-24 bermesin tunggal. (5) Pihaknya mengatakan kecelakaan terjadi sekitar pukul 16.00 Sabtu sore waktu setempat (2/1).
(Sumber: CNN Indonesia dengan pengubahan)
Penggunaan tanda baca koma yang salah terdapat pada kalimat ….
(1) Foto-foto Mars yang dipublikasikan oleh lembaga-lembaga antariksa pasti akan memperlihatkan sebuah bola berwarna oranye kemerahan. (2) Begitupun saat kita mengamati langit malam, kenampakan planet merah ini akan terlihat berbeda dengan planet dan bintang lainnya. (3) Jika kita fokus memandang Mars dengan mata telanjang sekalipun, kita akan melihat Mars sebagai bintang kemerahan. (4) Warna merah ini bukanlah asal diwarnai oleh para astronom, teman-teman. (5) Para astronom ataupun pesawat-pesawat antariksa yang sudah pernah mengunjungi ruang angkasa melaporkan bahwa Mars memang berwarna merah.
Mata telanjang pada kalimat (3) di atas merupakan bentuk ….
(1) Apa yang berkembang menjadi ironi adalah kenyataan bahwa hampir semua kekuasaan politik—baca pemerintahan—lebih mengedepankan kebenaran materil atau faktual. (2) Kebenaran yang dilandasi data empiris baik secara kualitatif berdasarkan mutu maupun kuantitatif (statistik). (3) Sebuah imperasi modern yang berdasarkan ”ukuran”. (4) Semua yang dikerjakan harus dinilai berdasarkan ”ukuran” yang sama. (5) Dalam hal ini ilmiah, empiris, dan statistis. (6) Masalah yang kemudian timbul bukan pada ”ukuran” itu, tetapi pada proses kerja dan penilaian di baliknya. (7) Bagaimanapun, materialisasi kehidupan, yang mengukur semua kenyataan kemanusiaan dan kebudayaan dalam realitas faktual dan material saja (dapat diindra dan ditimbang), sesungguhnya adalah kerja yang reduksionistik. (8) Pada banyak kasus tertentu, ia merupakan artifisialisasi bahkan manipulasi dari realitas multidimensi yang sebenarnya.
(9) Hasil penelitian, bagaimanapun hebatnya, masih menyimpan error dan diskusi tentang metodanya. (10) Beberapa penelitian terkemuka pun sering dipengaruhi oleh kepentingan pemodalnya (bisnis, militer, politik, dan sebagainya). (11) Artinya, statistik pun, jika tidak mereduksi manusia dan kenyataan dalam pengertian fisik belaka, hanya mampu mensampaikan sebagian kebenaran, yang dalam pribahasa di atas berarti ”dusta keseluruhannya”.
(12) Ironi kedua terjadi ketika ”kebenaran tak lengkap” ternyata selalu berhadapan dengan realitas sehari-hari yang justru berlawanan. (13) Boleh jadi, semua indikator ekonomi kita (secara makro) menunjukkan angka dan ukuran menggembirakan (pemerintah khususnya). (14) Namun dalam realitas sehari-hari, kesulitan hidup, rasa aman, dan jaminan serta fasilitas sosial justru dirasakan kian berat oleh masyarakat. (15) Di titik ini, ”kebenaran tak lengkap” dari pemerintah pun menjadi ”dusta” bagi rakyatnya.
(16) Ironi ketiga lebih menggemaskan lagi, yakni ketika dusta atau ”kebenaran tak lengkap” itu kita nyatakan, pertahankan, bahkan wacanakan terus-menerus dalam retoris yang semakin sederhana sehingga ia pun berkembang jadi kebenaran baru. (17) Inilah metode propaganda Hitler, ”Buatlah dusta menjadi besar, jadikan sederhana, ucapkan selalu, dan kita pun akan memercayainya”. (18) Alangkah arif jika seorang penguasa, yang semestinya memiliki visi dan daya kontemplasi tinggi, memahami ironi kebenaran ini, bahkan untuk data dan fakta yang ia yakini.
Di bawah ini merupakan kata tidak baku yaitu ….
(1) Apa yang berkembang menjadi ironi adalah kenyataan bahwa hampir semua kekuasaan politik—baca pemerintahan—lebih mengedepankan kebenaran materil atau faktual. (2) Kebenaran yang dilandasi data empiris baik secara kualitatif berdasarkan mutu maupun kuantitatif (statistik). (3) Sebuah imperasi modern yang berdasarkan ”ukuran”. (4) Semua yang dikerjakan harus dinilai berdasarkan ”ukuran” yang sama. (5) Dalam hal ini ilmiah, empiris, dan statistis. (6) Masalah yang kemudian timbul bukan pada ”ukuran” itu, tetapi pada proses kerja dan penilaian di baliknya. (7) Bagaimanapun, materialisasi kehidupan, yang mengukur semua kenyataan kemanusiaan dan kebudayaan dalam realitas faktual dan material saja (dapat diindra dan ditimbang), sesungguhnya adalah kerja yang reduksionistik. (8) Pada banyak kasus tertentu, ia merupakan artifisialisasi bahkan manipulasi dari realitas multidimensi yang sebenarnya.
(9) Hasil penelitian, bagaimanapun hebatnya, masih menyimpan error dan diskusi tentang metodanya. (10) Beberapa penelitian terkemuka pun sering dipengaruhi oleh kepentingan pemodalnya (bisnis, militer, politik, dan sebagainya). (11) Artinya, statistik pun, jika tidak mereduksi manusia dan kenyataan dalam pengertian fisik belaka, hanya mampu mensampaikan sebagian kebenaran, yang dalam pribahasa di atas berarti ”dusta keseluruhannya”.
(12) Ironi kedua terjadi ketika ”kebenaran tak lengkap” ternyata selalu berhadapan dengan realitas sehari-hari yang justru berlawanan. (13) Boleh jadi, semua indikator ekonomi kita (secara makro) menunjukkan angka dan ukuran menggembirakan (pemerintah khususnya). (14) Namun dalam realitas sehari-hari, kesulitan hidup, rasa aman, dan jaminan serta fasilitas sosial justru dirasakan kian berat oleh masyarakat. (15) Di titik ini, ”kebenaran tak lengkap” dari pemerintah pun menjadi ”dusta” bagi rakyatnya.
(16) Ironi ketiga lebih menggemaskan lagi, yakni ketika dusta atau ”kebenaran tak lengkap” itu kita nyatakan, pertahankan, bahkan wacanakan terus-menerus dalam retoris yang semakin sederhana sehingga ia pun berkembang jadi kebenaran baru. (17) Inilah metode propaganda Hitler, ”Buatlah dusta menjadi besar, jadikan sederhana, ucapkan selalu, dan kita pun akan memercayainya”. (18) Alangkah arif jika seorang penguasa, yang semestinya memiliki visi dan daya kontemplasi tinggi, memahami ironi kebenaran ini, bahkan untuk data dan fakta yang ia yakini.
Artifisialisasi merupakan salah satu bentuk dan pembentukan kata yaitu ….
(1) Apa yang berkembang menjadi ironi adalah kenyataan bahwa hampir semua kekuasaan politik—baca pemerintahan—lebih mengedepankan kebenaran materil atau faktual. (2) Kebenaran yang dilandasi data empiris baik secara kualitatif berdasarkan mutu maupun kuantitatif (statistik). (3) Sebuah imperasi modern yang berdasarkan ”ukuran”. (4) Semua yang dikerjakan harus dinilai berdasarkan ”ukuran” yang sama. (5) Dalam hal ini ilmiah, empiris, dan statistis. (6) Masalah yang kemudian timbul bukan pada ”ukuran” itu, tetapi pada proses kerja dan penilaian di baliknya. (7) Bagaimanapun, materialisasi kehidupan, yang mengukur semua kenyataan kemanusiaan dan kebudayaan dalam realitas faktual dan material saja (dapat diindra dan ditimbang), sesungguhnya adalah kerja yang reduksionistik. (8) Pada banyak kasus tertentu, ia merupakan artifisialisasi bahkan manipulasi dari realitas multidimensi yang sebenarnya.
(9) Hasil penelitian, bagaimanapun hebatnya, masih menyimpan error dan diskusi tentang metodanya. (10) Beberapa penelitian terkemuka pun sering dipengaruhi oleh kepentingan pemodalnya (bisnis, militer, politik, dan sebagainya). (11) Artinya, statistik pun, jika tidak mereduksi manusia dan kenyataan dalam pengertian fisik belaka, hanya mampu mensampaikan sebagian kebenaran, yang dalam pribahasa di atas berarti ”dusta keseluruhannya”.
(12) Ironi kedua terjadi ketika ”kebenaran tak lengkap” ternyata selalu berhadapan dengan realitas sehari-hari yang justru berlawanan. (13) Boleh jadi, semua indikator ekonomi kita (secara makro) menunjukkan angka dan ukuran menggembirakan (pemerintah khususnya). (14) Namun dalam realitas sehari-hari, kesulitan hidup, rasa aman, dan jaminan serta fasilitas sosial justru dirasakan kian berat oleh masyarakat. (15) Di titik ini, ”kebenaran tak lengkap” dari pemerintah pun menjadi ”dusta” bagi rakyatnya.
(16) Ironi ketiga lebih menggemaskan lagi, yakni ketika dusta atau ”kebenaran tak lengkap” itu kita nyatakan, pertahankan, bahkan wacanakan terus-menerus dalam retoris yang semakin sederhana sehingga ia pun berkembang jadi kebenaran baru. (17) Inilah metode propaganda Hitler, ”Buatlah dusta menjadi besar, jadikan sederhana, ucapkan selalu, dan kita pun akan memercayainya”. (18) Alangkah arif jika seorang penguasa, yang semestinya memiliki visi dan daya kontemplasi tinggi, memahami ironi kebenaran ini, bahkan untuk data dan fakta yang ia yakini.
“kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir” merupakan pengertian dari kata ….
(1) Apa yang berkembang menjadi ironi adalah kenyataan bahwa hampir semua kekuasaan politik—baca pemerintahan—lebih mengedepankan kebenaran materil atau faktual. (2) Kebenaran yang dilandasi data empiris baik secara kualitatif berdasarkan mutu maupun kuantitatif (statistik). (3) Sebuah imperasi modern yang berdasarkan ”ukuran”. (4) Semua yang dikerjakan harus dinilai berdasarkan ”ukuran” yang sama. (5) Dalam hal ini ilmiah, empiris, dan statistis. (6) Masalah yang kemudian timbul bukan pada ”ukuran” itu, tetapi pada proses kerja dan penilaian di baliknya. (7) Bagaimanapun, materialisasi kehidupan, yang mengukur semua kenyataan kemanusiaan dan kebudayaan dalam realitas faktual dan material saja (dapat diindra dan ditimbang), sesungguhnya adalah kerja yang reduksionistik. (8) Pada banyak kasus tertentu, ia merupakan artifisialisasi bahkan manipulasi dari realitas multidimensi yang sebenarnya.
(9) Hasil penelitian, bagaimanapun hebatnya, masih menyimpan error dan diskusi tentang metodanya. (10) Beberapa penelitian terkemuka pun sering dipengaruhi oleh kepentingan pemodalnya (bisnis, militer, politik, dan sebagainya). (11) Artinya, statistik pun, jika tidak mereduksi manusia dan kenyataan dalam pengertian fisik belaka, hanya mampu mensampaikan sebagian kebenaran, yang dalam pribahasa di atas berarti ”dusta keseluruhannya”.
(12) Ironi kedua terjadi ketika ”kebenaran tak lengkap” ternyata selalu berhadapan dengan realitas sehari-hari yang justru berlawanan. (13) Boleh jadi, semua indikator ekonomi kita (secara makro) menunjukkan angka dan ukuran menggembirakan (pemerintah khususnya). (14) Namun dalam realitas sehari-hari, kesulitan hidup, rasa aman, dan jaminan serta fasilitas sosial justru dirasakan kian berat oleh masyarakat. (15) Di titik ini, ”kebenaran tak lengkap” dari pemerintah pun menjadi ”dusta” bagi rakyatnya.
(16) Ironi ketiga lebih menggemaskan lagi, yakni ketika dusta atau ”kebenaran tak lengkap” itu kita nyatakan, pertahankan, bahkan wacanakan terus-menerus dalam retoris yang semakin sederhana sehingga ia pun berkembang jadi kebenaran baru. (17) Inilah metode propaganda Hitler, ”Buatlah dusta menjadi besar, jadikan sederhana, ucapkan selalu, dan kita pun akan memercayainya”. (18) Alangkah arif jika seorang penguasa, yang semestinya memiliki visi dan daya kontemplasi tinggi, memahami ironi kebenaran ini, bahkan untuk data dan fakta yang ia yakini.
Topik teks di atas adalah ….
(1) Apa yang berkembang menjadi ironi adalah kenyataan bahwa hampir semua kekuasaan politik—baca pemerintahan—lebih mengedepankan kebenaran materil atau faktual. (2) Kebenaran yang dilandasi data empiris baik secara kualitatif berdasarkan mutu maupun kuantitatif (statistik). (3) Sebuah imperasi modern yang berdasarkan ”ukuran”. (4) Semua yang dikerjakan harus dinilai berdasarkan ”ukuran” yang sama. (5) Dalam hal ini ilmiah, empiris, dan statistis. (6) Masalah yang kemudian timbul bukan pada ”ukuran” itu, tetapi pada proses kerja dan penilaian di baliknya. (7) Bagaimanapun, materialisasi kehidupan, yang mengukur semua kenyataan kemanusiaan dan kebudayaan dalam realitas faktual dan material saja (dapat diindra dan ditimbang), sesungguhnya adalah kerja yang reduksionistik. (8) Pada banyak kasus tertentu, ia merupakan artifisialisasi bahkan manipulasi dari realitas multidimensi yang sebenarnya.
(9) Hasil penelitian, bagaimanapun hebatnya, masih menyimpan error dan diskusi tentang metodanya. (10) Beberapa penelitian terkemuka pun sering dipengaruhi oleh kepentingan pemodalnya (bisnis, militer, politik, dan sebagainya). (11) Artinya, statistik pun, jika tidak mereduksi manusia dan kenyataan dalam pengertian fisik belaka, hanya mampu mensampaikan sebagian kebenaran, yang dalam pribahasa di atas berarti ”dusta keseluruhannya”.
(12) Ironi kedua terjadi ketika ”kebenaran tak lengkap” ternyata selalu berhadapan dengan realitas sehari-hari yang justru berlawanan. (13) Boleh jadi, semua indikator ekonomi kita (secara makro) menunjukkan angka dan ukuran menggembirakan (pemerintah khususnya). (14) Namun dalam realitas sehari-hari, kesulitan hidup, rasa aman, dan jaminan serta fasilitas sosial justru dirasakan kian berat oleh masyarakat. (15) Di titik ini, ”kebenaran tak lengkap” dari pemerintah pun menjadi ”dusta” bagi rakyatnya.
(16) Ironi ketiga lebih menggemaskan lagi, yakni ketika dusta atau ”kebenaran tak lengkap” itu kita nyatakan, pertahankan, bahkan wacanakan terus-menerus dalam retoris yang semakin sederhana sehingga ia pun berkembang jadi kebenaran baru. (17) Inilah metode propaganda Hitler, ”Buatlah dusta menjadi besar, jadikan sederhana, ucapkan selalu, dan kita pun akan memercayainya”. (18) Alangkah arif jika seorang penguasa, yang semestinya memiliki visi dan daya kontemplasi tinggi, memahami ironi kebenaran ini, bahkan untuk data dan fakta yang ia yakini.
Ketidakhematan penggunaan kata terdapat pada kalimat ….
(1) Apa yang berkembang menjadi ironi adalah kenyataan bahwa hampir semua kekuasaan politik—baca pemerintahan—lebih mengedepankan kebenaran materil atau faktual. (2) Kebenaran yang dilandasi data empiris baik secara kualitatif berdasarkan mutu maupun kuantitatif (statistik). (3) Sebuah imperasi modern yang berdasarkan ”ukuran”. (4) Semua yang dikerjakan harus dinilai berdasarkan ”ukuran” yang sama. (5) Dalam hal ini ilmiah, empiris, dan statistis. (6) Masalah yang kemudian timbul bukan pada ”ukuran” itu, tetapi pada proses kerja dan penilaian di baliknya. (7) Bagaimanapun, materialisasi kehidupan, yang mengukur semua kenyataan kemanusiaan dan kebudayaan dalam realitas faktual dan material saja (dapat diindra dan ditimbang), sesungguhnya adalah kerja yang reduksionistik. (8) Pada banyak kasus tertentu, ia merupakan artifisialisasi bahkan manipulasi dari realitas multidimensi yang sebenarnya.
(9) Hasil penelitian, bagaimanapun hebatnya, masih menyimpan error dan diskusi tentang metodanya. (10) Beberapa penelitian terkemuka pun sering dipengaruhi oleh kepentingan pemodalnya (bisnis, militer, politik, dan sebagainya). (11) Artinya, statistik pun, jika tidak mereduksi manusia dan kenyataan dalam pengertian fisik belaka, hanya mampu mensampaikan sebagian kebenaran, yang dalam pribahasa di atas berarti ”dusta keseluruhannya”.
(12) Ironi kedua terjadi ketika ”kebenaran tak lengkap” ternyata selalu berhadapan dengan realitas sehari-hari yang justru berlawanan. (13) Boleh jadi, semua indikator ekonomi kita (secara makro) menunjukkan angka dan ukuran menggembirakan (pemerintah khususnya). (14) Namun dalam realitas sehari-hari, kesulitan hidup, rasa aman, dan jaminan serta fasilitas sosial justru dirasakan kian berat oleh masyarakat. (15) Di titik ini, ”kebenaran tak lengkap” dari pemerintah pun menjadi ”dusta” bagi rakyatnya.
(16) Ironi ketiga lebih menggemaskan lagi, yakni ketika dusta atau ”kebenaran tak lengkap” itu kita nyatakan, pertahankan, bahkan wacanakan terus-menerus dalam retoris yang semakin sederhana sehingga ia pun berkembang jadi kebenaran baru. (17) Inilah metode propaganda Hitler, ”Buatlah dusta menjadi besar, jadikan sederhana, ucapkan selalu, dan kita pun akan memercayainya”. (18) Alangkah arif jika seorang penguasa, yang semestinya memiliki visi dan daya kontemplasi tinggi, memahami ironi kebenaran ini, bahkan untuk data dan fakta yang ia yakini.
Kesalahan penulisan kata berprefiks terdapat pada kalimat ….
(1) Menjaga tubuh tetap fit di tengah pandemi menjadi salah satu kunci kebal Covid-19. (2) Untuk bisa mendapatkan tubuh yang sehat, bukan hanya olahraga tetapi juga harus mengatur asupan makanan dan memastikan vitamin tercukupi per harinya, termasuk vitamin D. (3) Vitamin D adalah salah satu vitamin larut lemak yang berperan dalam sejumlah fungsi penting untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit, termasuk penyakit infeksi karena virus. (4) Vitamin D bukan hanya bermanfaat untuk tulang, namun juga memiliki manfaat lain seperti menjaga fungsi saraf dan otot, kardiovaskular, pernapasan, dan sistem imun tubuh. (5) Tubuh yang kekurangan vitamin D berisiko menimbulkan penyakit tulang seperti osteoporosis dan radang sendi (arthritis). (6) Makanya vitamin D penting untuk tercukupi setiap harinya.
(7) Vitamin yang satu ini bisa dapatkan secara gratis hanya dengan rutin berjemur di pagi hari. (8) Sinar matahari mengandung vitamin D yang berperan penting untuk memelihara kesehatan tubuh, terutama tulang. (9) Paparan sinar matahari diperlukan oleh tubuh untuk membentuk vitamin D secara alami. (10) Ketika kulit terkena sinar matahari langsung, tubuh akan memproduksi vitamin D dengan membakar kolestrol yang ada di sel kulit. (11) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan agar kulit terkena sinar matahari sekitar 5-15 menit selama 2-3 kali dalam seminggu.
(12) Pada dasarnya tidak perlu minum suplemen vitamin D setiap hari bila kondisi tubuh sehat dan tidak mengalami masalah medis apapun. (13) Sebab, hanya orang-orang tertentu saja yang disarankan oleh dokter yang boleh minum suplemen vitamin D sesuai dengan kebutuhannya. (14) Apabila suplemen vitamin D diminum setiap hari pada saat tubuh tidak membutuhkannya, vitamin D dalam tubuh akan menumpuk. (15) Orang yang kelebihan dosis suplemen vitamin D akan merasakan gejala seperti mual dan muntah, turunnya nafsu makan, sembelit, lemas, dan berat badan turun. (16) Oleh karena itu hanya orang-orang tertentu saja yang disarankan oleh dokter yang boleh minum suplemen vitamin D sesuai dengan kebutuhan.
Di bawah ini merupakan persamaan dari kata “fit”, kecuali ….
(1) Menjaga tubuh tetap fit di tengah pandemi menjadi salah satu kunci kebal Covid-19. (2) Untuk bisa mendapatkan tubuh yang sehat, bukan hanya olahraga tetapi juga harus mengatur asupan makanan dan memastikan vitamin tercukupi per harinya, termasuk vitamin D. (3) Vitamin D adalah salah satu vitamin larut lemak yang berperan dalam sejumlah fungsi penting untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit, termasuk penyakit infeksi karena virus. (4) Vitamin D bukan hanya bermanfaat untuk tulang, namun juga memiliki manfaat lain seperti menjaga fungsi saraf dan otot, kardiovaskular, pernapasan, dan sistem imun tubuh. (5) Tubuh yang kekurangan vitamin D berisiko menimbulkan penyakit tulang seperti osteoporosis dan radang sendi (arthritis). (6) Makanya vitamin D penting untuk tercukupi setiap harinya.
(7) Vitamin yang satu ini bisa dapatkan secara gratis hanya dengan rutin berjemur di pagi hari. (8) Sinar matahari mengandung vitamin D yang berperan penting untuk memelihara kesehatan tubuh, terutama tulang. (9) Paparan sinar matahari diperlukan oleh tubuh untuk membentuk vitamin D secara alami. (10) Ketika kulit terkena sinar matahari langsung, tubuh akan memproduksi vitamin D dengan membakar kolestrol yang ada di sel kulit. (11) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan agar kulit terkena sinar matahari sekitar 5-15 menit selama 2-3 kali dalam seminggu.
(12) Pada dasarnya tidak perlu minum suplemen vitamin D setiap hari bila kondisi tubuh sehat dan tidak mengalami masalah medis apapun. (13) Sebab, hanya orang-orang tertentu saja yang disarankan oleh dokter yang boleh minum suplemen vitamin D sesuai dengan kebutuhannya. (14) Apabila suplemen vitamin D diminum setiap hari pada saat tubuh tidak membutuhkannya, vitamin D dalam tubuh akan menumpuk. (15) Orang yang kelebihan dosis suplemen vitamin D akan merasakan gejala seperti mual dan muntah, turunnya nafsu makan, sembelit, lemas, dan berat badan turun. (16) Oleh karena itu hanya orang-orang tertentu saja yang disarankan oleh dokter yang boleh minum suplemen vitamin D sesuai dengan kebutuhan.
Pertanyaan di bawah ini yang tidak memiliki jawaban pada bacaan di atas adalah ….
(1) Pemanfaatan biomassa sebagai campuran batu bara untuk bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah hal yang keliru dan merupakan solusi semu. (2) Sejauh ini, bahan baku sampingan yang digunakan untuk co-firing adalah sampah dan limbah hasil perkebunan, seperti cangkang sawit (palm kernel shell/PKS). (3) Penggunaan sampah dan PKS justru berpotensi menambah permasalahan baru. (4) Bila ingin mencapai penurunan emisi GRK secara signifikan, satu-satunya solusi dengan bertransisi ke energi bersih dan terbarukan. (5) Pemerintah sudah memiliki target bauran EBT (energi baru dan terbarukan) sebesar 23% pada 2025. (6) Namun, realisasinya masih jauh dari target.
(7) Penurunan emisi GRK pada sektor energi tidak akan bisa ditekan dengan co-firing. (8) Porsi sampah dan limbah hasil hutan hanya 1-5%, sisanya 95% tetap menggunakan batu bara. (9) Berdasarkan penelitian, pencampuran 5% co-firing hanya akan mengurangi emisi GRK pada PLTU batu bara sebesar 5,4%. (10) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh PLN, dibutuhkan 5 juta ton wood pellet per tahun atau 738.000 ton pellet sampah per tahun hanya untuk memenuhi kebutuhan 1% co-firing per tahun pada 18.000 MW PLTU batu bara yang sudah ada. (11) Dengan target PLN untuk penerapan co-firing sebesar 10%, maka volume sampah maupun PKS yang dibutuhkan akan lebih besar.
(12) Terkait sampah, pemerintah sudah mencobanya pada PLTU Jeranjang, Lombok dengan memanfaatkan sampah dari TPA Kebon Kongok. Penggunaan sampah ini tidak akan menyelesaikan krisis sampah khususnya plastik, dan berpotensi menurunkan efisiensi boiler PLTU. (13) Komposisi sampah yang masih didominasi oleh sampah sisa rumah tangga dan belum adanya sistem pemilahan yang baik memperkuat alasan mengapa sampah bukanlah pilihan yang tepat sebagai sumber energi alternatif. (14) Dari sisi polusi udara, penggunaan co-firing dengan tujuan mengurangi emisi berbahaya dari PLTU batu bara, tentunya tidak akan maksimal jika tidak didorong dengan teknologi air pollution control (APC) yang baik. (15) Penggunaan teknologi APC pun mulai menuai keluhan akibat mahalnya biaya retrofit yang harus dikeluarkan oleh PLTU, yang akan berujung pada kenaikan tarif listrik apabila tidak dibantu dengan subsidi dari pemerintah. (16) Selain itu, pencampuran pellet kayu dan sampah pada PLTU yang sebagai bahan bakar yang tidak disertai dengan pengelolaan emisi dengan baik, akan semakin membahayakan karena dapat menghasilkan polutan beracun lainnya.
Sumber: Greenpeace Indonesia (dengan perubahan)
Pengertian co-firing terdapat pada paragraf ….
(1) Pemanfaatan biomassa sebagai campuran batu bara untuk bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah hal yang keliru dan merupakan solusi semu. (2) Sejauh ini, bahan baku sampingan yang digunakan untuk co-firing adalah sampah dan limbah hasil perkebunan, seperti cangkang sawit (palm kernel shell/PKS). (3) Penggunaan sampah dan PKS justru berpotensi menambah permasalahan baru. (4) Bila ingin mencapai penurunan emisi GRK secara signifikan, satu-satunya solusi dengan bertransisi ke energi bersih dan terbarukan. (5) Pemerintah sudah memiliki target bauran EBT (energi baru dan terbarukan) sebesar 23% pada 2025. (6) Namun, realisasinya masih jauh dari target.
(7) Penurunan emisi GRK pada sektor energi tidak akan bisa ditekan dengan co-firing. (8) Porsi sampah dan limbah hasil hutan hanya 1-5%, sisanya 95% tetap menggunakan batu bara. (9) Berdasarkan penelitian, pencampuran 5% co-firing hanya akan mengurangi emisi GRK pada PLTU batu bara sebesar 5,4%. (10) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh PLN, dibutuhkan 5 juta ton wood pellet per tahun atau 738.000 ton pellet sampah per tahun hanya untuk memenuhi kebutuhan 1% co-firing per tahun pada 18.000 MW PLTU batu bara yang sudah ada. (11) Dengan target PLN untuk penerapan co-firing sebesar 10%, maka volume sampah maupun PKS yang dibutuhkan akan lebih besar.
(12) Terkait sampah, pemerintah sudah mencobanya pada PLTU Jeranjang, Lombok dengan memanfaatkan sampah dari TPA Kebon Kongok. Penggunaan sampah ini tidak akan menyelesaikan krisis sampah khususnya plastik, dan berpotensi menurunkan efisiensi boiler PLTU. (13) Komposisi sampah yang masih didominasi oleh sampah sisa rumah tangga dan belum adanya sistem pemilahan yang baik memperkuat alasan mengapa sampah bukanlah pilihan yang tepat sebagai sumber energi alternatif. (14) Dari sisi polusi udara, penggunaan co-firing dengan tujuan mengurangi emisi berbahaya dari PLTU batu bara, tentunya tidak akan maksimal jika tidak didorong dengan teknologi air pollution control (APC) yang baik. (15) Penggunaan teknologi APC pun mulai menuai keluhan akibat mahalnya biaya retrofit yang harus dikeluarkan oleh PLTU, yang akan berujung pada kenaikan tarif listrik apabila tidak dibantu dengan subsidi dari pemerintah. (16) Selain itu, pencampuran pellet kayu dan sampah pada PLTU yang sebagai bahan bakar yang tidak disertai dengan pengelolaan emisi dengan baik, akan semakin membahayakan karena dapat menghasilkan polutan beracun lainnya.
Sumber: Greenpeace Indonesia (dengan perubahan)
Informasi mengenai efek samping co-firing terdapat pada paragraf ….
(1) Pemanfaatan biomassa sebagai campuran batu bara untuk bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah hal yang keliru dan merupakan solusi semu. (2) Sejauh ini, bahan baku sampingan yang digunakan untuk co-firing adalah sampah dan limbah hasil perkebunan, seperti cangkang sawit (palm kernel shell/PKS). (3) Penggunaan sampah dan PKS justru berpotensi menambah permasalahan baru. (4) Bila ingin mencapai penurunan emisi GRK secara signifikan, satu-satunya solusi dengan bertransisi ke energi bersih dan terbarukan. (5) Pemerintah sudah memiliki target bauran EBT (energi baru dan terbarukan) sebesar 23% pada 2025. (6) Namun, realisasinya masih jauh dari target.
(7) Penurunan emisi GRK pada sektor energi tidak akan bisa ditekan dengan co-firing. (8) Porsi sampah dan limbah hasil hutan hanya 1-5%, sisanya 95% tetap menggunakan batu bara. (9) Berdasarkan penelitian, pencampuran 5% co-firing hanya akan mengurangi emisi GRK pada PLTU batu bara sebesar 5,4%. (10) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh PLN, dibutuhkan 5 juta ton wood pellet per tahun atau 738.000 ton pellet sampah per tahun hanya untuk memenuhi kebutuhan 1% co-firing per tahun pada 18.000 MW PLTU batu bara yang sudah ada. (11) Dengan target PLN untuk penerapan co-firing sebesar 10%, maka volume sampah maupun PKS yang dibutuhkan akan lebih besar.
(12) Terkait sampah, pemerintah sudah mencobanya pada PLTU Jeranjang, Lombok dengan memanfaatkan sampah dari TPA Kebon Kongok. Penggunaan sampah ini tidak akan menyelesaikan krisis sampah khususnya plastik, dan berpotensi menurunkan efisiensi boiler PLTU. (13) Komposisi sampah yang masih didominasi oleh sampah sisa rumah tangga dan belum adanya sistem pemilahan yang baik memperkuat alasan mengapa sampah bukanlah pilihan yang tepat sebagai sumber energi alternatif. (14) Dari sisi polusi udara, penggunaan co-firing dengan tujuan mengurangi emisi berbahaya dari PLTU batu bara, tentunya tidak akan maksimal jika tidak didorong dengan teknologi air pollution control (APC) yang baik. (15) Penggunaan teknologi APC pun mulai menuai keluhan akibat mahalnya biaya retrofit yang harus dikeluarkan oleh PLTU, yang akan berujung pada kenaikan tarif listrik apabila tidak dibantu dengan subsidi dari pemerintah. (16) Selain itu, pencampuran pellet kayu dan sampah pada PLTU yang sebagai bahan bakar yang tidak disertai dengan pengelolaan emisi dengan baik, akan semakin membahayakan karena dapat menghasilkan polutan beracun lainnya.
Sumber: Greenpeace Indonesia (dengan perubahan)
Salah satu hambatan co-firing adalah ….
(1) Pemanfaatan biomassa sebagai campuran batu bara untuk bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah hal yang keliru dan merupakan solusi semu. (2) Sejauh ini, bahan baku sampingan yang digunakan untuk co-firing adalah sampah dan limbah hasil perkebunan, seperti cangkang sawit (palm kernel shell/PKS). (3) Penggunaan sampah dan PKS justru berpotensi menambah permasalahan baru. (4) Bila ingin mencapai penurunan emisi GRK secara signifikan, satu-satunya solusi dengan bertransisi ke energi bersih dan terbarukan. (5) Pemerintah sudah memiliki target bauran EBT (energi baru dan terbarukan) sebesar 23% pada 2025. (6) Namun, realisasinya masih jauh dari target.
(7) Penurunan emisi GRK pada sektor energi tidak akan bisa ditekan dengan co-firing. (8) Porsi sampah dan limbah hasil hutan hanya 1-5%, sisanya 95% tetap menggunakan batu bara. (9) Berdasarkan penelitian, pencampuran 5% co-firing hanya akan mengurangi emisi GRK pada PLTU batu bara sebesar 5,4%. (10) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh PLN, dibutuhkan 5 juta ton wood pellet per tahun atau 738.000 ton pellet sampah per tahun hanya untuk memenuhi kebutuhan 1% co-firing per tahun pada 18.000 MW PLTU batu bara yang sudah ada. (11) Dengan target PLN untuk penerapan co-firing sebesar 10%, maka volume sampah maupun PKS yang dibutuhkan akan lebih besar.
(12) Terkait sampah, pemerintah sudah mencobanya pada PLTU Jeranjang, Lombok dengan memanfaatkan sampah dari TPA Kebon Kongok. Penggunaan sampah ini tidak akan menyelesaikan krisis sampah khususnya plastik, dan berpotensi menurunkan efisiensi boiler PLTU. (13) Komposisi sampah yang masih didominasi oleh sampah sisa rumah tangga dan belum adanya sistem pemilahan yang baik memperkuat alasan mengapa sampah bukanlah pilihan yang tepat sebagai sumber energi alternatif. (14) Dari sisi polusi udara, penggunaan co-firing dengan tujuan mengurangi emisi berbahaya dari PLTU batu bara, tentunya tidak akan maksimal jika tidak didorong dengan teknologi air pollution control (APC) yang baik. (15) Penggunaan teknologi APC pun mulai menuai keluhan akibat mahalnya biaya retrofit yang harus dikeluarkan oleh PLTU, yang akan berujung pada kenaikan tarif listrik apabila tidak dibantu dengan subsidi dari pemerintah. (16) Selain itu, pencampuran pellet kayu dan sampah pada PLTU yang sebagai bahan bakar yang tidak disertai dengan pengelolaan emisi dengan baik, akan semakin membahayakan karena dapat menghasilkan polutan beracun lainnya.
Sumber: Greenpeace Indonesia (dengan perubahan)
Kalimat yang tidak padu pada paragraf ketiga adalah ….
(1) Suara aktor Gemma Chan di video “The IMDB Show: Take 5” membuat banyak orang kesengsem. (2) Bila dideskripsikan secara ringkas, suara Gemma tidak seberat dan seserak Emma Stone, tetapi tidak setipis dan setinggi Emma Watson. (3) Dalam tayangan itu, Gemma bicara dengan tempo cukup lambat dan intonasi rendah. (4) Dia pun bicara tanpa terlalu banyak melakukan variasi nada suara. (5) Dengan cara bicara seperti itu, Gemma sangat cocok jadi pendongeng untuk membacakan cerita pengantar tidur. (6) Tak heran jika ada seorang pemirsa yang berkomentar. Lain itu, banyak juga warganet yang kepincut logat British-nya.
(7) Orang Inggris menggolongkan aksen yang dituturkan Gemma sebagai Received Pronounciation—satu dari beberapa aksen yang dituturkan di Britania Raya. (8) Itu adalah aksen yang lazim dituturkan oleh masyarakat Inggris bagian selatan, seperti di London, Oxford, dan Cambrige. (9) Para fan Gemma tidak salah jika menyebut logat itu elegan atau mewah karena mulanya ia dituturkan oleh kalangan kelas menengah dan atas, termasuk para anggota Kerajaan Inggris Raya. (10) Persepsi yang muncul terhadap aksen Gemma bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. (11) Alasan paling sederhana adalah anggapan bahwa aksen Inggris itu memang menarik. (12) Anggapan ini mayoritas dianut oleh perempuan Amerika Serikat kala mendengar pria Inggris bicara.
(13) Pada 2018, Washington Post pernah mewawancarai sejumlah akademisi dan praktisi psikologi untuk mencari tahu penyebabnya. (14) Salah satu narasumbernya adalah psikoterapis Guy Winch. (15) Penulis buku Emotional First Aid: Healing Rejection, Guilt, Failure, and Other Everyday Hurts (2014) itu berpendapat bahwa bagi orang AS, aksen British bukan hal yang umum dan seseorang cenderung mengagumi sesuatu yang terkesan tidak biasa. (16) Hal senada juga diungkapkan oleh Lynne Murphy, penulis The Prodigal Tongue: The Love-Hate Relationship Between American and British English. (17) Menurut Murphy, orang AS tertarik pada aksen British karena penuturnya adalah orang “kerajaan” yang memberinya kesan elegan dan cerdas. (18) Ada aspirasi kelas sosial yang terselip dalam ketertarikan seseorang terhadap logat British.
Sumber: Tirto.id (dengan perubahan)
Gagasan utama paragraf ketiga teks di atas terdapat pada kalimat ….
(1) Suara aktor Gemma Chan di video “The IMDB Show: Take 5” membuat banyak orang kesengsem. (2) Bila dideskripsikan secara ringkas, suara Gemma tidak seberat dan seserak Emma Stone, tetapi tidak setipis dan setinggi Emma Watson. (3) Dalam tayangan itu, Gemma bicara dengan tempo cukup lambat dan intonasi rendah. (4) Dia pun bicara tanpa terlalu banyak melakukan variasi nada suara. (5) Dengan cara bicara seperti itu, Gemma sangat cocok jadi pendongeng untuk membacakan cerita pengantar tidur. (6) Tak heran jika ada seorang pemirsa yang berkomentar. Lain itu, banyak juga warganet yang kepincut logat British-nya.
(7) Orang Inggris menggolongkan aksen yang dituturkan Gemma sebagai Received Pronounciation—satu dari beberapa aksen yang dituturkan di Britania Raya. (8) Itu adalah aksen yang lazim dituturkan oleh masyarakat Inggris bagian selatan, seperti di London, Oxford, dan Cambrige. (9) Para fan Gemma tidak salah jika menyebut logat itu elegan atau mewah karena mulanya ia dituturkan oleh kalangan kelas menengah dan atas, termasuk para anggota Kerajaan Inggris Raya. (10) Persepsi yang muncul terhadap aksen Gemma bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. (11) Alasan paling sederhana adalah anggapan bahwa aksen Inggris itu memang menarik. (12) Anggapan ini mayoritas dianut oleh perempuan Amerika Serikat kala mendengar pria Inggris bicara.
(13) Pada 2018, Washington Post pernah mewawancarai sejumlah akademisi dan praktisi psikologi untuk mencari tahu penyebabnya. (14) Salah satu narasumbernya adalah psikoterapis Guy Winch. (15) Penulis buku Emotional First Aid: Healing Rejection, Guilt, Failure, and Other Everyday Hurts (2014) itu berpendapat bahwa bagi orang AS, aksen British bukan hal yang umum dan seseorang cenderung mengagumi sesuatu yang terkesan tidak biasa. (16) Hal senada juga diungkapkan oleh Lynne Murphy, penulis The Prodigal Tongue: The Love-Hate Relationship Between American and British English. (17) Menurut Murphy, orang AS tertarik pada aksen British karena penuturnya adalah orang “kerajaan” yang memberinya kesan elegan dan cerdas. (18) Ada aspirasi kelas sosial yang terselip dalam ketertarikan seseorang terhadap logat British.
Sumber: Tirto.id (dengan perubahan)
Simpulan yang tepat untuk teks di atas adalah ….
(1) Suara aktor Gemma Chan di video “The IMDB Show: Take 5” membuat banyak orang kesengsem. (2) Bila dideskripsikan secara ringkas, suara Gemma tidak seberat dan seserak Emma Stone, tetapi tidak setipis dan setinggi Emma Watson. (3) Dalam tayangan itu, Gemma bicara dengan tempo cukup lambat dan intonasi rendah. (4) Dia pun bicara tanpa terlalu banyak melakukan variasi nada suara. (5) Dengan cara bicara seperti itu, Gemma sangat cocok jadi pendongeng untuk membacakan cerita pengantar tidur. (6) Tak heran jika ada seorang pemirsa yang berkomentar. Lain itu, banyak juga warganet yang kepincut logat British-nya.
(7) Orang Inggris menggolongkan aksen yang dituturkan Gemma sebagai Received Pronounciation—satu dari beberapa aksen yang dituturkan di Britania Raya. (8) Itu adalah aksen yang lazim dituturkan oleh masyarakat Inggris bagian selatan, seperti di London, Oxford, dan Cambrige. (9) Para fan Gemma tidak salah jika menyebut logat itu elegan atau mewah karena mulanya ia dituturkan oleh kalangan kelas menengah dan atas, termasuk para anggota Kerajaan Inggris Raya. (10) Persepsi yang muncul terhadap aksen Gemma bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. (11) Alasan paling sederhana adalah anggapan bahwa aksen Inggris itu memang menarik. (12) Anggapan ini mayoritas dianut oleh perempuan Amerika Serikat kala mendengar pria Inggris bicara.
(13) Pada 2018, Washington Post pernah mewawancarai sejumlah akademisi dan praktisi psikologi untuk mencari tahu penyebabnya. (14) Salah satu narasumbernya adalah psikoterapis Guy Winch. (15) Penulis buku Emotional First Aid: Healing Rejection, Guilt, Failure, and Other Everyday Hurts (2014) itu berpendapat bahwa bagi orang AS, aksen British bukan hal yang umum dan seseorang cenderung mengagumi sesuatu yang terkesan tidak biasa. (16) Hal senada juga diungkapkan oleh Lynne Murphy, penulis The Prodigal Tongue: The Love-Hate Relationship Between American and British English. (17) Menurut Murphy, orang AS tertarik pada aksen British karena penuturnya adalah orang “kerajaan” yang memberinya kesan elegan dan cerdas. (18) Ada aspirasi kelas sosial yang terselip dalam ketertarikan seseorang terhadap logat British.
Sumber: Tirto.id (dengan perubahan)
Pola pengembangan paragraf kedua teks di atas adalah ….
Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek/BRIN Ali Ghufron Mukti mengatakan, dalam berbagai penelitian terkait virus Corona yang mereka lakukan, belum ada satu obat khusus untuk COVID-19.
Berikut ini kata yang bukan sinonim dari kata konsorsium adalah ….
Teks A
Hasil rekapitulasi nasional oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan pasangan calon Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin sebagai pemenang dalam Pilpres 2019. Salah satu daerah yang berperan menggebrak suara calon petahana ini adalah Jawa Tengah. Jokowi-Maruf unggul telak sebesar 77,26% atau 16,7 juta suara dengan kemenangan di seluruh wilayah Jawa Tengah. Sementara pesaingnya hanya memperoleh 22,74% atau 4,9 juta suara.
Teks B
Rekapitulasi penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatatkan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno unggul di Sumatera Barat. Bahkan, Prabowo- Sandi memperoleh suara enam kali lipat dibanding pesaingnya, Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Ranah Minang. Prabowo-Sandiaga tercatat memperoleh 2.488.733 suara atau 85,92% dari total 2,896,494 suara di Sumatera Barat. Sementara, Jokowi-Ma’ruf mendapatkan 407.761 suara atau 14,08% di provinsi tersebut. Ada pun jumlah suara tidak sah di Sumatera Barat sebesar 40.225.
Sumber: katadata.co.id
Apakah persamaan dari kedua teks di atas ….
(1) Usulan pembebasan pajak bagi mobil baru ditolak oleh Kementerian Keuangan Sri Mulyani. (2) Usulan tersebut sebenarnya disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk mendongkrak penjualan di sektor otomotif. (3) Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan meski usulan pembebasan pajak mobil baru mendapatkan lampu hijau, belum tentu pemulihan di sektor otomotif turut terdongkrak. (4) “Meski diharapkan dengan relaksasi tersebut, recovery penjualan lebih cepat ke depan,” jelas Zamzami, Selasa (20/10).
(5) Zamzami menambahkan otomotif merupakan sektor yang memiliki sifat “diskresioner” atau opsional karena bisa dimasukkan ke golongan barang mewah. (6) Karena sifatnya tersebut penjualan otomotif biasanya lebih sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. (7) Dalam hal ini, penjualan otomotif terlihat sudah mengalami pemulihan perlahan secara bulanan, meski secara tahunan masih terkontraksi. (8) Dengan kondisi tersebut, penolakan pembebasan pajak mobil baru ini juga tidak berdampak banyak pada pergerakan saham emiten otomotif. (9) Pasalnya, pelaku pasar juga masih menanti insentif pengganti untuk industri secara menyeluruh.
(10) Dalam kondisi saat ini, Zamzami masih merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII) yang saat ini masih terlihat diskon, diperdagangkan pada -1 standar deviasi dari rata-rata price to earning ratio (PER) lima tahun. (11) Zamzami mengatakan target harga konsensus untuk ASII berada di level Rp5.700. (12) Selasa (20/10) pukul 14.01 WIB harga saham ASII naik 2,50% ke Rp5.125 per saham.
Sumber: Kontan.co.id (dengan perubahan)
Menurut letak pikiran utamanya, paragraf pertama tergolong dalam jenis paragraf ….
(1) Usulan pembebasan pajak bagi mobil baru ditolak oleh Kementerian Keuangan Sri Mulyani. (2) Usulan tersebut sebenarnya disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk mendongkrak penjualan di sektor otomotif. (3) Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan meski usulan pembebasan pajak mobil baru mendapatkan lampu hijau, belum tentu pemulihan di sektor otomotif turut terdongkrak. (4) “Meski diharapkan dengan relaksasi tersebut, recovery penjualan lebih cepat ke depan,” jelas Zamzami, Selasa (20/10).
(5) Zamzami menambahkan otomotif merupakan sektor yang memiliki sifat “diskresioner” atau opsional karena bisa dimasukkan ke golongan barang mewah. (6) Karena sifatnya tersebut penjualan otomotif biasanya lebih sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. (7) Dalam hal ini, penjualan otomotif terlihat sudah mengalami pemulihan perlahan secara bulanan, meski secara tahunan masih terkontraksi. (8) Dengan kondisi tersebut, penolakan pembebasan pajak mobil baru ini juga tidak berdampak banyak pada pergerakan saham emiten otomotif. (9) Pasalnya, pelaku pasar juga masih menanti insentif pengganti untuk industri secara menyeluruh.
(10) Dalam kondisi saat ini, Zamzami masih merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII) yang saat ini masih terlihat diskon, diperdagangkan pada -1 standar deviasi dari rata-rata price to earning ratio (PER) lima tahun. (11) Zamzami mengatakan target harga konsensus untuk ASII berada di level Rp5.700. (12) Selasa (20/10) pukul 14.01 WIB harga saham ASII naik 2,50% ke Rp5.125 per saham.
Sumber: Kontan.co.id (dengan perubahan)
Kata konsensus pada kalimat (11) memiliki makna ….
(1) Usulan pembebasan pajak bagi mobil baru ditolak oleh Kementerian Keuangan Sri Mulyani. (2) Usulan tersebut sebenarnya disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk mendongkrak penjualan di sektor otomotif. (3) Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan meski usulan pembebasan pajak mobil baru mendapatkan lampu hijau, belum tentu pemulihan di sektor otomotif turut terdongkrak. (4) “Meski diharapkan dengan relaksasi tersebut, recovery penjualan lebih cepat ke depan,” jelas Zamzami, Selasa (20/10).
(5) Zamzami menambahkan otomotif merupakan sektor yang memiliki sifat “diskresioner” atau opsional karena bisa dimasukkan ke golongan barang mewah. (6) Karena sifatnya tersebut penjualan otomotif biasanya lebih sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. (7) Dalam hal ini, penjualan otomotif terlihat sudah mengalami pemulihan perlahan secara bulanan, meski secara tahunan masih terkontraksi. (8) Dengan kondisi tersebut, penolakan pembebasan pajak mobil baru ini juga tidak berdampak banyak pada pergerakan saham emiten otomotif. (9) Pasalnya, pelaku pasar juga masih menanti insentif pengganti untuk industri secara menyeluruh.
(10) Dalam kondisi saat ini, Zamzami masih merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII) yang saat ini masih terlihat diskon, diperdagangkan pada -1 standar deviasi dari rata-rata price to earning ratio (PER) lima tahun. (11) Zamzami mengatakan target harga konsensus untuk ASII berada di level Rp5.700. (12) Selasa (20/10) pukul 14.01 WIB harga saham ASII naik 2,50% ke Rp5.125 per saham.
Sumber: Kontan.co.id (dengan perubahan)
Apa alasan Mentri Keuangan Sri Mulyani menolak usulan pembebasan pajak mobil baru?
(1) Usulan pembebasan pajak bagi mobil baru ditolak oleh Kementerian Keuangan Sri Mulyani. (2) Usulan tersebut sebenarnya disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk mendongkrak penjualan di sektor otomotif. (3) Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan meski usulan pembebasan pajak mobil baru mendapatkan lampu hijau, belum tentu pemulihan di sektor otomotif turut terdongkrak. (4) “Meski diharapkan dengan relaksasi tersebut, recovery penjualan lebih cepat ke depan,” jelas Zamzami, Selasa (20/10).
(5) Zamzami menambahkan otomotif merupakan sektor yang memiliki sifat “diskresioner” atau opsional karena bisa dimasukkan ke golongan barang mewah. (6) Karena sifatnya tersebut penjualan otomotif biasanya lebih sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. (7) Dalam hal ini, penjualan otomotif terlihat sudah mengalami pemulihan perlahan secara bulanan, meski secara tahunan masih terkontraksi. (8) Dengan kondisi tersebut, penolakan pembebasan pajak mobil baru ini juga tidak berdampak banyak pada pergerakan saham emiten otomotif. (9) Pasalnya, pelaku pasar juga masih menanti insentif pengganti untuk industri secara menyeluruh.
(10) Dalam kondisi saat ini, Zamzami masih merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII) yang saat ini masih terlihat diskon, diperdagangkan pada -1 standar deviasi dari rata-rata price to earning ratio (PER) lima tahun. (11) Zamzami mengatakan target harga konsensus untuk ASII berada di level Rp5.700. (12) Selasa (20/10) pukul 14.01 WIB harga saham ASII naik 2,50% ke Rp5.125 per saham.
Sumber: Kontan.co.id (dengan perubahan)
Hal yang dimaksud dengan penjualan otomotif terkontraksi pada kalimat (7) adalah ….
(1) Usulan pembebasan pajak bagi mobil baru ditolak oleh Kementerian Keuangan Sri Mulyani. (2) Usulan tersebut sebenarnya disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk mendongkrak penjualan di sektor otomotif. (3) Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan meski usulan pembebasan pajak mobil baru mendapatkan lampu hijau, belum tentu pemulihan di sektor otomotif turut terdongkrak. (4) “Meski diharapkan dengan relaksasi tersebut, recovery penjualan lebih cepat ke depan,” jelas Zamzami, Selasa (20/10).
(5) Zamzami menambahkan otomotif merupakan sektor yang memiliki sifat “diskresioner” atau opsional karena bisa dimasukkan ke golongan barang mewah. (6) Karena sifatnya tersebut penjualan otomotif biasanya lebih sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. (7) Dalam hal ini, penjualan otomotif terlihat sudah mengalami pemulihan perlahan secara bulanan, meski secara tahunan masih terkontraksi. (8) Dengan kondisi tersebut, penolakan pembebasan pajak mobil baru ini juga tidak berdampak banyak pada pergerakan saham emiten otomotif. (9) Pasalnya, pelaku pasar juga masih menanti insentif pengganti untuk industri secara menyeluruh.
(10) Dalam kondisi saat ini, Zamzami masih merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII) yang saat ini masih terlihat diskon, diperdagangkan pada -1 standar deviasi dari rata-rata price to earning ratio (PER) lima tahun. (11) Zamzami mengatakan target harga konsensus untuk ASII berada di level Rp5.700. (12) Selasa (20/10) pukul 14.01 WIB harga saham ASII naik 2,50% ke Rp5.125 per saham.
Sumber: Kontan.co.id (dengan perubahan)
Secara keseluruhan, teks di atas memiliki kelemahan, yaitu ….
(1) Presiden Joko Widodo melantik enam menteri dan lima wakil menteri baru di Kabinet Indonesia Maju, di Istana Negara, Jakarta pada hari Rabu (23/12). (2) Pelantikan enam menteri baru ini berdasarkan Keputusan Presiden 133/P/Tahun 2020 Tentang Pengisian dan Pergantian Beberapa Menteri Kabinet Indonesia Maju dalam sisa masa jabatan periode 2019-2024. (3) Sementara itu pelantikan lima orang wamen berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 76/M/2020 Pemberhentian dan Pengangkatan Wakil Menteri Negara periode 2019-2024.
(4) Keenam menteri baru itu adalah, pertama, Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial. (5) Wali Kota Surabaya itu menggantikan posisi Juliari P Batubara yang kini menjadi tersangka kasus dugaan korupsi Bansos Covid-19. (6) Kedua, mantan wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menggantikan Wishnutama Kusubandio. (7) Ketiga, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, menggantikan Terawan Agus Putranto. (8) Keempat, Ketua Gerakan Pemuda Anshor Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, menggantikan Fachrul Razi. (9) Kelima, Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono yang ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, menggantikan Edhy Prabowo yang kini menjadi tersangka dugaan korupsi ekspor benih lobster. (10) Keenam, Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan. Lutfi yang baru beberapa bulan menjadi Duta Besar Indonesia Untuk Amerika dilantik menggantikan posisi Agus Suparmanto.
Sumber: diadaptasi dan disesuaikan dari VOAIndonesia.
Di bawah ini yang tidak termasuk makna dari kata kabinet adalah ….
(1) Presiden Joko Widodo melantik enam menteri dan lima wakil menteri baru di Kabinet Indonesia Maju, di Istana Negara, Jakarta pada hari Rabu (23/12). (2) Pelantikan enam menteri baru ini berdasarkan Keputusan Presiden 133/P/Tahun 2020 Tentang Pengisian dan Pergantian Beberapa Menteri Kabinet Indonesia Maju dalam sisa masa jabatan periode 2019-2024. (3) Sementara itu pelantikan lima orang wamen berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 76/M/2020 Pemberhentian dan Pengangkatan Wakil Menteri Negara periode 2019-2024.
(4) Keenam menteri baru itu adalah, pertama, Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial. (5) Wali Kota Surabaya itu menggantikan posisi Juliari P Batubara yang kini menjadi tersangka kasus dugaan korupsi Bansos Covid-19. (6) Kedua, mantan wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menggantikan Wishnutama Kusubandio. (7) Ketiga, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, menggantikan Terawan Agus Putranto. (8) Keempat, Ketua Gerakan Pemuda Anshor Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, menggantikan Fachrul Razi. (9) Kelima, Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono yang ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, menggantikan Edhy Prabowo yang kini menjadi tersangka dugaan korupsi ekspor benih lobster. (10) Keenam, Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan. Lutfi yang baru beberapa bulan menjadi Duta Besar Indonesia Untuk Amerika dilantik menggantikan posisi Agus Suparmanto.
Sumber: diadaptasi dan disesuaikan dari VOAIndonesia.
Kesimpulan dari teks di atas adalah ….
Teks A
(1) Suku Kubu di Jambi terkenal dengan kebiasaan hidup terisolasi dari kehidupan dunia luar. (2) Kebudayaan material suku Kubu juga masih sederhana. (3) Hal itu terlihat pada alat-alat rumah tangga, alat-alat bercocok tanam dan berkebun, serta pakaian sehari-hari. (4) Namun, suku Kubu juga mengenal kebudayaan rohani yang meliputi kepercayaan akan setan-setan dan dewa-dewa, adat kelahiran, perkawinan, kematian, pantangan/tabu, hukum adat, kesenian, dan bahasa yang khas. (5) Mereka masih menerapkan budaya berburu, sistem barter, dan bercocok tanam untuk kelangsungan hidup mereka. (6) Karena kebiasaan berpindah-pindah, mereka termasuk suku yang menganut sistem hidup seminomaden.
Teks B
(1) Suku Kubu terdiri atas suatu kelompok induk masyarakat terasing. (2) Mereka terdiri atas beberapa kelompok besar yang terbentuk karena sesama hubungan darah. (3) Suku ini biasanya berdiam di hutan rimba yang terpencil. (4) Daerah kekuasaan mereka dibatasi oleh bukit-bukit dan hulu anak sungai yang mengalir ke sungai yang lebih besar. (5) Wilayah tersebut menjadi daerah kekuasaaan dalam berburu dan bercocok tanam. (6) Jika terdapat suku Kubu lainnya yang memasuki wilayah tersebut dan tidak memiliki hubungan darah, mereka dianggap melanggar daerah kekuasaan yang dapat memicu perkelahian dan perselisihan.
Sumber: diadaptasi dari http://jadiberita.com/
Informasi manakah yang terdapat pada Teks A, tetapi tidak terdapat pada teks B?
Teks A
(1) Suku Kubu di Jambi terkenal dengan kebiasaan hidup terisolasi dari kehidupan dunia luar. (2) Kebudayaan material suku Kubu juga masih sederhana. (3) Hal itu terlihat pada alat-alat rumah tangga, alat-alat bercocok tanam dan berkebun, serta pakaian sehari-hari. (4) Namun, suku Kubu juga mengenal kebudayaan rohani yang meliputi kepercayaan akan setan-setan dan dewa-dewa, adat kelahiran, perkawinan, kematian, pantangan/tabu, hukum adat, kesenian, dan bahasa yang khas. (5) Mereka masih menerapkan budaya berburu, sistem barter, dan bercocok tanam untuk kelangsungan hidup mereka. (6) Karena kebiasaan berpindah-pindah, mereka termasuk suku yang menganut sistem hidup seminomaden.
Teks B
(1) Suku Kubu terdiri atas suatu kelompok induk masyarakat terasing. (2) Mereka terdiri atas beberapa kelompok besar yang terbentuk karena sesama hubungan darah. (3) Suku ini biasanya berdiam di hutan rimba yang terpencil. (4) Daerah kekuasaan mereka dibatasi oleh bukit-bukit dan hulu anak sungai yang mengalir ke sungai yang lebih besar. (5) Wilayah tersebut menjadi daerah kekuasaaan dalam berburu dan bercocok tanam. (6) Jika terdapat suku Kubu lainnya yang memasuki wilayah tersebut dan tidak memiliki hubungan darah, mereka dianggap melanggar daerah kekuasaan yang dapat memicu perkelahian dan perselisihan.
Sumber: diadaptasi dari http://jadiberita.com/
Apa makna dari metafora “hubungan darah” pada teks B?
Di Indonesia, Keluarga Cendana yang pernah berkuasa selama 30 tahun lebih tampak berupaya kembali ke kekuasaan. Tapi, setidaknya sejauh ini, belum berhasil. Partai Berkarya yang dipimpin anak Soeharto, Tommy, adalah organisasi politik medioker.
Makna kata yang ditulis miring adalah ….
(1) Di dalam sebuah kehidupan, seseorang tidak hanya membutuhkan kesehatan jasmaniah saja untuk memenuhi kebutuhan fisiknya seperti makan, minum, dan olahraga. (2) Akan tetapi juga yang tak kalah penting adalah kesehatan mental yang berguna untuk memenuhi kebutuhan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan seseorang. (3) Sebuah definisi dari ahli menjelaskan bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemajuan dirinya (Daradjat, 1983). (4) Dari definisi tersebut bahwa apabila seseorang mampu mewujudkan keharmonisan antara fungsi jiwanya seperti berpikir, merasa, dan lain-lain, serta mereka senantiasa berpikir secara positif dan mampu menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi dalam hidupnya.
(5) Menurut WHO (dalam Rasmun, 2001) menyebutkan bahwa terdapat beberapa kriteria orang yang sehat secara jiwa dan mental, antara lain; 1) mampu menyesuaikan diri dengan baik pada kenyataan, 2) adanya kepuasan dalam diri, baik kepuasan atas usaha atau memberi sesuatu, 3) adanya hubungan antar manusia, seperti sikap saling tolong-menolong, 4) introspeksi diri, 5) menyelesaikan permusuhan secara kreatif dan konstruktif, dan 6) mempunyai rasa kasih sayang. (6) Dari kriteria yang disebutkan oleh WHO tersebut wajiblah dimiliki oleh setiap individu, karena berhubungan dengan kondisi mental mereka. (7) Jika kriteria tersebut dapat dimiliki oleh setiap individu, maka dapat meminimalisir terjadinya kondisi mental yang tidak sehat pada individu.
(8) Menurut Daradjat dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Mental terdapat empat hal yang berpengaruh besar terhadap kesehatan mental seseorang, yaitu perasaan, pikiran/kecerdasan, kelakuan, dan kesehatan badan. (9) Secara tidak langsung keempat hal tersebut sangat berpengaruh pada kondisi mental seseorang. (10) Contohnya, seseorang yang menderita penyakit jantung bertahun-tahun dan tak kunjung sembuh walaupun telah berobat ke berbagai dokter maupun pengobatan tradisional telah dicobanya, tetapi tetap saja penyakitnya tak kunjung sembuh, sehingga membuatnya stress berkepanjangan dan ia merasa bahwa kehidupan yang diberi oleh Tuhan tak adil baginya. (11) Dari contoh tersebut, kita bisa menggambarkan bahwa kondisi kesehatan jasmaniah secara tidak langsung juga mempengaruhi kesehatan mental seseorang. (12) Dan tentu jikalau seseorang tak mampu menjaga dirinya dari hal buruk yang dapat berpengaruh pada kondisi mental mereka, maka dapat berdampak negatif bagi kehidupannya.
Di bawah ini yang bukan kriteria orang yang sehat secara jiwa dan mental adalah ….
Terdapat dua bilangan bulat. Dua kali bilangan pertama ditambah empat kali bilangan kedua adalah 16. Berapa nilai maksimal dari jumlah kuadrat kedua bilangan tersebut?
Diketahui perbandingan suatu barisan geometri suku ke-5 terhadap suku ke-2 adalah 1/64. Jika jumlah suku ke-2 dan suku ke-3 adalah 20. Maka suku ke 6 barisan tersebut ditambah 3,9375 adalah …
Diketahui rata- rata umur sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri dan 3 anak adalah 24. Jika umur ayah 2,5 kali umur anak pertama, sedangkan umur anggota keluarga lainnya adalah umur ibu kurang 4 tahun dari umur ayah, umur anak kedua lebih 4 tahun dari anak termuda, dan umur anak termuda kurang 10 tahun dari umur anak pertama. Maka selisih umur Ayah dan anak kedua adalah …
6 7 43
7 8 57
8 11 ?
Bilangan yang tepat untuk mengisi ruang yang kosong adalah …
Diketahui 3/2 jumlah pelamar suatu perusahaan memiliki minat di bidang marketing dan finance, mereka akan melamar bidang marketing. Lima kali dari jumlah pelamar yang berminat di 2 bidang tersebut akan melamar bidang finance. Jika diketahui jumlah pelamar perusahaan tersebut adalah 66 orang dan pelamar yang yang melamar di perusahaan tersebut secara otomatis memiliki minat terhadap bidang pekerjaan yang diambil, maka banyaknya pelamar yang melamar bidang pekerjaan finance saja adalah…
Berapa banyak rumput yang diperlukan untuk 34 ekor kambing selama 7 hari?
(1) 34 ekor kambing selama 2 hari memerlukan 15kg rumput
(2) Setiap hari memerlukan 30 kg rumput
Dari angka 0, 1, 2, 3, 5, 7, 9 akan dibentuk bilangan ribuan yang terdiri dari empat angka. Banyak bilangan yang dapat dibentuk jika angka 1 tidak boleh berulang lebih dari tiga kali adalah ….
Fino dapat membuat tiga buah lego dalam waktu 5 menit, sedangkan Fero dalam waktu 5 menit dapat membuat dua kali lipat lego Fino. Jika Fino mulai membuat lego 5 menit lebih awal dari Fero dan keduanya selesai setelah Fero bekerja selama 65 menit maka banyak lego yang dihasilkan adalah …
x, 6, 12, 20, 30, 42, 56, 72, y
Suatu perusahaan memiliki 300 karyawan yang terdiri atas lulusan SMA, S1, S2 dan S3. Perbandingan jumlah karyawan berpendidikan terakhir SMA, S1 dan S2 adalah 2 : 8 : 4 . Jika presentase karyawan berpindidikan S3 sebesar 2% dari total karyawan maka jumlah karyawan berpendidikan S1 adalah ….
(1) Stigmatisasi umumnya dialami oleh orang-orang yang dianggap berbeda atau berbahaya. (2) Menjadi berbeda di masyarakat yang kolektivis seperti Indonesia ini, merupakan sebuah hal yang tidak nyaman. (3) Kita mudah sekali memberi label pada sebuah perilaku atau sesuatu yang kita anggap mengerikan, berbahaya, menjijikkan dan/atau berbeda. (4) Tujuannya, agar diri kita tetap memiliki rasa aman (security). (5) Rasa aman sangatlah penting untuk meredam perasaan kita terhadap ketidakpastian yang membuat kita cemas. (6) Manusia memang tidak suka berada di dalam keadaan yang ambigu terlebih saat pandemi seperti ini. (7) Oleh karena itu, kita cenderung melakukan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). (8) Stigma juga terjadi akibat dari bentuk defense orang-orang yang merasa terancam akan bahaya yang ia sendiri tidak ketahui (uncertainty avoidance). (9) Layaknya orang ketakutan, alih-alih mendengarkan penjelasan, mereka justru akan lebih terdorong untuk melakukan tindakan yang bisa mengurangi kecemasan mereka, dan sayangnya stigma mampu meredam kecemasan itu. (10) Dalam kaitannya dengan kondisi Covid-19, stigma akan menjauhkan perasaan seseorang dari sumber bahaya. (11) Meskipun banyak kasus sudah terjadi di lingkungan seseorang, memberi stigma mampu memunculkan bias kognitif, saat dia meyakini apa yang terjadi pada pasien Covid-19 tidak akan terjadi pada dirinya. (12) Jadi, bisa disimpulkan bahwa stigma sebenarnya adalah pengalihan emosi atas rasa takut dalam diri.
Sumber: Pijarpsikologi, dengan perubahan
Pengungkapan “memberi label pada sebuah perilaku” adalah untuk ….
(1) Stigmatisasi umumnya dialami oleh orang-orang yang dianggap berbeda atau berbahaya. (2) Menjadi berbeda di masyarakat yang kolektivis seperti Indonesia ini, merupakan sebuah hal yang tidak nyaman. (3) Kita mudah sekali memberi label pada sebuah perilaku atau sesuatu yang kita anggap mengerikan, berbahaya, menjijikkan dan/atau berbeda. (4) Tujuannya, agar diri kita tetap memiliki rasa aman (security). (5) Rasa aman sangatlah penting untuk meredam perasaan kita terhadap ketidakpastian yang membuat kita cemas. (6) Manusia memang tidak suka berada di dalam keadaan yang ambigu terlebih saat pandemi seperti ini. (7) Oleh karena itu, kita cenderung melakukan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). (8) Stigma juga terjadi akibat dari bentuk defense orang-orang yang merasa terancam akan bahaya yang ia sendiri tidak ketahui (uncertainty avoidance). (9) Layaknya orang ketakutan, alih-alih mendengarkan penjelasan, mereka justru akan lebih terdorong untuk melakukan tindakan yang bisa mengurangi kecemasan mereka, dan sayangnya stigma mampu meredam kecemasan itu. (10) Dalam kaitannya dengan kondisi Covid-19, stigma akan menjauhkan perasaan seseorang dari sumber bahaya. (11) Meskipun banyak kasus sudah terjadi di lingkungan seseorang, memberi stigma mampu memunculkan bias kognitif, saat dia meyakini apa yang terjadi pada pasien Covid-19 tidak akan terjadi pada dirinya. (12) Jadi, bisa disimpulkan bahwa stigma sebenarnya adalah pengalihan emosi atas rasa takut dalam diri.
Sumber: Pijarpsikologi, dengan perubahan
Berikut ini adalah kalimat yang memaparkan alasan seseorang melakukan stigmatisasi, kecuali ….
(1) Stigmatisasi umumnya dialami oleh orang-orang yang dianggap berbeda atau berbahaya. (2) Menjadi berbeda di masyarakat yang kolektivis seperti Indonesia ini, merupakan sebuah hal yang tidak nyaman. (3) Kita mudah sekali memberi label pada sebuah perilaku atau sesuatu yang kita anggap mengerikan, berbahaya, menjijikkan dan/atau berbeda. (4) Tujuannya, agar diri kita tetap memiliki rasa aman (security). (5) Rasa aman sangatlah penting untuk meredam perasaan kita terhadap ketidakpastian yang membuat kita cemas. (6) Manusia memang tidak suka berada di dalam keadaan yang ambigu terlebih saat pandemi seperti ini. (7) Oleh karena itu, kita cenderung melakukan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). (8) Stigma juga terjadi akibat dari bentuk defense orang-orang yang merasa terancam akan bahaya yang ia sendiri tidak ketahui (uncertainty avoidance). (9) Layaknya orang ketakutan, alih-alih mendengarkan penjelasan, mereka justru akan lebih terdorong untuk melakukan tindakan yang bisa mengurangi kecemasan mereka, dan sayangnya stigma mampu meredam kecemasan itu. (10) Dalam kaitannya dengan kondisi Covid-19, stigma akan menjauhkan perasaan seseorang dari sumber bahaya. (11) Meskipun banyak kasus sudah terjadi di lingkungan seseorang, memberi stigma mampu memunculkan bias kognitif, saat dia meyakini apa yang terjadi pada pasien Covid-19 tidak akan terjadi pada dirinya. (12) Jadi, bisa disimpulkan bahwa stigma sebenarnya adalah pengalihan emosi atas rasa takut dalam diri.
Sumber: Pijarpsikologi, dengan perubahan
Kalimat yang memerlukan perbaikan tanda koma adalah ….
(1) Beberapa penelitian menemukan bahwa perubahan pada bagian otak penciuman bisa juga terjadi. (2) Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pelatihan penciuman yang berlanjut lebih lama—dalam hitungan minggu—lebih baik. (3) Meski demikian, pelatihan penciuman adalah awal pemulihan yang mudah dan sederhana. (4) Pelatihan penciuman merangsang pergantian sel saraf khusus dan membantu memulihkan indera penciuman. (5) Hasil dari pendekatan baru ini menunjukkan bahwa pemulihan indera penciuman yang lebih baik bisa tercapai. (6) Pada akhirnya, mereka yang mengalami gejala berkepanjangan mungkin perlu mencari nasihat medis lebih lanjut dari dokter mereka atau mencari rujukan ke klinik spesialis, terutama jika mereka mengalami gangguan penciuman yang menyakitkan yang disebut sebagai parosmia. (7) Penelitian lebih baru menganjurkan bahwa empat bau yang digunakan dalam pelatihan penciuman harus diubah setiap 12 minggu. (8) Jadi, kita perlu meneruskan latihan karena hasilnya tidak instan.
Urutan yang tepat untuk paragraf di atas adalah ….
(1) Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, Partai Komunis menjadi semakin waspada dalam menjaga propaganda resmi seputar ideologi partai dan pemerintahan Xi dari segala bentuk kritik. (2) Dalam pidato 2013, Xi menekankan pentingnya propaganda dan “kepemimpinan ideologis” di negara itu, tetapi pandemi telah memungkinkan partai Cina untuk memperluas kontrol ideologinya atas pengadilan, menghapuskan segala bentuk otonomi peradilan. (3) Manipulasi lembaga aturan hukum ini dapat dilihat dalam penuntutan jurnalis warga seperti Zhang Zhan dan siapa pun yang mempertanyakan atau mengkritik kebijakan resmi partai.
(4) Peneliti-peneliti Marxis dan pendukung propaganda partai berpendapat bahwa ideologi partai dan “aturan hukum” tidak saling berlawanan. (5) Di Cina, mereka mengatakan, tidak perlu ada pemisahan kuasa secara hukum untuk memastikan keadilan karena partai adalah perwujudan utama dari amanat rakyat dalam hal hukum dan ketertiban. (6) Intinya, Partai Komunis adalah aturan hukum itu sendiri, dengan sifat-sifat masyarakat Cina. (7) Partai sudah lama menggunakan sistem pertahanan dan pengadilan dalam cara ini untuk “membunuh ayam untuk menakuti monyet” (pepatah Cina yang berarti menghukum satu seorang sebagai contoh bagi orang-orang lain).
(8) Pada masa lalu, partai biasanya mengincar pembangkang politik terkemuka, seperti Liu Xiaobo dan Wei Jingsheng, dan pengacara-pengacara pembela hak asasi manusia . (9) Hal yang baru dan mengkhawatirkan adalah penggunaan taktik ini untuk memberantas segala perbedaan pendapat dan adanya anggapan bahwa masyarakat sipil mengancam kekuasaan partai. (10) Mereka yang ditargetkan dalam beberapa tahun terakhir termasuk penulis keturunan Cina-Australia, Yang Hengjun, taipan media Hong Kong Jimmy Lai, dan jurnalis keturunan Cina-Australia Cheng Lei, juga banyak orang asing.
Sumber: The Conversation Indonesia, dengan perubahan
Kata ini pada kalimat (9) merujuk pada ….
(1) Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, Partai Komunis menjadi semakin waspada dalam menjaga propaganda resmi seputar ideologi partai dan pemerintahan Xi dari segala bentuk kritik. (2) Dalam pidato 2013, Xi menekankan pentingnya propaganda dan “kepemimpinan ideologis” di negara itu, tetapi pandemi telah memungkinkan partai Cina untuk memperluas kontrol ideologinya atas pengadilan, menghapuskan segala bentuk otonomi peradilan. (3) Manipulasi lembaga aturan hukum ini dapat dilihat dalam penuntutan jurnalis warga seperti Zhang Zhan dan siapa pun yang mempertanyakan atau mengkritik kebijakan resmi partai.
(4) Peneliti-peneliti Marxis dan pendukung propaganda partai berpendapat bahwa ideologi partai dan “aturan hukum” tidak saling berlawanan. (5) Di Cina, mereka mengatakan, tidak perlu ada pemisahan kuasa secara hukum untuk memastikan keadilan karena partai adalah perwujudan utama dari amanat rakyat dalam hal hukum dan ketertiban. (6) Intinya, Partai Komunis adalah aturan hukum itu sendiri, dengan sifat-sifat masyarakat Cina. (7) Partai sudah lama menggunakan sistem pertahanan dan pengadilan dalam cara ini untuk “membunuh ayam untuk menakuti monyet” (pepatah Cina yang berarti menghukum satu seorang sebagai contoh bagi orang-orang lain).
(8) Pada masa lalu, partai biasanya mengincar pembangkang politik terkemuka, seperti Liu Xiaobo dan Wei Jingsheng, dan pengacara-pengacara pembela hak asasi manusia . (9) Hal yang baru dan mengkhawatirkan adalah penggunaan taktik ini untuk memberantas segala perbedaan pendapat dan adanya anggapan bahwa masyarakat sipil mengancam kekuasaan partai. (10) Mereka yang ditargetkan dalam beberapa tahun terakhir termasuk penulis keturunan Cina-Australia, Yang Hengjun, taipan media Hong Kong Jimmy Lai, dan jurnalis keturunan Cina-Australia Cheng Lei, juga banyak orang asing.
Sumber: The Conversation Indonesia, dengan perubahan
Kata taipan yang digunakan oleh kalimat (10) memiliki makna ….
(1) Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, Partai Komunis menjadi semakin waspada dalam menjaga propaganda resmi seputar ideologi partai dan pemerintahan Xi dari segala bentuk kritik. (2) Dalam pidato 2013, Xi menekankan pentingnya propaganda dan “kepemimpinan ideologis” di negara itu, tetapi pandemi telah memungkinkan partai Cina untuk memperluas kontrol ideologinya atas pengadilan, menghapuskan segala bentuk otonomi peradilan. (3) Manipulasi lembaga aturan hukum ini dapat dilihat dalam penuntutan jurnalis warga seperti Zhang Zhan dan siapa pun yang mempertanyakan atau mengkritik kebijakan resmi partai.
(4) Peneliti-peneliti Marxis dan pendukung propaganda partai berpendapat bahwa ideologi partai dan “aturan hukum” tidak saling berlawanan. (5) Di Cina, mereka mengatakan, tidak perlu ada pemisahan kuasa secara hukum untuk memastikan keadilan karena partai adalah perwujudan utama dari amanat rakyat dalam hal hukum dan ketertiban. (6) Intinya, Partai Komunis adalah aturan hukum itu sendiri, dengan sifat-sifat masyarakat Cina. (7) Partai sudah lama menggunakan sistem pertahanan dan pengadilan dalam cara ini untuk “membunuh ayam untuk menakuti monyet” (pepatah Cina yang berarti menghukum satu seorang sebagai contoh bagi orang-orang lain).
(8) Pada masa lalu, partai biasanya mengincar pembangkang politik terkemuka, seperti Liu Xiaobo dan Wei Jingsheng, dan pengacara-pengacara pembela hak asasi manusia . (9) Hal yang baru dan mengkhawatirkan adalah penggunaan taktik ini untuk memberantas segala perbedaan pendapat dan adanya anggapan bahwa masyarakat sipil mengancam kekuasaan partai. (10) Mereka yang ditargetkan dalam beberapa tahun terakhir termasuk penulis keturunan Cina-Australia, Yang Hengjun, taipan media Hong Kong Jimmy Lai, dan jurnalis keturunan Cina-Australia Cheng Lei, juga banyak orang asing.
Sumber: The Conversation Indonesia, dengan perubahan
Pertanyaan yang jawabannya tidak terdapat pada teks di atas adalah ….
(1) Sebanyak 150 orang di India utara dikhawatirkan tewas setelah gletser Himalaya pecah dan menghantam bendungan pembangkit listrik tenaga air pada hari Minggu (7/1). (2) Seorang saksi mata, sebagaimana dilansir dari Reuters, mengatakan longsoran salju di lembah Sungai Dhauli Ganga mengakibatkan luruhnya dinding debu, batu, dan air. (3) Sungai tersebut terletak lebih dari 500 km di negara bagian Uttarakhand, utara New Delhi. (4) “Itu datang sangat cepat, tidak ada waktu untuk memperingatkan siapa pun,” Sanjay Singh Rana, yang tinggal di hulu sungai di Desa Raini mengatakan kepada Reuters melalui telepon.
(5) Sekretaris Kepala Uttarakhand Om Prakash mengkhawatirkan 100 hingga 150 orang tewas, tetapi jumlah sebenarnya belum dikonfirmasi. (6) Kepala polisi negara bagian Ashok Kumar mengatakan lebih dari 50 orang yang bekerja di Proyek Hidroelektrik Rishiganga itu, termasuk di antara mereka yang dikhawatirkan tewas meskipun beberapa lainnya telah diselamatkan. (7) Uttarakhand merupakan daerah rawan banjir bandang dan tanah longsor. (8) Bencana gletser tersebut seruan kelompok pemerhati lingkungan untuk meninjau proyek pembangkit listrik di pegunungan yang sensitif secara ekologis. (9) Angkatan udara India sedang dipersiapkan untuk mengevakuasi korban, sementara tim tanggap bencana diterbangkan untuk membantu pertolongan dan penyelamatan. (10) Tentara tentara telah dikerahkan dan helikopter sedang melakukan pengintaian.
(Sumber: VOA Indonesia, dengan perubahan)
Pernyataan berikut ini tepat, kecuali ….
(1) Sebanyak 150 orang di India utara dikhawatirkan tewas setelah gletser Himalaya pecah dan menghantam bendungan pembangkit listrik tenaga air pada hari Minggu (7/1). (2) Seorang saksi mata, sebagaimana dilansir dari Reuters, mengatakan longsoran salju di lembah Sungai Dhauli Ganga mengakibatkan luruhnya dinding debu, batu, dan air. (3) Sungai tersebut terletak lebih dari 500 km di negara bagian Uttarakhand, utara New Delhi. (4) “Itu datang sangat cepat, tidak ada waktu untuk memperingatkan siapa pun,” Sanjay Singh Rana, yang tinggal di hulu sungai di Desa Raini mengatakan kepada Reuters melalui telepon.
(5) Sekretaris Kepala Uttarakhand Om Prakash mengkhawatirkan 100 hingga 150 orang tewas, tetapi jumlah sebenarnya belum dikonfirmasi. (6) Kepala polisi negara bagian Ashok Kumar mengatakan lebih dari 50 orang yang bekerja di Proyek Hidroelektrik Rishiganga itu, termasuk di antara mereka yang dikhawatirkan tewas meskipun beberapa lainnya telah diselamatkan. (7) Uttarakhand merupakan daerah rawan banjir bandang dan tanah longsor. (8) Bencana gletser tersebut seruan kelompok pemerhati lingkungan untuk meninjau proyek pembangkit listrik di pegunungan yang sensitif secara ekologis. (9) Angkatan udara India sedang dipersiapkan untuk mengevakuasi korban, sementara tim tanggap bencana diterbangkan untuk membantu pertolongan dan penyelamatan. (10) Tentara tentara telah dikerahkan dan helikopter sedang melakukan pengintaian.
(Sumber: VOA Indonesia, dengan perubahan)
Pengertian ekologis pada kalimat (8) yang tepat adalah ….
(1) Sebanyak 150 orang di India utara dikhawatirkan tewas setelah gletser Himalaya pecah dan menghantam bendungan pembangkit listrik tenaga air pada hari Minggu (7/1). (2) Seorang saksi mata, sebagaimana dilansir dari Reuters, mengatakan longsoran salju di lembah Sungai Dhauli Ganga mengakibatkan luruhnya dinding debu, batu, dan air. (3) Sungai tersebut terletak lebih dari 500 km di negara bagian Uttarakhand, utara New Delhi. (4) “Itu datang sangat cepat, tidak ada waktu untuk memperingatkan siapa pun,” Sanjay Singh Rana, yang tinggal di hulu sungai di Desa Raini mengatakan kepada Reuters melalui telepon.
(5) Sekretaris Kepala Uttarakhand Om Prakash mengkhawatirkan 100 hingga 150 orang tewas, tetapi jumlah sebenarnya belum dikonfirmasi. (6) Kepala polisi negara bagian Ashok Kumar mengatakan lebih dari 50 orang yang bekerja di Proyek Hidroelektrik Rishiganga itu, termasuk di antara mereka yang dikhawatirkan tewas meskipun beberapa lainnya telah diselamatkan. (7) Uttarakhand merupakan daerah rawan banjir bandang dan tanah longsor. (8) Bencana gletser tersebut seruan kelompok pemerhati lingkungan untuk meninjau proyek pembangkit listrik di pegunungan yang sensitif secara ekologis. (9) Angkatan udara India sedang dipersiapkan untuk mengevakuasi korban, sementara tim tanggap bencana diterbangkan untuk membantu pertolongan dan penyelamatan. (10) Tentara tentara telah dikerahkan dan helikopter sedang melakukan pengintaian.
(Sumber: VOA Indonesia, dengan perubahan)
Kalimat yang terdapat kesalahan penulisan tanda baca adalah ….
(1) Kenaikan harga kedelai belakangan menuai polemik. (2) Bahkan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) bahkan menyebutnya karena permainan kartel. (3) Harga kedelai memang terus naik pada awal Januari masih Rp 9.000-an per kg, tapi memasuki pertengahan Februari sudah mencapai Rp 12.750 per kg di Jakarta dan Jabar. (4) Namun, Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yusan mengungkapkan fenomena ini bukan baru kali ini terjadi. (5) Beberapa tahun silam, kenaikan harga kedelai tidak bisa terhindarkan. Sebagai akibat, muncul kecurigaan bahwa penyebabnya karena ada pihak importir yang bermain. (6) “Kenaikan harga karena ada persaingan bebas, importir umum dan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) tahun 2013-2014 lalu sudah pernah turun tangan atas dugaan itu, tapi ternyata nggak ada kartel itu,” kata Yusan kepada CNBC Indonesia, Senin (8/2/21).
(7) Sebagai komoditas internasional, kenaikan maupun penurunan harga kedelai sangat lekat kaitannya dengan permintaan dan penawaran. (8) Ketika permintaan naik, apalagi stok berkurang, maka otomatis ada kenaikan, seperti yang terjadi saat ini. (9) “Sejak November untuk mengantisipasi Imlek, China impor kedelai untuk ternak dari 15 juta ton ke 30 juta ton. (10) Semula dari Brazil, tapi karena Brazil kena La Nina jadi produksi menurun, juga karena pandemi. (11) Kalau Amerika Serikat murni pandemi aja, jadi dialihkan pembeliannya ke Amerika,” sebutnya.
(12) Akibat kalah bersaing dengan China yang memesan lebih banyak, maka Indonesia kewalahan. (13) Namun kejadian ini bukan kali pertama, meski memang tidak sering. (14) “Kenaikan itu jarang sekali, terjadi di 2013 karena kekeringan dunia, pernah gonjang ganjing kurs, sekarang ini baru kenaikan lagi,” kata Yusan. (15) Meski jarang terjadi, namun kejadian ini memantik Buwas dan menyebutnya karena salah satu penyebab kenaikan harga kedelai ialah ‘lingkaran setan’ kartel importir kedelai. (16) “Kenapa bisa mahal? Teman-teman bisa lihat, akar masalahnya karena kartel terlalu banyak, birokrasi terlalu panjang. (17) Satu ke satu semua pakai biaya yang kita istilahkan ini satu wujud korupsi sebenarnya. (18) Tapi hasil atau beban korupsi dibebankan ke masyarakat/konsumen,” katanya dikutip dari detikcom.
(19) KPPU memang pernah merilis pernyataan pada 2012 lalu, bila mengacu pada data KPPU pada tahun 2008, struktur pasar importasi kedelai ini dalam perspektif ilmu ekonomi bersifat pasar oligopolistik dengan indikasi bahwa 74,66% pasokan kedelai ke dalam negeri yang dilakukan oleh importir dikuasai oleh 2 pelaku usaha yaitu PT Cargill Indonesia dan PT Gerbang Cahaya Utama (GCU). (20) Pada saat itu KPPU menduga terjadi pengaturan pasokan oleh kedua perusahaan tersebut namun setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut indikasi dugaan kartel ini tidak kuat karena pola pergerakan harga penjualan diantara kedua pelaku pasar tidak memiliki pola keteraturan dan fluktuatif, demikian juga dengan volume importasinya. (21) Di samping itu, kebijakan pasar kedelai nasional tidak menghambat pelaku usaha lain untuk masuk pasar.
(Sumber: CNBC Indonesia, dengan perubahan)
Ide pokok bacaan tersedia adalah ….
(1) Kenaikan harga kedelai belakangan menuai polemik. (2) Bahkan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) bahkan menyebutnya karena permainan kartel. (3) Harga kedelai memang terus naik pada awal Januari masih Rp 9.000-an per kg, tapi memasuki pertengahan Februari sudah mencapai Rp 12.750 per kg di Jakarta dan Jabar. (4) Namun, Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yusan mengungkapkan fenomena ini bukan baru kali ini terjadi. (5) Beberapa tahun silam, kenaikan harga kedelai tidak bisa terhindarkan. Sebagai akibat, muncul kecurigaan bahwa penyebabnya karena ada pihak importir yang bermain. (6) “Kenaikan harga karena ada persaingan bebas, importir umum dan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) tahun 2013-2014 lalu sudah pernah turun tangan atas dugaan itu, tapi ternyata nggak ada kartel itu,” kata Yusan kepada CNBC Indonesia, Senin (8/2/21).
(7) Sebagai komoditas internasional, kenaikan maupun penurunan harga kedelai sangat lekat kaitannya dengan permintaan dan penawaran. (8) Ketika permintaan naik, apalagi stok berkurang, maka otomatis ada kenaikan, seperti yang terjadi saat ini. (9) “Sejak November untuk mengantisipasi Imlek, China impor kedelai untuk ternak dari 15 juta ton ke 30 juta ton. (10) Semula dari Brazil, tapi karena Brazil kena La Nina jadi produksi menurun, juga karena pandemi. (11) Kalau Amerika Serikat murni pandemi aja, jadi dialihkan pembeliannya ke Amerika,” sebutnya.
(12) Akibat kalah bersaing dengan China yang memesan lebih banyak, maka Indonesia kewalahan. (13) Namun kejadian ini bukan kali pertama, meski memang tidak sering. (14) “Kenaikan itu jarang sekali, terjadi di 2013 karena kekeringan dunia, pernah gonjang ganjing kurs, sekarang ini baru kenaikan lagi,” kata Yusan. (15) Meski jarang terjadi, namun kejadian ini memantik Buwas dan menyebutnya karena salah satu penyebab kenaikan harga kedelai ialah ‘lingkaran setan’ kartel importir kedelai. (16) “Kenapa bisa mahal? Teman-teman bisa lihat, akar masalahnya karena kartel terlalu banyak, birokrasi terlalu panjang. (17) Satu ke satu semua pakai biaya yang kita istilahkan ini satu wujud korupsi sebenarnya. (18) Tapi hasil atau beban korupsi dibebankan ke masyarakat/konsumen,” katanya dikutip dari detikcom.
(19) KPPU memang pernah merilis pernyataan pada 2012 lalu, bila mengacu pada data KPPU pada tahun 2008, struktur pasar importasi kedelai ini dalam perspektif ilmu ekonomi bersifat pasar oligopolistik dengan indikasi bahwa 74,66% pasokan kedelai ke dalam negeri yang dilakukan oleh importir dikuasai oleh 2 pelaku usaha yaitu PT Cargill Indonesia dan PT Gerbang Cahaya Utama (GCU). (20) Pada saat itu KPPU menduga terjadi pengaturan pasokan oleh kedua perusahaan tersebut namun setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut indikasi dugaan kartel ini tidak kuat karena pola pergerakan harga penjualan diantara kedua pelaku pasar tidak memiliki pola keteraturan dan fluktuatif, demikian juga dengan volume importasinya. (21) Di samping itu, kebijakan pasar kedelai nasional tidak menghambat pelaku usaha lain untuk masuk pasar.
(Sumber: CNBC Indonesia, dengan perubahan)
Pernyataan tentang teks bacaan berikut ini yang kurang tepat adalah ….
(1) Kenaikan harga kedelai belakangan menuai polemik. (2) Bahkan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) bahkan menyebutnya karena permainan kartel. (3) Harga kedelai memang terus naik pada awal Januari masih Rp 9.000-an per kg, tapi memasuki pertengahan Februari sudah mencapai Rp 12.750 per kg di Jakarta dan Jabar. (4) Namun, Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yusan mengungkapkan fenomena ini bukan baru kali ini terjadi. (5) Beberapa tahun silam, kenaikan harga kedelai tidak bisa terhindarkan. Sebagai akibat, muncul kecurigaan bahwa penyebabnya karena ada pihak importir yang bermain. (6) “Kenaikan harga karena ada persaingan bebas, importir umum dan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) tahun 2013-2014 lalu sudah pernah turun tangan atas dugaan itu, tapi ternyata nggak ada kartel itu,” kata Yusan kepada CNBC Indonesia, Senin (8/2/21).
(7) Sebagai komoditas internasional, kenaikan maupun penurunan harga kedelai sangat lekat kaitannya dengan permintaan dan penawaran. (8) Ketika permintaan naik, apalagi stok berkurang, maka otomatis ada kenaikan, seperti yang terjadi saat ini. (9) “Sejak November untuk mengantisipasi Imlek, China impor kedelai untuk ternak dari 15 juta ton ke 30 juta ton. (10) Semula dari Brazil, tapi karena Brazil kena La Nina jadi produksi menurun, juga karena pandemi. (11) Kalau Amerika Serikat murni pandemi aja, jadi dialihkan pembeliannya ke Amerika,” sebutnya.
(12) Akibat kalah bersaing dengan China yang memesan lebih banyak, maka Indonesia kewalahan. (13) Namun kejadian ini bukan kali pertama, meski memang tidak sering. (14) “Kenaikan itu jarang sekali, terjadi di 2013 karena kekeringan dunia, pernah gonjang ganjing kurs, sekarang ini baru kenaikan lagi,” kata Yusan. (15) Meski jarang terjadi, namun kejadian ini memantik Buwas dan menyebutnya karena salah satu penyebab kenaikan harga kedelai ialah ‘lingkaran setan’ kartel importir kedelai. (16) “Kenapa bisa mahal? Teman-teman bisa lihat, akar masalahnya karena kartel terlalu banyak, birokrasi terlalu panjang. (17) Satu ke satu semua pakai biaya yang kita istilahkan ini satu wujud korupsi sebenarnya. (18) Tapi hasil atau beban korupsi dibebankan ke masyarakat/konsumen,” katanya dikutip dari detikcom.
(19) KPPU memang pernah merilis pernyataan pada 2012 lalu, bila mengacu pada data KPPU pada tahun 2008, struktur pasar importasi kedelai ini dalam perspektif ilmu ekonomi bersifat pasar oligopolistik dengan indikasi bahwa 74,66% pasokan kedelai ke dalam negeri yang dilakukan oleh importir dikuasai oleh 2 pelaku usaha yaitu PT Cargill Indonesia dan PT Gerbang Cahaya Utama (GCU). (20) Pada saat itu KPPU menduga terjadi pengaturan pasokan oleh kedua perusahaan tersebut namun setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut indikasi dugaan kartel ini tidak kuat karena pola pergerakan harga penjualan diantara kedua pelaku pasar tidak memiliki pola keteraturan dan fluktuatif, demikian juga dengan volume importasinya. (21) Di samping itu, kebijakan pasar kedelai nasional tidak menghambat pelaku usaha lain untuk masuk pasar.
(Sumber: CNBC Indonesia, dengan perubahan)
Pengertian importasi pada kalimat (20) berikut ini yang benar adalah ….
(1) Pelarangan penggunaan pakaian yang menutup total bagian wajah, atau Verhuellungsverbot, akan ditentukan rakyat Swiss melalui referendum, bersama penentuan kerja sama dagang Indonesia Swiss dan penggunaan identitas elektronik untuk negara. (2) Jika disetujui, maka pemakaian burka dan hijab di tempat umum, akan dilarang di Heidiland. (3) Tak hanya itu, penggunaan topeng atau syal yang menutup seluruh wajah, sebagaimana biasa digunakan penonton sepak bola, khususnya hooligan, mengalami nasib sama. (4) Dalam edarannya, pemerintah konfederasi Swiss membuat pengecualian. (5) Untuk alasan kesehatan, penggunaan masker di masa pandemi, untuk alasan keamanan, pemakaian helm bagi pengendara motor, dan topeng untuk karnaval di masa pesta rakyat, tetap diperbolehkan.
(6) Verhuellungsverbot diprakarsai kelompok aliran kanan, khususnya Schweizer Volkspartei (SVP). (7) Melalui komite Egerkingen, nama sebuah desa di Provinsi Solothurn, mereka mulai mengumpulkan petisi tanda tangan tahun lalu. (8) Menurut mereka, burka, hijab, atau pakaian yang menutup seluruh wajah penggunanya, sebaiknya dilarang digunakan di tempat terbuka. (9) Kelompok ini tercatat sukses mengajak rakyat Swiss melarang pembangunan menara masjid pada 2009 silam. (10) Komite Egerkingen beralasan, penggunaan burka dan sejenisnya, menunjukkan adanya tekanan atau pemaksaan tata cara berpakaian terhadap wanita Muslim.
(11) “Pelarangan ini juga untuk meningkatkan keamanan,” tulis komite Egerkingen. (12) Pernyataan komite itu mendapat respons dari kubu lawan. (13) Swiss, menurut kelompok penentang referendum, tidak memerlukan aturan penggunaan burka dan sejenisnya. (14) Wanita juga bebas menentukan sendiri tata cara berpakaian, tanpa harus diatur undang undang. (15) Dua provinsi di Swiss dilaporkan sudah melakukan pelarangan penggunaan burka. (16) Provinsi Saint Gallen, sejak 2019, dan Ticino, sejak 2016, melalui referendum lokal, sudah menerapkannya. (17) Saint Gallen sampai saat ini belum pernah sekalipun menangkap pengguna burka. (18) Sementara Ticino mencatat 60 pelanggaran, 28 kasus tercatat pengguna burka, 32 lainnya adalah pengguna penutup wajah kalangan hooligan.
(19) Tamara Funicielo, anggota parlemen Sozialdemokratische Partei, sekaligus feminis Swiss, menentang aturan pelarangan burka. (20) Dalam keterangan persnya, Tamara menganggap aturan tersebut tidak perlu ada. (21) “Selain pengguna burka juga sangat sedikit, pemaikaianya pun bukan karena paksaan,” tegasnya. (22) Pemerintah konfederasi Swiss menyarankan rakyat Swiss menolak akan adanya aturan baru tersebut. (23) Namun, jajak pendapat yang dilakukan SRF, radio dan televisi Swiss, menyatakan lain. (24) Sebanyak 56 persen mendukung adanya aturan baru tersebut, dan 40 persen menolaknya. (25) Hanya 4 persen menyatakan belum menentukan pilihan.
Sumber: Kompas.com, dengan perubahan
Topik utama teks di atas adalah ….
(1) Pelarangan penggunaan pakaian yang menutup total bagian wajah, atau Verhuellungsverbot, akan ditentukan rakyat Swiss melalui referendum, bersama penentuan kerja sama dagang Indonesia Swiss dan penggunaan identitas elektronik untuk negara. (2) Jika disetujui, maka pemakaian burka dan hijab di tempat umum, akan dilarang di Heidiland. (3) Tak hanya itu, penggunaan topeng atau syal yang menutup seluruh wajah, sebagaimana biasa digunakan penonton sepak bola, khususnya hooligan, mengalami nasib sama. (4) Dalam edarannya, pemerintah konfederasi Swiss membuat pengecualian. (5) Untuk alasan kesehatan, penggunaan masker di masa pandemi, untuk alasan keamanan, pemakaian helm bagi pengendara motor, dan topeng untuk karnaval di masa pesta rakyat, tetap diperbolehkan.
(6) Verhuellungsverbot diprakarsai kelompok aliran kanan, khususnya Schweizer Volkspartei (SVP). (7) Melalui komite Egerkingen, nama sebuah desa di Provinsi Solothurn, mereka mulai mengumpulkan petisi tanda tangan tahun lalu. (8) Menurut mereka, burka, hijab, atau pakaian yang menutup seluruh wajah penggunanya, sebaiknya dilarang digunakan di tempat terbuka. (9) Kelompok ini tercatat sukses mengajak rakyat Swiss melarang pembangunan menara masjid pada 2009 silam. (10) Komite Egerkingen beralasan, penggunaan burka dan sejenisnya, menunjukkan adanya tekanan atau pemaksaan tata cara berpakaian terhadap wanita Muslim.
(11) “Pelarangan ini juga untuk meningkatkan keamanan,” tulis komite Egerkingen. (12) Pernyataan komite itu mendapat respons dari kubu lawan. (13) Swiss, menurut kelompok penentang referendum, tidak memerlukan aturan penggunaan burka dan sejenisnya. (14) Wanita juga bebas menentukan sendiri tata cara berpakaian, tanpa harus diatur undang undang. (15) Dua provinsi di Swiss dilaporkan sudah melakukan pelarangan penggunaan burka. (16) Provinsi Saint Gallen, sejak 2019, dan Ticino, sejak 2016, melalui referendum lokal, sudah menerapkannya. (17) Saint Gallen sampai saat ini belum pernah sekalipun menangkap pengguna burka. (18) Sementara Ticino mencatat 60 pelanggaran, 28 kasus tercatat pengguna burka, 32 lainnya adalah pengguna penutup wajah kalangan hooligan.
(19) Tamara Funicielo, anggota parlemen Sozialdemokratische Partei, sekaligus feminis Swiss, menentang aturan pelarangan burka. (20) Dalam keterangan persnya, Tamara menganggap aturan tersebut tidak perlu ada. (21) “Selain pengguna burka juga sangat sedikit, pemaikaianya pun bukan karena paksaan,” tegasnya. (22) Pemerintah konfederasi Swiss menyarankan rakyat Swiss menolak akan adanya aturan baru tersebut. (23) Namun, jajak pendapat yang dilakukan SRF, radio dan televisi Swiss, menyatakan lain. (24) Sebanyak 56 persen mendukung adanya aturan baru tersebut, dan 40 persen menolaknya. (25) Hanya 4 persen menyatakan belum menentukan pilihan.
Sumber: Kompas.com, dengan perubahan
Kesalahan penulisan kata pada paragraf ketiga terdapat pada kalimat ….
(1) Pelarangan penggunaan pakaian yang menutup total bagian wajah, atau Verhuellungsverbot, akan ditentukan rakyat Swiss melalui referendum, bersama penentuan kerja sama dagang Indonesia Swiss dan penggunaan identitas elektronik untuk negara. (2) Jika disetujui, maka pemakaian burka dan hijab di tempat umum, akan dilarang di Heidiland. (3) Tak hanya itu, penggunaan topeng atau syal yang menutup seluruh wajah, sebagaimana biasa digunakan penonton sepak bola, khususnya hooligan, mengalami nasib sama. (4) Dalam edarannya, pemerintah konfederasi Swiss membuat pengecualian. (5) Untuk alasan kesehatan, penggunaan masker di masa pandemi, untuk alasan keamanan, pemakaian helm bagi pengendara motor, dan topeng untuk karnaval di masa pesta rakyat, tetap diperbolehkan.
(6) Verhuellungsverbot diprakarsai kelompok aliran kanan, khususnya Schweizer Volkspartei (SVP). (7) Melalui komite Egerkingen, nama sebuah desa di Provinsi Solothurn, mereka mulai mengumpulkan petisi tanda tangan tahun lalu. (8) Menurut mereka, burka, hijab, atau pakaian yang menutup seluruh wajah penggunanya, sebaiknya dilarang digunakan di tempat terbuka. (9) Kelompok ini tercatat sukses mengajak rakyat Swiss melarang pembangunan menara masjid pada 2009 silam. (10) Komite Egerkingen beralasan, penggunaan burka dan sejenisnya, menunjukkan adanya tekanan atau pemaksaan tata cara berpakaian terhadap wanita Muslim.
(11) “Pelarangan ini juga untuk meningkatkan keamanan,” tulis komite Egerkingen. (12) Pernyataan komite itu mendapat respons dari kubu lawan. (13) Swiss, menurut kelompok penentang referendum, tidak memerlukan aturan penggunaan burka dan sejenisnya. (14) Wanita juga bebas menentukan sendiri tata cara berpakaian, tanpa harus diatur undang undang. (15) Dua provinsi di Swiss dilaporkan sudah melakukan pelarangan penggunaan burka. (16) Provinsi Saint Gallen, sejak 2019, dan Ticino, sejak 2016, melalui referendum lokal, sudah menerapkannya. (17) Saint Gallen sampai saat ini belum pernah sekalipun menangkap pengguna burka. (18) Sementara Ticino mencatat 60 pelanggaran, 28 kasus tercatat pengguna burka, 32 lainnya adalah pengguna penutup wajah kalangan hooligan.
(19) Tamara Funicielo, anggota parlemen Sozialdemokratische Partei, sekaligus feminis Swiss, menentang aturan pelarangan burka. (20) Dalam keterangan persnya, Tamara menganggap aturan tersebut tidak perlu ada. (21) “Selain pengguna burka juga sangat sedikit, pemaikaianya pun bukan karena paksaan,” tegasnya. (22) Pemerintah konfederasi Swiss menyarankan rakyat Swiss menolak akan adanya aturan baru tersebut. (23) Namun, jajak pendapat yang dilakukan SRF, radio dan televisi Swiss, menyatakan lain. (24) Sebanyak 56 persen mendukung adanya aturan baru tersebut, dan 40 persen menolaknya. (25) Hanya 4 persen menyatakan belum menentukan pilihan.
Sumber: Kompas.com, dengan perubahan
“Terdapat kecenderungan rakyat Swiss akan menerima aturan pelarangan burka di tempat umum.”
Kalimat di atas paling tepat diletakkan pada ….
(1) Coro atau kecoa, binatang yang menurut temuan paling baru sudah ada di muka bumi sejak periode triasik sekira 200-250 juta tahun silam. (2) Seperti halnya tikus, kecoa merupakan musuh manusia di dalam rumah. (3) Namun dari lebih 4.000 spesies kecoa di planet ini, “hanya” sekitar 30 spesies yang bisa hidup di sekitar manusia. (4) Karena identik dengan hal-hal yang jorok dan menjijikan, tak sedikit orang yang takut dengan binatang kecil ini. (5) Bagi orang-orang yang punya ketakutan berlebih terhadap kecoa, para pengidap katsaridaphobia, boleh jadi binatang dengan nama Latin Blattodea ini merupakan salah satu masalah terbesar dalam kehidupan mereka. (6) Bahkan menurut Richard Kaae, ahli serangga dari California State University, citra kecoa jauh lebih buruk dari serangga lain, terutama nyamuk, hewan yang notabene paling banyak menyebabkan kematian di dunia.
(7) “Permusuhan” antara manusia dengan kecoa sudah berlangsung sejak dulu kala. (8) Pada zaman Mesir kuno, orang-orang memantrai pemukul-kepala Dewa Khnum sebagai senjata pembunuh kecoa. (9) Di Romawi kuno, Tetua Pliny, seorang filsuf dari abad pertama, pernah menulis kecoa sebagai makhluk ‘menjijikkan’ yang jadi hama. (10) Sementara John Smith, pengarang sekaligus tentara dari Jamestown, pada abad ke-14 pakuernah protes tentang makhluk bernama cacarooch ini. (11) Sementara itu, di abad ke-19, sebagian kecoa diidentifikasi dalam daftar serangga hama, wabah yang hingga kini menyebabkan fenomena katsaridafobia. (12) Tak mengejutkan jika kemudian hal-hal di atas membuat manusia selalu ingin memusnahkan kecoa dari kehidupan.
(13) Masalahnya, seberapa seringnya pun manusia membunuh kecoa, dengan cara apapun, binatang kecil ini selalu muncul lagi dan lagi. (14) Biasanya kita membunuh kecoa dengan menggunakan obat nyamuk semprot. (15) Padahal, kecoa itu berbeda dengan nyamuk. (16) Para ilmuwan di Purdue University di Indiana, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa kecoa tak mempan dibasmi dengan racun serangga biasa. (17) Obat nyamuk semprot masuk ke dalam golongan tersebut. (18) Kemudian ada cara lain yang lebih klasik dalam membunuh kecoa, yaitu dipukul atau diinjak. (19) Sejak dulu, ada mitos yang mengatakan agar tidak menginjak kecoa sampai badannya hancur, karena bisa menyebabkan bakteri dalam tubuh kecoa terburai. (20) Beberapa versi mengatakan yang terburai adalah cacing atau telur yang berbahaya bagi manusia. (21) Pada kenyataannya, itu hoaks. (22) Bakteri dalam tubuh kecoa, memang ada dan berbahaya. (23) Namun, bereda dengan cacing atau telur.
(24) Hingga saat ini, belum ada literatur atau penelitian yang menemukan adanya cacing yang keluar dari tubuh kecoa yang mampu memasuki kulit manusia. (25) Sementara untuk telur, jika kecoa hancur, maka telurnya pun akan ikut mati. (26) Meski begitu, cara membunuh kecoa dengan memukul atau menginjak ini tetap saja kurang efektif. (27) Studi menunjukkan bahwa kecoa dapat merespons dalam waktu sekitar 1/20 detik. (28) Saking cepatnya, akan sulit membunuh kecoa dengan menginjak mereka. (29) Kalaupun sudah menginjaknya, kita benar-benar harus menghancurkan kecoa tersebut, karena kecoa masih bisa bertahan dengan badan remuk, bahkan tanpa kepala, selama setidaknya satu pekan. (30) Sayangnya akan sangat kotor, menebar bakteri dan kuman, serta berbau busuk jika kita melakukan itu. (32) Membunuh satu kecoa tak akan menyelesaikan masalah secara jangka panjang, karena kecoa-kecoa lain tetap akan berdatangan.
Sumber: Tirto.id, dengan perubahan
Perbaikan yang paling tepat untuk kalimat (5) adalah ….
(1) Coro atau kecoa, binatang yang menurut temuan paling baru sudah ada di muka bumi sejak periode triasik sekira 200-250 juta tahun silam. (2) Seperti halnya tikus, kecoa merupakan musuh manusia di dalam rumah. (3) Namun dari lebih 4.000 spesies kecoa di planet ini, “hanya” sekitar 30 spesies yang bisa hidup di sekitar manusia. (4) Karena identik dengan hal-hal yang jorok dan menjijikan, tak sedikit orang yang takut dengan binatang kecil ini. (5) Bagi orang-orang yang punya ketakutan berlebih terhadap kecoa, para pengidap katsaridaphobia, boleh jadi binatang dengan nama Latin Blattodea ini merupakan salah satu masalah terbesar dalam kehidupan mereka. (6) Bahkan menurut Richard Kaae, ahli serangga dari California State University, citra kecoa jauh lebih buruk dari serangga lain, terutama nyamuk, hewan yang notabene paling banyak menyebabkan kematian di dunia.
(7) “Permusuhan” antara manusia dengan kecoa sudah berlangsung sejak dulu kala. (8) Pada zaman Mesir kuno, orang-orang memantrai pemukul-kepala Dewa Khnum sebagai senjata pembunuh kecoa. (9) Di Romawi kuno, Tetua Pliny, seorang filsuf dari abad pertama, pernah menulis kecoa sebagai makhluk ‘menjijikkan’ yang jadi hama. (10) Sementara John Smith, pengarang sekaligus tentara dari Jamestown, pada abad ke-14 pakuernah protes tentang makhluk bernama cacarooch ini. (11) Sementara itu, di abad ke-19, sebagian kecoa diidentifikasi dalam daftar serangga hama, wabah yang hingga kini menyebabkan fenomena katsaridafobia. (12) Tak mengejutkan jika kemudian hal-hal di atas membuat manusia selalu ingin memusnahkan kecoa dari kehidupan.
(13) Masalahnya, seberapa seringnya pun manusia membunuh kecoa, dengan cara apapun, binatang kecil ini selalu muncul lagi dan lagi. (14) Biasanya kita membunuh kecoa dengan menggunakan obat nyamuk semprot. (15) Padahal, kecoa itu berbeda dengan nyamuk. (16) Para ilmuwan di Purdue University di Indiana, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa kecoa tak mempan dibasmi dengan racun serangga biasa. (17) Obat nyamuk semprot masuk ke dalam golongan tersebut. (18) Kemudian ada cara lain yang lebih klasik dalam membunuh kecoa, yaitu dipukul atau diinjak. (19) Sejak dulu, ada mitos yang mengatakan agar tidak menginjak kecoa sampai badannya hancur, karena bisa menyebabkan bakteri dalam tubuh kecoa terburai. (20) Beberapa versi mengatakan yang terburai adalah cacing atau telur yang berbahaya bagi manusia. (21) Pada kenyataannya, itu hoaks. (22) Bakteri dalam tubuh kecoa, memang ada dan berbahaya. (23) Namun, bereda dengan cacing atau telur.
(24) Hingga saat ini, belum ada literatur atau penelitian yang menemukan adanya cacing yang keluar dari tubuh kecoa yang mampu memasuki kulit manusia. (25) Sementara untuk telur, jika kecoa hancur, maka telurnya pun akan ikut mati. (26) Meski begitu, cara membunuh kecoa dengan memukul atau menginjak ini tetap saja kurang efektif. (27) Studi menunjukkan bahwa kecoa dapat merespons dalam waktu sekitar 1/20 detik. (28) Saking cepatnya, akan sulit membunuh kecoa dengan menginjak mereka. (29) Kalaupun sudah menginjaknya, kita benar-benar harus menghancurkan kecoa tersebut, karena kecoa masih bisa bertahan dengan badan remuk, bahkan tanpa kepala, selama setidaknya satu pekan. (30) Sayangnya akan sangat kotor, menebar bakteri dan kuman, serta berbau busuk jika kita melakukan itu. (32) Membunuh satu kecoa tak akan menyelesaikan masalah secara jangka panjang, karena kecoa-kecoa lain tetap akan berdatangan.
Sumber: Tirto.id, dengan perubahan
Garis besar yang dibicarakan oleh teks di atas adalah ….
(1) Coro atau kecoa, binatang yang menurut temuan paling baru sudah ada di muka bumi sejak periode triasik sekira 200-250 juta tahun silam. (2) Seperti halnya tikus, kecoa merupakan musuh manusia di dalam rumah. (3) Namun dari lebih 4.000 spesies kecoa di planet ini, “hanya” sekitar 30 spesies yang bisa hidup di sekitar manusia. (4) Karena identik dengan hal-hal yang jorok dan menjijikan, tak sedikit orang yang takut dengan binatang kecil ini. (5) Bagi orang-orang yang punya ketakutan berlebih terhadap kecoa, para pengidap katsaridaphobia, boleh jadi binatang dengan nama Latin Blattodea ini merupakan salah satu masalah terbesar dalam kehidupan mereka. (6) Bahkan menurut Richard Kaae, ahli serangga dari California State University, citra kecoa jauh lebih buruk dari serangga lain, terutama nyamuk, hewan yang notabene paling banyak menyebabkan kematian di dunia.
(7) “Permusuhan” antara manusia dengan kecoa sudah berlangsung sejak dulu kala. (8) Pada zaman Mesir kuno, orang-orang memantrai pemukul-kepala Dewa Khnum sebagai senjata pembunuh kecoa. (9) Di Romawi kuno, Tetua Pliny, seorang filsuf dari abad pertama, pernah menulis kecoa sebagai makhluk ‘menjijikkan’ yang jadi hama. (10) Sementara John Smith, pengarang sekaligus tentara dari Jamestown, pada abad ke-14 pakuernah protes tentang makhluk bernama cacarooch ini. (11) Sementara itu, di abad ke-19, sebagian kecoa diidentifikasi dalam daftar serangga hama, wabah yang hingga kini menyebabkan fenomena katsaridafobia. (12) Tak mengejutkan jika kemudian hal-hal di atas membuat manusia selalu ingin memusnahkan kecoa dari kehidupan.
(13) Masalahnya, seberapa seringnya pun manusia membunuh kecoa, dengan cara apapun, binatang kecil ini selalu muncul lagi dan lagi. (14) Biasanya kita membunuh kecoa dengan menggunakan obat nyamuk semprot. (15) Padahal, kecoa itu berbeda dengan nyamuk. (16) Para ilmuwan di Purdue University di Indiana, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa kecoa tak mempan dibasmi dengan racun serangga biasa. (17) Obat nyamuk semprot masuk ke dalam golongan tersebut. (18) Kemudian ada cara lain yang lebih klasik dalam membunuh kecoa, yaitu dipukul atau diinjak. (19) Sejak dulu, ada mitos yang mengatakan agar tidak menginjak kecoa sampai badannya hancur, karena bisa menyebabkan bakteri dalam tubuh kecoa terburai. (20) Beberapa versi mengatakan yang terburai adalah cacing atau telur yang berbahaya bagi manusia. (21) Pada kenyataannya, itu hoaks. (22) Bakteri dalam tubuh kecoa, memang ada dan berbahaya. (23) Namun, bereda dengan cacing atau telur.
(24) Hingga saat ini, belum ada literatur atau penelitian yang menemukan adanya cacing yang keluar dari tubuh kecoa yang mampu memasuki kulit manusia. (25) Sementara untuk telur, jika kecoa hancur, maka telurnya pun akan ikut mati. (26) Meski begitu, cara membunuh kecoa dengan memukul atau menginjak ini tetap saja kurang efektif. (27) Studi menunjukkan bahwa kecoa dapat merespons dalam waktu sekitar 1/20 detik. (28) Saking cepatnya, akan sulit membunuh kecoa dengan menginjak mereka. (29) Kalaupun sudah menginjaknya, kita benar-benar harus menghancurkan kecoa tersebut, karena kecoa masih bisa bertahan dengan badan remuk, bahkan tanpa kepala, selama setidaknya satu pekan. (30) Sayangnya akan sangat kotor, menebar bakteri dan kuman, serta berbau busuk jika kita melakukan itu. (32) Membunuh satu kecoa tak akan menyelesaikan masalah secara jangka panjang, karena kecoa-kecoa lain tetap akan berdatangan.
Sumber: Tirto.id, dengan perubahan
Hal yang dimaksud dengan literatur pada kalimat (24) adalah ….
(1) Indonesia sejak 2015 mendapat peluang memanfaatkan bonus demografi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan. (2) Bonus tersebut akan mencapai puncaknya pada 2030—2040. (3) Secara umum, bonus demografi diartikan sebagai keuntungan yang dinikmati oleh suatu negara, dari sisi ekonomi dan pembangunan, karena kondisi besarnya proporsi penduduk usia produktif (usia 15—64 tahun) dalam struktur kependudukannya. (4) Angka ketergantungan pada saat itu rendah, dalam artian jumlah penduduk belum produktif dan tidak produktif yang ditanggung oleh penduduk usia produktif cenderung mengecil. (5) Keuntungan dari kondisi demografi ini menjadi baru bisa dinikmati dengan syarat pemerintah menyiapkan generasi muda yang berkualitas tinggi melalui pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja, dan investasi. (6) Dengan generasi muda yang berkualitas, akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional. (7) Hal ini bisa terjadi oleh karena rendahnya angka ketergantungan akan mengurangi besaran biaya pemenuhan kebutuhan hidup. (8) Dengan demikian, sumber daya yang cukup sangat besar atau berlebih bisa dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga (skala kecil) dan pada akhirnya bisa memacu pertumbuhan ekonomi (skala besar). (9) Jika kondisi ini tidak dipersiapkan atau dimanfaatkan dengan baik, yang terjadi adalah masalah di bidang kependudukan, seperti pengangguran. (10) Generasi muda justru akan menjadi beban negara. (11) Bonus demografi ini merupakan peluang yang tidak mungkin kembali dalam satu generasi.
(12) Kondisi pandemi telah mengancam bonus demografi Indonesia lebih cepat dari perkiraan. (13) Bahkan, di saat Indonesia belum lagi menikmati puncak bonus seperti yang diperkirakan semula. (14) Generasi muda yang menjadi tumpuan untuk memperoleh bonus demografi banyak yang menjadi pengangguran dan ini bisa menjadi beban negara. (15) Menjadi beban negara bisa dilihat dari dua hal. (16) Pertama, karena kondisi pengangguran, pemerintah harus memberikan dukungan lewat program-program perlindungan sosial. (17) Ada anggaran yang harus dialokasikan untuk itu. (18) Kedua, karena kondisi tidak bekerja, pemerintah tidak memperoleh pemasukan lewat pajak. (19) Tabungan masyarakat yang diharapkan meningkat dan bisa digunakan untuk menggerakkan perekonomian lewat pengucuran kredit, misalnya, ternyata sulit terealisasi. (20) Kondisi ini juga memberikan kesan pemerintah belum optimal mengerjakan tugasnya dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas. (21) Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk membangkitkan perekonomian dari terjangan pandemi dengan berbagai stimulus yang mendorong konsumsi dan investasi. (22) Diperlukan program yang lebih konkret yang menyasar generasi Z dan milenial agar Indonesia bisa kembali ke jalur menikmati bonus demografi. (23) Hal yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah meningkatkan kualitas generasi Z dan milenial lewat pendidikan dan pelatihan agar mereka bisa memberi nilai tambah yang lebih baik serta bisa bertahan di tengah era yang semakin digital dan bergerak sangat cepat. (24) Tentunya supaya mereka tidak menjadi beban negara berkepanjangan.
Sumber: Kompas.id, dengan perubahan
Jika paragraf kedua teks di atas dijadikan dua paragraf terpisah, kalimat yang mengawali paragraf baru adalah ….
(1) Indonesia sejak 2015 mendapat peluang memanfaatkan bonus demografi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan. (2) Bonus tersebut akan mencapai puncaknya pada 2030—2040. (3) Secara umum, bonus demografi diartikan sebagai keuntungan yang dinikmati oleh suatu negara, dari sisi ekonomi dan pembangunan, karena kondisi besarnya proporsi penduduk usia produktif (usia 15—64 tahun) dalam struktur kependudukannya. (4) Angka ketergantungan pada saat itu rendah, dalam artian jumlah penduduk belum produktif dan tidak produktif yang ditanggung oleh penduduk usia produktif cenderung mengecil. (5) Keuntungan dari kondisi demografi ini menjadi baru bisa dinikmati dengan syarat pemerintah menyiapkan generasi muda yang berkualitas tinggi melalui pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja, dan investasi. (6) Dengan generasi muda yang berkualitas, akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional. (7) Hal ini bisa terjadi oleh karena rendahnya angka ketergantungan akan mengurangi besaran biaya pemenuhan kebutuhan hidup. (8) Dengan demikian, sumber daya yang cukup sangat besar atau berlebih bisa dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga (skala kecil) dan pada akhirnya bisa memacu pertumbuhan ekonomi (skala besar). (9) Jika kondisi ini tidak dipersiapkan atau dimanfaatkan dengan baik, yang terjadi adalah masalah di bidang kependudukan, seperti pengangguran. (10) Generasi muda justru akan menjadi beban negara. (11) Bonus demografi ini merupakan peluang yang tidak mungkin kembali dalam satu generasi.
(12) Kondisi pandemi telah mengancam bonus demografi Indonesia lebih cepat dari perkiraan. (13) Bahkan, di saat Indonesia belum lagi menikmati puncak bonus seperti yang diperkirakan semula. (14) Generasi muda yang menjadi tumpuan untuk memperoleh bonus demografi banyak yang menjadi pengangguran dan ini bisa menjadi beban negara. (15) Menjadi beban negara bisa dilihat dari dua hal. (16) Pertama, karena kondisi pengangguran, pemerintah harus memberikan dukungan lewat program-program perlindungan sosial. (17) Ada anggaran yang harus dialokasikan untuk itu. (18) Kedua, karena kondisi tidak bekerja, pemerintah tidak memperoleh pemasukan lewat pajak. (19) Tabungan masyarakat yang diharapkan meningkat dan bisa digunakan untuk menggerakkan perekonomian lewat pengucuran kredit, misalnya, ternyata sulit terealisasi. (20) Kondisi ini juga memberikan kesan pemerintah belum optimal mengerjakan tugasnya dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas. (21) Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk membangkitkan perekonomian dari terjangan pandemi dengan berbagai stimulus yang mendorong konsumsi dan investasi. (22) Diperlukan program yang lebih konkret yang menyasar generasi Z dan milenial agar Indonesia bisa kembali ke jalur menikmati bonus demografi. (23) Hal yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah meningkatkan kualitas generasi Z dan milenial lewat pendidikan dan pelatihan agar mereka bisa memberi nilai tambah yang lebih baik serta bisa bertahan di tengah era yang semakin digital dan bergerak sangat cepat. (24) Tentunya supaya mereka tidak menjadi beban negara berkepanjangan.
Sumber: Kompas.id, dengan perubahan
Berikut ini yang bukan acuan untuk melihat bahwa generasi muda menjadi “beban negara” adalah ….
(1) Indonesia sejak 2015 mendapat peluang memanfaatkan bonus demografi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan. (2) Bonus tersebut akan mencapai puncaknya pada 2030—2040. (3) Secara umum, bonus demografi diartikan sebagai keuntungan yang dinikmati oleh suatu negara, dari sisi ekonomi dan pembangunan, karena kondisi besarnya proporsi penduduk usia produktif (usia 15—64 tahun) dalam struktur kependudukannya. (4) Angka ketergantungan pada saat itu rendah, dalam artian jumlah penduduk belum produktif dan tidak produktif yang ditanggung oleh penduduk usia produktif cenderung mengecil. (5) Keuntungan dari kondisi demografi ini menjadi baru bisa dinikmati dengan syarat pemerintah menyiapkan generasi muda yang berkualitas tinggi melalui pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja, dan investasi. (6) Dengan generasi muda yang berkualitas, akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional. (7) Hal ini bisa terjadi oleh karena rendahnya angka ketergantungan akan mengurangi besaran biaya pemenuhan kebutuhan hidup. (8) Dengan demikian, sumber daya yang cukup sangat besar atau berlebih bisa dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga (skala kecil) dan pada akhirnya bisa memacu pertumbuhan ekonomi (skala besar). (9) Jika kondisi ini tidak dipersiapkan atau dimanfaatkan dengan baik, yang terjadi adalah masalah di bidang kependudukan, seperti pengangguran. (10) Generasi muda justru akan menjadi beban negara. (11) Bonus demografi ini merupakan peluang yang tidak mungkin kembali dalam satu generasi.
(12) Kondisi pandemi telah mengancam bonus demografi Indonesia lebih cepat dari perkiraan. (13) Bahkan, di saat Indonesia belum lagi menikmati puncak bonus seperti yang diperkirakan semula. (14) Generasi muda yang menjadi tumpuan untuk memperoleh bonus demografi banyak yang menjadi pengangguran dan ini bisa menjadi beban negara. (15) Menjadi beban negara bisa dilihat dari dua hal. (16) Pertama, karena kondisi pengangguran, pemerintah harus memberikan dukungan lewat program-program perlindungan sosial. (17) Ada anggaran yang harus dialokasikan untuk itu. (18) Kedua, karena kondisi tidak bekerja, pemerintah tidak memperoleh pemasukan lewat pajak. (19) Tabungan masyarakat yang diharapkan meningkat dan bisa digunakan untuk menggerakkan perekonomian lewat pengucuran kredit, misalnya, ternyata sulit terealisasi. (20) Kondisi ini juga memberikan kesan pemerintah belum optimal mengerjakan tugasnya dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas. (21) Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk membangkitkan perekonomian dari terjangan pandemi dengan berbagai stimulus yang mendorong konsumsi dan investasi. (22) Diperlukan program yang lebih konkret yang menyasar generasi Z dan milenial agar Indonesia bisa kembali ke jalur menikmati bonus demografi. (23) Hal yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah meningkatkan kualitas generasi Z dan milenial lewat pendidikan dan pelatihan agar mereka bisa memberi nilai tambah yang lebih baik serta bisa bertahan di tengah era yang semakin digital dan bergerak sangat cepat. (24) Tentunya supaya mereka tidak menjadi beban negara berkepanjangan.
Sumber: Kompas.id, dengan perubahan
Kata ini yang digunakan oleh kalimat (9) merujuk pada ….
(1) Indonesia sejak 2015 mendapat peluang memanfaatkan bonus demografi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan. (2) Bonus tersebut akan mencapai puncaknya pada 2030—2040. (3) Secara umum, bonus demografi diartikan sebagai keuntungan yang dinikmati oleh suatu negara, dari sisi ekonomi dan pembangunan, karena kondisi besarnya proporsi penduduk usia produktif (usia 15—64 tahun) dalam struktur kependudukannya. (4) Angka ketergantungan pada saat itu rendah, dalam artian jumlah penduduk belum produktif dan tidak produktif yang ditanggung oleh penduduk usia produktif cenderung mengecil. (5) Keuntungan dari kondisi demografi ini menjadi baru bisa dinikmati dengan syarat pemerintah menyiapkan generasi muda yang berkualitas tinggi melalui pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja, dan investasi. (6) Dengan generasi muda yang berkualitas, akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional. (7) Hal ini bisa terjadi oleh karena rendahnya angka ketergantungan akan mengurangi besaran biaya pemenuhan kebutuhan hidup. (8) Dengan demikian, sumber daya yang cukup sangat besar atau berlebih bisa dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga (skala kecil) dan pada akhirnya bisa memacu pertumbuhan ekonomi (skala besar). (9) Jika kondisi ini tidak dipersiapkan atau dimanfaatkan dengan baik, yang terjadi adalah masalah di bidang kependudukan, seperti pengangguran. (10) Generasi muda justru akan menjadi beban negara. (11) Bonus demografi ini merupakan peluang yang tidak mungkin kembali dalam satu generasi.
(12) Kondisi pandemi telah mengancam bonus demografi Indonesia lebih cepat dari perkiraan. (13) Bahkan, di saat Indonesia belum lagi menikmati puncak bonus seperti yang diperkirakan semula. (14) Generasi muda yang menjadi tumpuan untuk memperoleh bonus demografi banyak yang menjadi pengangguran dan ini bisa menjadi beban negara. (15) Menjadi beban negara bisa dilihat dari dua hal. (16) Pertama, karena kondisi pengangguran, pemerintah harus memberikan dukungan lewat program-program perlindungan sosial. (17) Ada anggaran yang harus dialokasikan untuk itu. (18) Kedua, karena kondisi tidak bekerja, pemerintah tidak memperoleh pemasukan lewat pajak. (19) Tabungan masyarakat yang diharapkan meningkat dan bisa digunakan untuk menggerakkan perekonomian lewat pengucuran kredit, misalnya, ternyata sulit terealisasi. (20) Kondisi ini juga memberikan kesan pemerintah belum optimal mengerjakan tugasnya dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas. (21) Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk membangkitkan perekonomian dari terjangan pandemi dengan berbagai stimulus yang mendorong konsumsi dan investasi. (22) Diperlukan program yang lebih konkret yang menyasar generasi Z dan milenial agar Indonesia bisa kembali ke jalur menikmati bonus demografi. (23) Hal yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah meningkatkan kualitas generasi Z dan milenial lewat pendidikan dan pelatihan agar mereka bisa memberi nilai tambah yang lebih baik serta bisa bertahan di tengah era yang semakin digital dan bergerak sangat cepat. (24) Tentunya supaya mereka tidak menjadi beban negara berkepanjangan.
Sumber: Kompas.id, dengan perubahan
Topik utama dari bacaan di atas adalah ….
(1) Pada masa itu, Ratu Puabi atau Shub-ad dari Kerajaan Ur dikenal dengan pewarna bibirnya yang terbuat dari timah putih dan batu-batu merah. (2) Berkat sang ratu, rakyat Sumeria, baik pria maupun wanita, mulai mengadopsi penggunaan pewarna bibir dalam kehidupan mereka. (3) Bahkan, seorang […] Inggris, Sir Leonard Wooley, menemukan bahwa masyarakat Sumeria dikubur dengan kerang berisi pewarna bibir pada saat menggali Makam Kerajaan Ur (Royal Cemetary of Ur). (4) Hal ini kemudian menyebar hingga ke peradaban Mesir kuno, di tempat kosmetik digunakan sebagai penanda status sosial seseorang.
(5) Setiap hari, pria dan wanita Mesir yang berada di kelas atas mengenakan kosmetik sebagai bagian dari rutinitas mereka. (6) Mata yang dianggap sebagai bagian terpenting mendapatkan perhatian paling utama diikuti dengan bibir yang diwarna menggunakan oker yang dicampur dengan damar atau karet agar lebih tahan lama.
(7) Sebagai pencinta kosmetik, peradaban Mesir kuno cukup kreatif dengan warna lipstik mereka. (8) Pada masa itu, berbagai warna lipstik mulai dari oranye, magenta, hingga biru kehitaman bermunculan. (9) Nah, untuk mendapatkan warna ungu gelap yang kemudian dicampur dengan pewarna lainnya, rakyat Mesir menggabungkan bromine mannite dan iodin. (10) Sayangnya, campuran kedua zat ini begitu beracun sehingga lipstik mendapat julukan “ciuman kematian”.
(11) Resep ini tidak berubah hingga masa kepemimpinan Ratu Cleopatra pada 50 SM. (12) Sang ratu yang memang dikenal dengan kecantikannya menggunakan pewarna bibir yang terbuat dari lilin lebah dan semut merah yang digerus. (13) Terkadang, semut merah diganti dengan carmine, pigmen merah yang didapat dari menggerus serangga Cochineal. (14) Kemudian, untuk hasil yang lebih mengkilap, Cleopatra juga menggunakan sisik ikan sebagai lip gloss.
Sumber: Kompas.com, dengan perubahan
Kata ini yang digunakan oleh kalimat (4) merujuk pada ….
(1) Pada masa itu, Ratu Puabi atau Shub-ad dari Kerajaan Ur dikenal dengan pewarna bibirnya yang terbuat dari timah putih dan batu-batu merah. (2) Berkat sang ratu, rakyat Sumeria, baik pria maupun wanita, mulai mengadopsi penggunaan pewarna bibir dalam kehidupan mereka. (3) Bahkan, seorang […] Inggris, Sir Leonard Wooley, menemukan bahwa masyarakat Sumeria dikubur dengan kerang berisi pewarna bibir pada saat menggali Makam Kerajaan Ur (Royal Cemetary of Ur). (4) Hal ini kemudian menyebar hingga ke peradaban Mesir kuno, di tempat kosmetik digunakan sebagai penanda status sosial seseorang.
(5) Setiap hari, pria dan wanita Mesir yang berada di kelas atas mengenakan kosmetik sebagai bagian dari rutinitas mereka. (6) Mata yang dianggap sebagai bagian terpenting mendapatkan perhatian paling utama diikuti dengan bibir yang diwarna menggunakan oker yang dicampur dengan damar atau karet agar lebih tahan lama.
(7) Sebagai pencinta kosmetik, peradaban Mesir kuno cukup kreatif dengan warna lipstik mereka. (8) Pada masa itu, berbagai warna lipstik mulai dari oranye, magenta, hingga biru kehitaman bermunculan. (9) Nah, untuk mendapatkan warna ungu gelap yang kemudian dicampur dengan pewarna lainnya, rakyat Mesir menggabungkan bromine mannite dan iodin. (10) Sayangnya, campuran kedua zat ini begitu beracun sehingga lipstik mendapat julukan “ciuman kematian”.
(11) Resep ini tidak berubah hingga masa kepemimpinan Ratu Cleopatra pada 50 SM. (12) Sang ratu yang memang dikenal dengan kecantikannya menggunakan pewarna bibir yang terbuat dari lilin lebah dan semut merah yang digerus. (13) Terkadang, semut merah diganti dengan carmine, pigmen merah yang didapat dari menggerus serangga Cochineal. (14) Kemudian, untuk hasil yang lebih mengkilap, Cleopatra juga menggunakan sisik ikan sebagai lip gloss.
Sumber: Kompas.com, dengan perubahan
Pertanyaan yang mewakili keseluruhan isi teks di atas adalah ….
(1) Melarang ondel-ondel sebagai sarana mengamen tidak lantas menuntaskan masalah ondel-ondel sebagai ikon budaya DKI Jakarta. (2) Kebijakan yang diambil Pemprov DKI Jakarta dan mulai diberlakukan Rabu 24 Maret 2021 lalu itu dinilai bermasalah dan menimbulkan masalah baru. (3) Sejarawan asal Betawi Rizal menilai, Pemprov DKI tidak memahami esensi dan sejarah ondel-ondel sehingga melarang ondel-ondel “ngider” di jalanan Ibu Kota. (4) Menurut Rizal, pelarangan ondel-ondel menggunakan Perda Kebudayaan Betawi memiliki dua kesalahan mendasar. (5) Kesalahan pertama, Pemprov DKI dianggap tidak mengerti bahwa secara historis ondel-ondel memang digunakan masyarakat Betawi untuk hiburan rakyat keluar masuk kampung.
(6) Komentar miring juga dilontarkan budayawan Betawi Ridwan Saidi yang menilai pelarangan ondel-ondel sebagai sarana mengamen justru akan menimbulkan masalah pengangguran baru. (7) Sudah bagus, kata dia, masyarakat bisa mencari makan sendiri dengan mengamen menggunakan ondel-ondel, sekarang Pemprov DKI justru ingin mematikan jalur rezeki pengamen. (8) Dengan tegas Ridwan mengatakan, apabila Pemprov DKI belum bisa memberikan solusi alternatif pekerjaan bagi para pengamen ondel-ondel, jangan coba-coba untuk melarang ondel-ondel dijadikan sarana mengamen. (9) Dia meminta Pemprov DKI Jakarta bersikap bijak terhadap para pengamen ondel-ondel. (10) Sebab, ondel-ondel memang digunakan untuk menyambung hidup para seniman ondel-ondel, bagaimanapun caranya, termasuk dengan cara mengamen. (11) Pemprov DKI bisa memberikan tempat yang layak untuk pertunjukan ondel-ondel sehingga tak muncul masalah pengangguran akibat pelarangan tersebut.
Sumber: Kompas.com, dengan perubahan
Kelemahan paragraf pertama teks di atas adalah ….
(1) Melarang ondel-ondel sebagai sarana mengamen tidak lantas menuntaskan masalah ondel-ondel sebagai ikon budaya DKI Jakarta. (2) Kebijakan yang diambil Pemprov DKI Jakarta dan mulai diberlakukan Rabu 24 Maret 2021 lalu itu dinilai bermasalah dan menimbulkan masalah baru. (3) Sejarawan asal Betawi Rizal menilai, Pemprov DKI tidak memahami esensi dan sejarah ondel-ondel sehingga melarang ondel-ondel “ngider” di jalanan Ibu Kota. (4) Menurut Rizal, pelarangan ondel-ondel menggunakan Perda Kebudayaan Betawi memiliki dua kesalahan mendasar. (5) Kesalahan pertama, Pemprov DKI dianggap tidak mengerti bahwa secara historis ondel-ondel memang digunakan masyarakat Betawi untuk hiburan rakyat keluar masuk kampung.
(6) Komentar miring juga dilontarkan budayawan Betawi Ridwan Saidi yang menilai pelarangan ondel-ondel sebagai sarana mengamen justru akan menimbulkan masalah pengangguran baru. (7) Sudah bagus, kata dia, masyarakat bisa mencari makan sendiri dengan mengamen menggunakan ondel-ondel, sekarang Pemprov DKI justru ingin mematikan jalur rezeki pengamen. (8) Dengan tegas Ridwan mengatakan, apabila Pemprov DKI belum bisa memberikan solusi alternatif pekerjaan bagi para pengamen ondel-ondel, jangan coba-coba untuk melarang ondel-ondel dijadikan sarana mengamen. (9) Dia meminta Pemprov DKI Jakarta bersikap bijak terhadap para pengamen ondel-ondel. (10) Sebab, ondel-ondel memang digunakan untuk menyambung hidup para seniman ondel-ondel, bagaimanapun caranya, termasuk dengan cara mengamen. (11) Pemprov DKI bisa memberikan tempat yang layak untuk pertunjukan ondel-ondel sehingga tak muncul masalah pengangguran akibat pelarangan tersebut.
Sumber: Kompas.com, dengan perubahan
Berdasarkan isinya, dapat diketahui bahwa teks di atas berpihak pada ….
(1) Inventor muda asal Oujda, Maroko, Bilal Hammouti menyebut karya cipta teranyarnya, sebagai “masker masa depan.” Ia sangat bangga atas temuannya yang membuatnya mendapat pengakuan internasional. (2) Ciptaan Bilal yang menggemparkan ini menjadikannya sebagai juara pertama dalam kategori ‘Future Engineers’ atau “Insinyur Masa Depan” dalam sebuah kompetisi robotik internasional. (3) Ratusan orang dari 21 negara berpartisipasi dalam acara yang pada tahun ini digelar dari jarak jauh. (4) Inventor muda Maroko ini memanfaatkan waktunya dengan bijak selama lockdown karena pandemi virus corona, dengan membuat satu demi satu inovasi. (5) Hanya perlu waktu kurang dari dua bulan bagi remaja berusia 12 tahun ini untuk membuat masker tersebut, yang merupakan ciptaan terbarunya.
(Sumber: VOAIndonesia, dengan perubahan)
Penggunaan tanda baca yang salah pada teks terdapat pada kalimat ….
(1) Mobilitas dan fleksibilitas merupakan dua aspek terpenting dalam mencapai kebugaran tubuh. (2) Namun, biasanya orang hanya fokus pada latihan fleksibilitas saja. (3) Kedua hal itu memang kira-kira agak mirip, tetapi fokus latihannya sebenarnya berbeda. (4) Mobilitas adalah kemampuan sendi untuk bergerak bebas melalui berbagai gerakan tanpa rasa sakit dan tidak nyaman. (5) Sedangkan fleksibilitas adalah kemampuan otot memanjang sepenuhnya. (6) Kamu bisa melihat secara jelas bedanya ketika mengikuti kelas yoga. (7) Apabila ketika dalam satu posisi tertentu kamu gemetar dan muka memerah menahan gerakan, kemungkinan besar kamu kurang fleksibel. (7) Sementara itu, jika kamu agak sulit melakukan latihan squat secara mendalam, itu artinya kemampuan mobilitas terbatas. (8) Kurang terasahnya kedua kemampuan ini dapat menghambat gerakan dan kemampuan atletik. (9) Jadi, jika kamu ingin melatih mobilitas dan fleksibilitas, mulailah memperhatikan berbagai gerakan ketika berolahraga, dan secara aktif terus meningkatkannya. (10) Jangan melupakan sesi pemanasan dan pendinginan. (11) Peregangan dinamis sebelum latihan dan peregangan statis setelah latihan sangat efektif untuk meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas. (12) Tentu pemanasan dan pendinginan juga akan mencegah mengalami cedera yang bisa saja terjadi.
Sumber: Kompas, dengan perubahan
Hal yang dibahas pada teks di atas adalah ….
(1) Inventor muda asal Oujda, Maroko, Bilal Hammouti menyebut karya cipta teranyarnya, sebagai “masker masa depan.” Ia sangat bangga atas temuannya yang membuatnya mendapat pengakuan internasional. (2) Ciptaan Bilal yang menggemparkan ini menjadikannya sebagai juara pertama dalam kategori ‘Future Engineers’ atau “Insinyur Masa Depan” dalam sebuah kompetisi robotik internasional. (3) Ratusan orang dari 21 negara berpartisipasi dalam acara yang pada tahun ini digelar dari jarak jauh. (4) Inventor muda Maroko ini memanfaatkan waktunya dengan bijak selama lockdown karena pandemi virus corona, dengan membuat satu demi satu inovasi. (5) Hanya perlu waktu kurang dari dua bulan bagi remaja berusia 12 tahun ini untuk membuat masker tersebut, yang merupakan ciptaan terbarunya.
(Sumber: VOAIndonesia, dengan perubahan)
Kata berimbuhan yang kurang tepat untuk digunakan pada teks di atas adalah ….
The general assumption is that older workers are paid more in spite of, rather than because of, their productivity. That might partly explain why, when employers are under pressure to cut costs, they persuade a 55-year old to take early retirement. Take away seniority-based pay scales, and older workers may become a much more attractive employment proposition. But most employers and many workers are uncomfortable with the idea of reducing someone’s pay in later life – although manual workers on piece-rates often earn less as they get older. So, retaining the services of older workers may mean employing them in different ways.
One innovation was devised by IBM Belgium. Faced with the need to cut staff costs, and having decided to concentrate cuts on 55 to 60-year olds, IBM set up a separate company called Skill Team, which re-employed any of the early retired who wanted to go on working up to the age of 60. An employee who joined Skill Team at the age of 55 on a five-year contract would work for 58% of his time, over the full period, for 88% of his last IBM salary. The company offered services to IBM, thus allowing it to retain access to some of the intellectual capital it would otherwise have lost.
If the job market grows more flexible, the old may find more jobs that suit them. Often, they will be self-employed. Sometimes, they may start their own businesses: a study by David Storey of Warwick University found that in Britain 70% of businesses started by people over 55 survived, compared with an overall national average of only 19%. But whatever pattern of employment they choose, in the coming years the skills of these ‘grey workers’ will have to be increasingly acknowledged and rewarded.
(Source: Cambridge Academic)
According to the last paragraph, most of older workers in Britain who start a business…
The general assumption is that older workers are paid more in spite of, rather than because of, their productivity. That might partly explain why, when employers are under pressure to cut costs, they persuade a 55-year old to take early retirement. Take away seniority-based pay scales, and older workers may become a much more attractive employment proposition. But most employers and many workers are uncomfortable with the idea of reducing someone’s pay in later life – although manual workers on piece-rates often earn less as they get older. So, retaining the services of older workers may mean employing them in different ways.
One innovation was devised by IBM Belgium. Faced with the need to cut staff costs, and having decided to concentrate cuts on 55 to 60-year olds, IBM set up a separate company called Skill Team, which re-employed any of the early retired who wanted to go on working up to the age of 60. An employee who joined Skill Team at the age of 55 on a five-year contract would work for 58% of his time, over the full period, for 88% of his last IBM salary. The company offered services to IBM, thus allowing it to retain access to some of the intellectual capital it would otherwise have lost.
If the job market grows more flexible, the old may find more jobs that suit them. Often, they will be self-employed. Sometimes, they may start their own businesses: a study by David Storey of Warwick University found that in Britain 70% of businesses started by people over 55 survived, compared with an overall national average of only 19%. But whatever pattern of employment they choose, in the coming years the skills of these ‘grey workers’ will have to be increasingly acknowledged and rewarded.
(Source: Cambridge Academic)
According to the last paragraph, most of older workers in Britain who start a business…
The general assumption is that older workers are paid more in spite of, rather than because of, their productivity. That might partly explain why, when employers are under pressure to cut costs, they persuade a 55-year old to take early retirement. Take away seniority-based pay scales, and older workers may become a much more attractive employment proposition. But most employers and many workers are uncomfortable with the idea of reducing someone’s pay in later life – although manual workers on piece-rates often earn less as they get older. So, retaining the services of older workers may mean employing them in different ways.
One innovation was devised by IBM Belgium. Faced with the need to cut staff costs, and having decided to concentrate cuts on 55 to 60-year olds, IBM set up a separate company called Skill Team, which re-employed any of the early retired who wanted to go on working up to the age of 60. An employee who joined Skill Team at the age of 55 on a five-year contract would work for 58% of his time, over the full period, for 88% of his last IBM salary. The company offered services to IBM, thus allowing it to retain access to some of the intellectual capital it would otherwise have lost.
If the job market grows more flexible, the old may find more jobs that suit them. Often, they will be self-employed. Sometimes, they may start their own businesses: a study by David Storey of Warwick University found that in Britain 70% of businesses started by people over 55 survived, compared with an overall national average of only 19%. But whatever pattern of employment they choose, in the coming years the skills of these ‘grey workers’ will have to be increasingly acknowledged and rewarded.
(Source: Cambridge Academic)
What ways that IBM Belgium did when they need to cut their staff cost?
In rich countries, girls now do better at school than boys, more women are getting university degrees than men arc, and females arc filling most new jobs. Arguably, women are now the most powerful engine of global growth. In 1950, only one third of American women of working age had a paid job. Today two thirds do, and women make up almost half of America’s workforce. Since 1950, men’s employment rate has slid by 12 percentage points, to 77%. In fact, almost everywhere more women are employed and the percentage of men with jobs has fallen – although in some countries, the feminisation of the workplace still has far to go: in Italy and Japan, women’s share of jobs is still 40% or less.
The increase in female employment in developed countries has been aided by a big shift in the type of jobs on offer. Manufacturing work, traditionally a male preserve, has declined, while jobs in services have expanded. This has reduced the demand for manual labour and put the sexes on a more equal footing. In the developing world, too, more women now have paid jobs. In the emerging East Asian economics, forever)’ 100 men in the labour force there are now 83 women, higher even than the average in OECD countries. Women have been particularly important to the success of Asia’s export industries, typically accounting for 60- 80% of jobs in many export sectors, such as textiles and clothing.
Of course, it is misleading to talk of women’s “entry” into the workforce. Besides formal employment, women have always worked in the home, looking after children, cleaning or cooking, but because this is unpaid, it is not counted in the official statistics. To some extent, the increase in female paid employment has meant fewer hours of unpaid housework. However, the value of housework has fallen by much less than the time spent on it, because of the increased productivity afforded by dishwashers, washing machines and so forth. Paid nannies and cleaners employed by working women now also do some work that used to belong in the non-market economy.
The increase in female employment has also accounted for a big chunk of global growth in recent decades. GDP growth can come from three sources: employing more people; using more capital per worker, or an increase in the productivity of labour and capital due to new technology’. Since 1970, women have filled two new jobs for every’ one taken by a man. Back-of-the-envelope calculations suggest that the employment of extra women has not only added more to GDP than new jobs for men but has also chipped in more than either capital investment or increased productivity. Carve up the world’s economic growth a different way and another surprising conclusion emerges: over the past decade or so, the increased employment of women in developed economies has contributed much more to global growth. Women are becoming more important in the global marketplace not just as workers, but also as consumers, entrepreneurs, managers and investors. Women have traditionally done most of the household shopping, but now they have more money of their own to spend. Surveys suggest that women make perhaps 80% of consumers’ buying decisions – from health care and homes to furniture and food.
Women’s share of the workforce has a limit. In America it has already stalled. However, there will still be a lot of scope for women to become more productive as they make better use of their qualifications. At school, girls consistently get better grades and in most developed countries, well over half of all university degrees are now being awarded to women. In America 140 women enroll in higher education each year for every 100 men; in Sweden the number is as high as 150. (There are, however, only 90 female Japanese students for every 100 males.) In years to come, better educated women will take more of the top jobs. At present, for example, in Britain more women than men train as doctors and lawyers, but relatively few arc leading surgeons or partners in law firms. The main reason why women still get paid less on average than men is not that they are paid less for the same occupations, such as nursing and teaching. This pattern is likely to change.
Making better use of women’s skills is not just a matter of fairness. Plenty of studies suggest that it is good for business, too. Women account for only 7% of directors on the world’s corporate boards – 15% in America, but less than 1% in Japan. Yet a study by Catalyst, a consultancy, found that American companies with more women in senior management jobs earned a higher return on equity than those with fewer women at the top. This might be because mixed teams of men and women are better than single-sex groups at solving problems and spotting external threats. Studies have also suggested that women are often better than men at building teams and communicating.
In poor countries too, the underutilization of women stunts economic growth. A study last year by the World Economic Forum found a clear correlation between sex equality (measured by economic participation, education, health and political empowerment) and GDP per head. Correlation does not prove the direction of causation. However, other studies also suggest that inequality between the sexes harms long-term growth. In particular, there is strong evidence that educating girls boosts prosperity. It is probably the single best investment that can be made in the developing world. Not only are better educated women more productive, but they raise healthier, better educated children. There is huge potential to raise income per head in developing countries, where fewer girls go to school than boys. More than two thirds of the world’s illiterate adults are women.
“Since 1950, men’s employment rate has slid by 12 percentage points, to 77%.” (paragraph 1)
The sentence above can be restated as…
In rich countries, girls now do better at school than boys, more women are getting university degrees than men arc, and females arc filling most new jobs. Arguably, women are now the most powerful engine of global growth. In 1950, only one third of American women of working age had a paid job. Today two thirds do, and women make up almost half of America’s workforce. Since 1950, men’s employment rate has slid by 12 percentage points, to 77%. In fact, almost everywhere more women are employed and the percentage of men with jobs has fallen – although in some countries, the feminisation of the workplace still has far to go: in Italy and Japan, women’s share of jobs is still 40% or less.
The increase in female employment in developed countries has been aided by a big shift in the type of jobs on offer. Manufacturing work, traditionally a male preserve, has declined, while jobs in services have expanded. This has reduced the demand for manual labour and put the sexes on a more equal footing. In the developing world, too, more women now have paid jobs. In the emerging East Asian economics, forever)’ 100 men in the labour force there are now 83 women, higher even than the average in OECD countries. Women have been particularly important to the success of Asia’s export industries, typically accounting for 60- 80% of jobs in many export sectors, such as textiles and clothing.
Of course, it is misleading to talk of women’s “entry” into the workforce. Besides formal employment, women have always worked in the home, looking after children, cleaning or cooking, but because this is unpaid, it is not counted in the official statistics. To some extent, the increase in female paid employment has meant fewer hours of unpaid housework. However, the value of housework has fallen by much less than the time spent on it, because of the increased productivity afforded by dishwashers, washing machines and so forth. Paid nannies and cleaners employed by working women now also do some work that used to belong in the non-market economy.
The increase in female employment has also accounted for a big chunk of global growth in recent decades. GDP growth can come from three sources: employing more people; using more capital per worker, or an increase in the productivity of labour and capital due to new technology’. Since 1970, women have filled two new jobs for every’ one taken by a man. Back-of-the-envelope calculations suggest that the employment of extra women has not only added more to GDP than new jobs for men but has also chipped in more than either capital investment or increased productivity. Carve up the world’s economic growth a different way and another surprising conclusion emerges: over the past decade or so, the increased employment of women in developed economies has contributed much more to global growth. Women are becoming more important in the global marketplace not just as workers, but also as consumers, entrepreneurs, managers and investors. Women have traditionally done most of the household shopping, but now they have more money of their own to spend. Surveys suggest that women make perhaps 80% of consumers’ buying decisions – from health care and homes to furniture and food.
Women’s share of the workforce has a limit. In America it has already stalled. However, there will still be a lot of scope for women to become more productive as they make better use of their qualifications. At school, girls consistently get better grades and in most developed countries, well over half of all university degrees are now being awarded to women. In America 140 women enroll in higher education each year for every 100 men; in Sweden the number is as high as 150. (There are, however, only 90 female Japanese students for every 100 males.) In years to come, better educated women will take more of the top jobs. At present, for example, in Britain more women than men train as doctors and lawyers, but relatively few arc leading surgeons or partners in law firms. The main reason why women still get paid less on average than men is not that they are paid less for the same occupations, such as nursing and teaching. This pattern is likely to change.
Making better use of women’s skills is not just a matter of fairness. Plenty of studies suggest that it is good for business, too. Women account for only 7% of directors on the world’s corporate boards – 15% in America, but less than 1% in Japan. Yet a study by Catalyst, a consultancy, found that American companies with more women in senior management jobs earned a higher return on equity than those with fewer women at the top. This might be because mixed teams of men and women are better than single-sex groups at solving problems and spotting external threats. Studies have also suggested that women are often better than men at building teams and communicating.
In poor countries too, the underutilization of women stunts economic growth. A study last year by the World Economic Forum found a clear correlation between sex equality (measured by economic participation, education, health and political empowerment) and GDP per head. Correlation does not prove the direction of causation. However, other studies also suggest that inequality between the sexes harms long-term growth. In particular, there is strong evidence that educating girls boosts prosperity. It is probably the single best investment that can be made in the developing world. Not only are better educated women more productive, but they raise healthier, better educated children. There is huge potential to raise income per head in developing countries, where fewer girls go to school than boys. More than two thirds of the world’s illiterate adults are women.
According to the passage, what makes economy get bigger?
In rich countries, girls now do better at school than boys, more women are getting university degrees than men arc, and females arc filling most new jobs. Arguably, women are now the most powerful engine of global growth. In 1950, only one third of American women of working age had a paid job. Today two thirds do, and women make up almost half of America’s workforce. Since 1950, men’s employment rate has slid by 12 percentage points, to 77%. In fact, almost everywhere more women are employed and the percentage of men with jobs has fallen – although in some countries, the feminisation of the workplace still has far to go: in Italy and Japan, women’s share of jobs is still 40% or less.
The increase in female employment in developed countries has been aided by a big shift in the type of jobs on offer. Manufacturing work, traditionally a male preserve, has declined, while jobs in services have expanded. This has reduced the demand for manual labour and put the sexes on a more equal footing. In the developing world, too, more women now have paid jobs. In the emerging East Asian economics, forever)’ 100 men in the labour force there are now 83 women, higher even than the average in OECD countries. Women have been particularly important to the success of Asia’s export industries, typically accounting for 60- 80% of jobs in many export sectors, such as textiles and clothing.
Of course, it is misleading to talk of women’s “entry” into the workforce. Besides formal employment, women have always worked in the home, looking after children, cleaning or cooking, but because this is unpaid, it is not counted in the official statistics. To some extent, the increase in female paid employment has meant fewer hours of unpaid housework. However, the value of housework has fallen by much less than the time spent on it, because of the increased productivity afforded by dishwashers, washing machines and so forth. Paid nannies and cleaners employed by working women now also do some work that used to belong in the non-market economy.
The increase in female employment has also accounted for a big chunk of global growth in recent decades. GDP growth can come from three sources: employing more people; using more capital per worker, or an increase in the productivity of labour and capital due to new technology’. Since 1970, women have filled two new jobs for every’ one taken by a man. Back-of-the-envelope calculations suggest that the employment of extra women has not only added more to GDP than new jobs for men but has also chipped in more than either capital investment or increased productivity. Carve up the world’s economic growth a different way and another surprising conclusion emerges: over the past decade or so, the increased employment of women in developed economies has contributed much more to global growth. Women are becoming more important in the global marketplace not just as workers, but also as consumers, entrepreneurs, managers and investors. Women have traditionally done most of the household shopping, but now they have more money of their own to spend. Surveys suggest that women make perhaps 80% of consumers’ buying decisions – from health care and homes to furniture and food.
Women’s share of the workforce has a limit. In America it has already stalled. However, there will still be a lot of scope for women to become more productive as they make better use of their qualifications. At school, girls consistently get better grades and in most developed countries, well over half of all university degrees are now being awarded to women. In America 140 women enroll in higher education each year for every 100 men; in Sweden the number is as high as 150. (There are, however, only 90 female Japanese students for every 100 males.) In years to come, better educated women will take more of the top jobs. At present, for example, in Britain more women than men train as doctors and lawyers, but relatively few arc leading surgeons or partners in law firms. The main reason why women still get paid less on average than men is not that they are paid less for the same occupations, such as nursing and teaching. This pattern is likely to change.
Making better use of women’s skills is not just a matter of fairness. Plenty of studies suggest that it is good for business, too. Women account for only 7% of directors on the world’s corporate boards – 15% in America, but less than 1% in Japan. Yet a study by Catalyst, a consultancy, found that American companies with more women in senior management jobs earned a higher return on equity than those with fewer women at the top. This might be because mixed teams of men and women are better than single-sex groups at solving problems and spotting external threats. Studies have also suggested that women are often better than men at building teams and communicating.
In poor countries too, the underutilization of women stunts economic growth. A study last year by the World Economic Forum found a clear correlation between sex equality (measured by economic participation, education, health and political empowerment) and GDP per head. Correlation does not prove the direction of causation. However, other studies also suggest that inequality between the sexes harms long-term growth. In particular, there is strong evidence that educating girls boosts prosperity. It is probably the single best investment that can be made in the developing world. Not only are better educated women more productive, but they raise healthier, better educated children. There is huge potential to raise income per head in developing countries, where fewer girls go to school than boys. More than two thirds of the world’s illiterate adults are women.
Mixed teams of male and female managers are thought to be better at…
In rich countries, girls now do better at school than boys, more women are getting university degrees than men arc, and females arc filling most new jobs. Arguably, women are now the most powerful engine of global growth. In 1950, only one third of American women of working age had a paid job. Today two thirds do, and women make up almost half of America’s workforce. Since 1950, men’s employment rate has slid by 12 percentage points, to 77%. In fact, almost everywhere more women are employed and the percentage of men with jobs has fallen – although in some countries, the feminisation of the workplace still has far to go: in Italy and Japan, women’s share of jobs is still 40% or less.
The increase in female employment in developed countries has been aided by a big shift in the type of jobs on offer. Manufacturing work, traditionally a male preserve, has declined, while jobs in services have expanded. This has reduced the demand for manual labour and put the sexes on a more equal footing. In the developing world, too, more women now have paid jobs. In the emerging East Asian economics, forever)’ 100 men in the labour force there are now 83 women, higher even than the average in OECD countries. Women have been particularly important to the success of Asia’s export industries, typically accounting for 60- 80% of jobs in many export sectors, such as textiles and clothing.
Of course, it is misleading to talk of women’s “entry” into the workforce. Besides formal employment, women have always worked in the home, looking after children, cleaning or cooking, but because this is unpaid, it is not counted in the official statistics. To some extent, the increase in female paid employment has meant fewer hours of unpaid housework. However, the value of housework has fallen by much less than the time spent on it, because of the increased productivity afforded by dishwashers, washing machines and so forth. Paid nannies and cleaners employed by working women now also do some work that used to belong in the non-market economy.
The increase in female employment has also accounted for a big chunk of global growth in recent decades. GDP growth can come from three sources: employing more people; using more capital per worker, or an increase in the productivity of labour and capital due to new technology’. Since 1970, women have filled two new jobs for every’ one taken by a man. Back-of-the-envelope calculations suggest that the employment of extra women has not only added more to GDP than new jobs for men but has also chipped in more than either capital investment or increased productivity. Carve up the world’s economic growth a different way and another surprising conclusion emerges: over the past decade or so, the increased employment of women in developed economies has contributed much more to global growth. Women are becoming more important in the global marketplace not just as workers, but also as consumers, entrepreneurs, managers and investors. Women have traditionally done most of the household shopping, but now they have more money of their own to spend. Surveys suggest that women make perhaps 80% of consumers’ buying decisions – from health care and homes to furniture and food.
Women’s share of the workforce has a limit. In America it has already stalled. However, there will still be a lot of scope for women to become more productive as they make better use of their qualifications. At school, girls consistently get better grades and in most developed countries, well over half of all university degrees are now being awarded to women. In America 140 women enroll in higher education each year for every 100 men; in Sweden the number is as high as 150. (There are, however, only 90 female Japanese students for every 100 males.) In years to come, better educated women will take more of the top jobs. At present, for example, in Britain more women than men train as doctors and lawyers, but relatively few arc leading surgeons or partners in law firms. The main reason why women still get paid less on average than men is not that they are paid less for the same occupations, such as nursing and teaching. This pattern is likely to change.
Making better use of women’s skills is not just a matter of fairness. Plenty of studies suggest that it is good for business, too. Women account for only 7% of directors on the world’s corporate boards – 15% in America, but less than 1% in Japan. Yet a study by Catalyst, a consultancy, found that American companies with more women in senior management jobs earned a higher return on equity than those with fewer women at the top. This might be because mixed teams of men and women are better than single-sex groups at solving problems and spotting external threats. Studies have also suggested that women are often better than men at building teams and communicating.
In poor countries too, the underutilization of women stunts economic growth. A study last year by the World Economic Forum found a clear correlation between sex equality (measured by economic participation, education, health and political empowerment) and GDP per head. Correlation does not prove the direction of causation. However, other studies also suggest that inequality between the sexes harms long-term growth. In particular, there is strong evidence that educating girls boosts prosperity. It is probably the single best investment that can be made in the developing world. Not only are better educated women more productive, but they raise healthier, better educated children. There is huge potential to raise income per head in developing countries, where fewer girls go to school than boys. More than two thirds of the world’s illiterate adults are women.
In which paragraph does the passage mention about “women in new, expanding industries”?
In rich countries, girls now do better at school than boys, more women are getting university degrees than men arc, and females arc filling most new jobs. Arguably, women are now the most powerful engine of global growth. In 1950, only one third of American women of working age had a paid job. Today two thirds do, and women make up almost half of America’s workforce. Since 1950, men’s employment rate has slid by 12 percentage points, to 77%. In fact, almost everywhere more women are employed and the percentage of men with jobs has fallen – although in some countries, the feminisation of the workplace still has far to go: in Italy and Japan, women’s share of jobs is still 40% or less.
The increase in female employment in developed countries has been aided by a big shift in the type of jobs on offer. Manufacturing work, traditionally a male preserve, has declined, while jobs in services have expanded. This has reduced the demand for manual labour and put the sexes on a more equal footing. In the developing world, too, more women now have paid jobs. In the emerging East Asian economics, forever)’ 100 men in the labour force there are now 83 women, higher even than the average in OECD countries. Women have been particularly important to the success of Asia’s export industries, typically accounting for 60- 80% of jobs in many export sectors, such as textiles and clothing.
Of course, it is misleading to talk of women’s “entry” into the workforce. Besides formal employment, women have always worked in the home, looking after children, cleaning or cooking, but because this is unpaid, it is not counted in the official statistics. To some extent, the increase in female paid employment has meant fewer hours of unpaid housework. However, the value of housework has fallen by much less than the time spent on it, because of the increased productivity afforded by dishwashers, washing machines and so forth. Paid nannies and cleaners employed by working women now also do some work that used to belong in the non-market economy.
The increase in female employment has also accounted for a big chunk of global growth in recent decades. GDP growth can come from three sources: employing more people; using more capital per worker, or an increase in the productivity of labour and capital due to new technology’. Since 1970, women have filled two new jobs for every’ one taken by a man. Back-of-the-envelope calculations suggest that the employment of extra women has not only added more to GDP than new jobs for men but has also chipped in more than either capital investment or increased productivity. Carve up the world’s economic growth a different way and another surprising conclusion emerges: over the past decade or so, the increased employment of women in developed economies has contributed much more to global growth. Women are becoming more important in the global marketplace not just as workers, but also as consumers, entrepreneurs, managers and investors. Women have traditionally done most of the household shopping, but now they have more money of their own to spend. Surveys suggest that women make perhaps 80% of consumers’ buying decisions – from health care and homes to furniture and food.
Women’s share of the workforce has a limit. In America it has already stalled. However, there will still be a lot of scope for women to become more productive as they make better use of their qualifications. At school, girls consistently get better grades and in most developed countries, well over half of all university degrees are now being awarded to women. In America 140 women enroll in higher education each year for every 100 men; in Sweden the number is as high as 150. (There are, however, only 90 female Japanese students for every 100 males.) In years to come, better educated women will take more of the top jobs. At present, for example, in Britain more women than men train as doctors and lawyers, but relatively few arc leading surgeons or partners in law firms. The main reason why women still get paid less on average than men is not that they are paid less for the same occupations, such as nursing and teaching. This pattern is likely to change.
Making better use of women’s skills is not just a matter of fairness. Plenty of studies suggest that it is good for business, too. Women account for only 7% of directors on the world’s corporate boards – 15% in America, but less than 1% in Japan. Yet a study by Catalyst, a consultancy, found that American companies with more women in senior management jobs earned a higher return on equity than those with fewer women at the top. This might be because mixed teams of men and women are better than single-sex groups at solving problems and spotting external threats. Studies have also suggested that women are often better than men at building teams and communicating.
In poor countries too, the underutilization of women stunts economic growth. A study last year by the World Economic Forum found a clear correlation between sex equality (measured by economic participation, education, health and political empowerment) and GDP per head. Correlation does not prove the direction of causation. However, other studies also suggest that inequality between the sexes harms long-term growth. In particular, there is strong evidence that educating girls boosts prosperity. It is probably the single best investment that can be made in the developing world. Not only are better educated women more productive, but they raise healthier, better educated children. There is huge potential to raise income per head in developing countries, where fewer girls go to school than boys. More than two thirds of the world’s illiterate adults are women.
Research by the World Economic Forum shows that…
In the name of social distancing, this year’s graduation ceremonies have deviated from the norm. Students of all ages are attending commencements from their couches and accepting virtual diplomas over Zoom meeting screens. Despite the pandemic, however, one tradition has persisted—the square graduation cap, commonly known as a mortarboard hat. The hat that has been worn by European scholars since the first universities were established in the 11th century, but their early caps looked more like Amelia Earhart’s pilot cap than the square caps we know today. Early academics were often lower-rung members of the Christian clergy. They initially adopted the pileus—a round, brimless skullcap often worn by monks who had piously shaved their heads. By the 14th century, pileus caps were becoming taller and more cylindrical, similar to a modern chef’s hat but shorter. This style, the pileus rotundus, was adopted mainly by university students studying law, medicine, and the sciences.
By the middle of the 16th century, a new cap style made waves in academia: the pileus quadratus, a soft, square cap that required less fabric to make and was quickly adopted by the clergy. Soon the two styles, round vs. square, became symbols of varying prestige. At Oxford University in the 17th century, undergraduates were resigned to the older, rounded caps, while those with higher degrees were allowed to wear pileus quadratus. By 1675, aristocratic undergraduates were given permission to wear the square caps as well.
Today, American graduates still wear rounded caps, but undergraduates have firmly claimed the square cap—often called a mortarboard since they resemble the square tray bricklayers use when applying mortar. Although the square hat has a centuries-old legacy, new cap traditions are popping up across the U.S. Roughly 100 years ago, students began moving their tassel from the right side of their cap to the left after they were conferred. To this day there are no formal rules on where the tassel should be placed, but the act of moving it from one side to the other during commencement has been widely adopted. While the ways in which we observe graduation may change, the iconic four-cornered black hat will likely remain a sort of cultural shorthand for academic accomplishment—a symbol of celebration with roots going back to medieval Europe.
The square graduation cap initially adopted from…
In the name of social distancing, this year’s graduation ceremonies have deviated from the norm. Students of all ages are attending commencements from their couches and accepting virtual diplomas over Zoom meeting screens. Despite the pandemic, however, one tradition has persisted—the square graduation cap, commonly known as a mortarboard hat. The hat that has been worn by European scholars since the first universities were established in the 11th century, but their early caps looked more like Amelia Earhart’s pilot cap than the square caps we know today. Early academics were often lower-rung members of the Christian clergy. They initially adopted the pileus—a round, brimless skullcap often worn by monks who had piously shaved their heads. By the 14th century, pileus caps were becoming taller and more cylindrical, similar to a modern chef’s hat but shorter. This style, the pileus rotundus, was adopted mainly by university students studying law, medicine, and the sciences.
By the middle of the 16th century, a new cap style made waves in academia: the pileus quadratus, a soft, square cap that required less fabric to make and was quickly adopted by the clergy. Soon the two styles, round vs. square, became symbols of varying prestige. At Oxford University in the 17th century, undergraduates were resigned to the older, rounded caps, while those with higher degrees were allowed to wear pileus quadratus. By 1675, aristocratic undergraduates were given permission to wear the square caps as well.
Today, American graduates still wear rounded caps, but undergraduates have firmly claimed the square cap—often called a mortarboard since they resemble the square tray bricklayers use when applying mortar. Although the square hat has a centuries-old legacy, new cap traditions are popping up across the U.S. Roughly 100 years ago, students began moving their tassel from the right side of their cap to the left after they were conferred. To this day there are no formal rules on where the tassel should be placed, but the act of moving it from one side to the other during commencement has been widely adopted. While the ways in which we observe graduation may change, the iconic four-cornered black hat will likely remain a sort of cultural shorthand for academic accomplishment—a symbol of celebration with roots going back to medieval Europe.
“… but the act of moving it from one side to the other during commencement has been widely adopted” (3rs sentence, last paragraph)
The word it refers to …
In the name of social distancing, this year’s graduation ceremonies have deviated from the norm. Students of all ages are attending commencements from their couches and accepting virtual diplomas over Zoom meeting screens. Despite the pandemic, however, one tradition has persisted—the square graduation cap, commonly known as a mortarboard hat. The hat that has been worn by European scholars since the first universities were established in the 11th century, but their early caps looked more like Amelia Earhart’s pilot cap than the square caps we know today. Early academics were often lower-rung members of the Christian clergy. They initially adopted the pileus—a round, brimless skullcap often worn by monks who had piously shaved their heads. By the 14th century, pileus caps were becoming taller and more cylindrical, similar to a modern chef’s hat but shorter. This style, the pileus rotundus, was adopted mainly by university students studying law, medicine, and the sciences.
By the middle of the 16th century, a new cap style made waves in academia: the pileus quadratus, a soft, square cap that required less fabric to make and was quickly adopted by the clergy. Soon the two styles, round vs. square, became symbols of varying prestige. At Oxford University in the 17th century, undergraduates were resigned to the older, rounded caps, while those with higher degrees were allowed to wear pileus quadratus. By 1675, aristocratic undergraduates were given permission to wear the square caps as well.
Today, American graduates still wear rounded caps, but undergraduates have firmly claimed the square cap—often called a mortarboard since they resemble the square tray bricklayers use when applying mortar. Although the square hat has a centuries-old legacy, new cap traditions are popping up across the U.S. Roughly 100 years ago, students began moving their tassel from the right side of their cap to the left after they were conferred. To this day there are no formal rules on where the tassel should be placed, but the act of moving it from one side to the other during commencement has been widely adopted. While the ways in which we observe graduation may change, the iconic four-cornered black hat will likely remain a sort of cultural shorthand for academic accomplishment—a symbol of celebration with roots going back to medieval Europe.
The reason why today’s square cap is often called as mortarboard because …
One hundred years ago, a world recovering from a global war that had killed some 20 million people suddenly had to contend with something even more deadly: a flu outbreak. The pandemic, which became known as Spanish flu, is thought to have begun in cramped and crowded army training camps on the Western Front. The unsanitary conditions – especially in the trenches along the French border – helped it incubate and then spread. The war ended in November 1918, but as the soldiers returned home, bringing the virus with them, an even greater loss of life was just around the corner; between 50 million and 100 million people are thought to have died.
Many of the people dying from Covid-19 are succumbing to a form of pneumonia, which takes hold as the immune system is weakened from fighting the virus. This is something that it shares with Spanish flu – though it must be said that the death rate from Covid-19 is many times lower than that of Spanish flu. Older people and those with compromised immune systems – who make up the majority of those who have been killed by the disease so far – are more susceptible to infections that cause pneumonia.
Air travel was in its infancy when Spanish flu struck. But there are few places on Earth that escaped its horrific effects. Its passage across the world was slower, carried by railway and passenger steamer rather by airliners. Some places held out for months, or even years, before the flu arrived and wreaked its terrible toll. But some places did manage to keep the flu at bay, often by using basic techniques that are still being used 100 years later. In Alaska, one community on Bristol Bay escaped the flu almost unscathed. They closed schools, banned public gatherings, and shut off access to the village from the main road. It was a low-tech version of the travel restrictions that have been used in some areas today, such as China’s Hubei province and northern Italy, in an effort to stop the coronavirus spreading.
Doctors have described the Spanish flu as the “greatest medical holocaust in history”. It was not just the fact it killed so many, it was that so many of its victims were young and healthy. Normally, a healthy immune system can deal reasonably well with flu, but this version struck so quickly that it overwhelmed the immune system, causing a massive over-reaction known as a cytokine storm, flooding the lungs with fluid which became the perfect reservoir for secondary infections. Older people, interestingly, were not as susceptible, perhaps because they had survived a very similar strain of flu which had started to spread through human populations in the 1830s.
(source: BBC Future)
“In Alaska, one community on Bristol Bay escaped the flu almost unscathed.”
The word unscathed is similar to the following except …
Mobile telephones, tablets, portable video game units, and other electronic devices are ubiquitous 21st-century time killers. We can play games on them, communicate with family and friends on them, and browse the Internet on them. One would think that they would come in very handy to pass the time during a multi-hour airplane flight, where movement from one’s seat is discouraged. However, those of us who have flown during the past decade are familiar with the preflight reminder to turn off all electronic devices or keep them in “airplane mode” during the entire flight. We are warned that cellular service must be turned off because device transmissions interfere with the aircraft’s navigational equipment.
Generally speaking, in order to connect to a wireless network or cellular telephone tower, electronic devices become low-power radio wave transmitters (that often max out at 0.25 W in the case of mobile phones) that link to cellular towers and other receivers that carry the signal outward—but they also become receivers to receive inbound signals. If the tower or other receiver is relatively close by, the device does not have to use as much power to search for the tower’s signal and maintain the signal between the tower and the device. When an electronic device is in active or cellular mode, it sends out a radio signal, but when it is in airplane mode, it does not. Most airlines note that there is a chance that radio signals sent out from an electronic device could interfere with one or more of an aircraft’s important systems, such as sensors that help the aircraft’s instruments communicate with one another, navigation equipment, collision-avoidance equipment, and other forms of avionics.
In practice, however, the sensitive electronic equipment on modern aircraft is well-shielded from radio waves. Although electronic interference from mobile-phone transmissions was implicated in a crash in Switzerland in 2000 and one in New Zealand in 2003, it is much more likely that device transmissions during flight will simply annoy the flight crew. This is because the signals register on their equipment (forcing the pilots, navigators, and radio operators to work harder to read their instruments correctly), and signals are often picked up in their headphones as a muffled beeping sound—the same type of sound that comes over home stereo speakers when mobile phones containing unread text messages or e-mails are placed next to them. Thus “pilot annoyance” is most likely the reason why airlines ask people to keep their devices from transmitting during flight.
However, air travelers from all countries would like the ability to make telephone calls from the air using their own smartphones rather than using the expensive airphone service that some flights provide. One way to do this without bothering the flight crew is to keep mobile phones from transmitting the full strength of their signal by installing onboard cellular towers, called picocells, to each aircraft. Picocells provide electronic-device users with close cellular service that keeps transmission signals to a minimum. Many European air carriers use equipment from cellular service providers—such as AeroMobile—to funnel in-flight calls and provide passengers with wireless communications.
Source : https://www.britannica.com/story/why-do-you-have-to-turn-off-electronic-devices-on-an-airplane
According to the text, what does “pilot annoyance” means?
Mobile telephones, tablets, portable video game units, and other electronic devices are ubiquitous 21st-century time killers. We can play games on them, communicate with family and friends on them, and browse the Internet on them. One would think that they would come in very handy to pass the time during a multi-hour airplane flight, where movement from one’s seat is discouraged. However, those of us who have flown during the past decade are familiar with the preflight reminder to turn off all electronic devices or keep them in “airplane mode” during the entire flight. We are warned that cellular service must be turned off because device transmissions interfere with the aircraft’s navigational equipment.
Generally speaking, in order to connect to a wireless network or cellular telephone tower, electronic devices become low-power radio wave transmitters (that often max out at 0.25 W in the case of mobile phones) that link to cellular towers and other receivers that carry the signal outward—but they also become receivers to receive inbound signals. If the tower or other receiver is relatively close by, the device does not have to use as much power to search for the tower’s signal and maintain the signal between the tower and the device. When an electronic device is in active or cellular mode, it sends out a radio signal, but when it is in airplane mode, it does not. Most airlines note that there is a chance that radio signals sent out from an electronic device could interfere with one or more of an aircraft’s important systems, such as sensors that help the aircraft’s instruments communicate with one another, navigation equipment, collision-avoidance equipment, and other forms of avionics.
In practice, however, the sensitive electronic equipment on modern aircraft is well-shielded from radio waves. Although electronic interference from mobile-phone transmissions was implicated in a crash in Switzerland in 2000 and one in New Zealand in 2003, it is much more likely that device transmissions during flight will simply annoy the flight crew. This is because the signals register on their equipment (forcing the pilots, navigators, and radio operators to work harder to read their instruments correctly), and signals are often picked up in their headphones as a muffled beeping sound—the same type of sound that comes over home stereo speakers when mobile phones containing unread text messages or e-mails are placed next to them. Thus “pilot annoyance” is most likely the reason why airlines ask people to keep their devices from transmitting during flight.
However, air travelers from all countries would like the ability to make telephone calls from the air using their own smartphones rather than using the expensive airphone service that some flights provide. One way to do this without bothering the flight crew is to keep mobile phones from transmitting the full strength of their signal by installing onboard cellular towers, called picocells, to each aircraft. Picocells provide electronic-device users with close cellular service that keeps transmission signals to a minimum. Many European air carriers use equipment from cellular service providers—such as AeroMobile—to funnel in-flight calls and provide passengers with wireless communications.
Source : https://www.britannica.com/story/why-do-you-have-to-turn-off-electronic-devices-on-an-airplane
The author of the passage is primarily concerned with …
Mobile telephones, tablets, portable video game units, and other electronic devices are ubiquitous 21st-century time killers. We can play games on them, communicate with family and friends on them, and browse the Internet on them. One would think that they would come in very handy to pass the time during a multi-hour airplane flight, where movement from one’s seat is discouraged. However, those of us who have flown during the past decade are familiar with the preflight reminder to turn off all electronic devices or keep them in “airplane mode” during the entire flight. We are warned that cellular service must be turned off because device transmissions interfere with the aircraft’s navigational equipment.
Generally speaking, in order to connect to a wireless network or cellular telephone tower, electronic devices become low-power radio wave transmitters (that often max out at 0.25 W in the case of mobile phones) that link to cellular towers and other receivers that carry the signal outward—but they also become receivers to receive inbound signals. If the tower or other receiver is relatively close by, the device does not have to use as much power to search for the tower’s signal and maintain the signal between the tower and the device. When an electronic device is in active or cellular mode, it sends out a radio signal, but when it is in airplane mode, it does not. Most airlines note that there is a chance that radio signals sent out from an electronic device could interfere with one or more of an aircraft’s important systems, such as sensors that help the aircraft’s instruments communicate with one another, navigation equipment, collision-avoidance equipment, and other forms of avionics.
In practice, however, the sensitive electronic equipment on modern aircraft is well-shielded from radio waves. Although electronic interference from mobile-phone transmissions was implicated in a crash in Switzerland in 2000 and one in New Zealand in 2003, it is much more likely that device transmissions during flight will simply annoy the flight crew. This is because the signals register on their equipment (forcing the pilots, navigators, and radio operators to work harder to read their instruments correctly), and signals are often picked up in their headphones as a muffled beeping sound—the same type of sound that comes over home stereo speakers when mobile phones containing unread text messages or e-mails are placed next to them. Thus “pilot annoyance” is most likely the reason why airlines ask people to keep their devices from transmitting during flight.
However, air travelers from all countries would like the ability to make telephone calls from the air using their own smartphones rather than using the expensive airphone service that some flights provide. One way to do this without bothering the flight crew is to keep mobile phones from transmitting the full strength of their signal by installing onboard cellular towers, called picocells, to each aircraft. Picocells provide electronic-device users with close cellular service that keeps transmission signals to a minimum. Many European air carriers use equipment from cellular service providers—such as AeroMobile—to funnel in-flight calls and provide passengers with wireless communications.
Source : https://www.britannica.com/story/why-do-you-have-to-turn-off-electronic-devices-on-an-airplane
What is the main idea of paragraph 4?
Mobile telephones, tablets, portable video game units, and other electronic devices are ubiquitous 21st-century time killers. We can play games on them, communicate with family and friends on them, and browse the Internet on them. One would think that they would come in very handy to pass the time during a multi-hour airplane flight, where movement from one’s seat is discouraged. However, those of us who have flown during the past decade are familiar with the preflight reminder to turn off all electronic devices or keep them in “airplane mode” during the entire flight. We are warned that cellular service must be turned off because device transmissions interfere with the aircraft’s navigational equipment.
Generally speaking, in order to connect to a wireless network or cellular telephone tower, electronic devices become low-power radio wave transmitters (that often max out at 0.25 W in the case of mobile phones) that link to cellular towers and other receivers that carry the signal outward—but they also become receivers to receive inbound signals. If the tower or other receiver is relatively close by, the device does not have to use as much power to search for the tower’s signal and maintain the signal between the tower and the device. When an electronic device is in active or cellular mode, it sends out a radio signal, but when it is in airplane mode, it does not. Most airlines note that there is a chance that radio signals sent out from an electronic device could interfere with one or more of an aircraft’s important systems, such as sensors that help the aircraft’s instruments communicate with one another, navigation equipment, collision-avoidance equipment, and other forms of avionics.
In practice, however, the sensitive electronic equipment on modern aircraft is well-shielded from radio waves. Although electronic interference from mobile-phone transmissions was implicated in a crash in Switzerland in 2000 and one in New Zealand in 2003, it is much more likely that device transmissions during flight will simply annoy the flight crew. This is because the signals register on their equipment (forcing the pilots, navigators, and radio operators to work harder to read their instruments correctly), and signals are often picked up in their headphones as a muffled beeping sound—the same type of sound that comes over home stereo speakers when mobile phones containing unread text messages or e-mails are placed next to them. Thus “pilot annoyance” is most likely the reason why airlines ask people to keep their devices from transmitting during flight.
However, air travelers from all countries would like the ability to make telephone calls from the air using their own smartphones rather than using the expensive airphone service that some flights provide. One way to do this without bothering the flight crew is to keep mobile phones from transmitting the full strength of their signal by installing onboard cellular towers, called picocells, to each aircraft. Picocells provide electronic-device users with close cellular service that keeps transmission signals to a minimum. Many European air carriers use equipment from cellular service providers—such as AeroMobile—to funnel in-flight calls and provide passengers with wireless communications.
Source : https://www.britannica.com/story/why-do-you-have-to-turn-off-electronic-devices-on-an-airplane
It can be concluded from the text that turning off the phones during a flight is important because …
Cases in which many species become extinct within a geologically short interval of time are called mass extinctions. There was one such event at the end of the Cretaceous period (around 70 million years ago). There was another, even larger, mass extinction at the end of the Permian period (around 250 million years ago). The Permian event has attracted much less attention than other mass extinctions because mostly unfamiliar perished at that time. The fossil record shows at least five mass extinctions in which many families or marine organisms died out. The rates of extinction happening today are as great as the rates during these mass extinctions. Many scientists have therefore concluded that a sixth great mass extinction is currently in progress.
What could cause such high rates of extinction? There are several hypotheses, including warming or cooling of Earth, changes in seasonal fluctuations or ocean currents, and changing positions of the continents. Biological hypotheses include ecological changes brought about by the evolution of cooperation between insects and flowering plants or bottom-feeding predators in the oceans. Some of the proposed mechanisms required a very brief period during which all extinctions suddenly took place; other mechanisms would be more likely to have taken place more gradually, over and extended period, or at different times on different continents. Some hypotheses fail to account for simultaneous extinctions on land and in the seas. Each mass extinction may have had a different cause. Evidence points to hunting by humans and habitat destruction as the likely causes for the current mass extinction.
American palaeontologists David Raup and John Sepkoski, who have studied extinction rates in a number of fossil groups, suggest that episodes of increased extinction have recurred periodically, approximately every 26 million years since the mid-Cretaceous period. The late Cretaceous extinction of the dinosaurs and ammonoids was just one of the more drastic in a whole series of such recurrent extinction episodes. The possibility that mass extinctions may recur periodically has given rise to such hypotheses as that of a companion star with a long-period orbit deflecting other bodies from their normal orbits, making some of them fall to Earth as meteors and causing widespread devastation upon impact.
Of the various hypotheses attempting to account for the late Cretaceous extinctions, the one that has attracted the most attention in recent years is the asteroid-impact hypothesis first suggested by Luis and Walter Alvarez. According to this hypothesis, Earth collided with an asteroid with an estimated diameter of 10 kilometers, or with several asteroids, the combined mass of which was comparable. The force of collision spewed large amounts of debris into the atmosphere, darkening the skies for several years before the finer particles settled. The reduced level of photosynthesis led to a massive decline in plant life of all kinds, and this caused massive starvation first of herbivores and subsequently of carnivores. The mass extinction would have occurred very suddenly under this hypothesis.
The word extended (paragraph 2) is closest in meaning to…
The general assumption is that older workers are paid more in spite of, rather than because of, their productivity. That might partly explain why, when employers are under pressure to cut costs, they persuade a 55-year old to take early retirement. Take away seniority-based pay scales, and older workers may become a much more attractive employment proposition. But most employers and many workers are uncomfortable with the idea of reducing someone’s pay in later life – although manual workers on piece-rates often earn less as they get older. So, retaining the services of older workers may mean employing them in different ways.
One innovation was devised by IBM Belgium. Faced with the need to cut staff costs, and having decided to concentrate cuts on 55 to 60-year olds, IBM set up a separate company called Skill Team, which re-employed any of the early retired who wanted to go on working up to the age of 60. An employee who joined Skill Team at the age of 55 on a five-year contract would work for 58% of his time, over the full period, for 88% of his last IBM salary. The company offered services to IBM, thus allowing it to retain access to some of the intellectual capital it would otherwise have lost.
If the job market grows more flexible, the old may find more jobs that suit them. Often, they will be self-employed. Sometimes, they may start their own businesses: a study by David Storey of Warwick University found that in Britain 70% of businesses started by people over 55 survived, compared with an overall national average of only 19%. But whatever pattern of employment they choose, in the coming years the skills of these ‘grey workers’ will have to be increasingly acknowledged and rewarded.
(Source: Cambridge Academic)
According to the last paragraph, most of older workers in Britain who start a business…
The general assumption is that older workers are paid more in spite of, rather than because of, their productivity. That might partly explain why, when employers are under pressure to cut costs, they persuade a 55-year old to take early retirement. Take away seniority-based pay scales, and older workers may become a much more attractive employment proposition. But most employers and many workers are uncomfortable with the idea of reducing someone’s pay in later life – although manual workers on piece-rates often earn less as they get older. So, retaining the services of older workers may mean employing them in different ways.
One innovation was devised by IBM Belgium. Faced with the need to cut staff costs, and having decided to concentrate cuts on 55 to 60-year olds, IBM set up a separate company called Skill Team, which re-employed any of the early retired who wanted to go on working up to the age of 60. An employee who joined Skill Team at the age of 55 on a five-year contract would work for 58% of his time, over the full period, for 88% of his last IBM salary. The company offered services to IBM, thus allowing it to retain access to some of the intellectual capital it would otherwise have lost.
If the job market grows more flexible, the old may find more jobs that suit them. Often, they will be self-employed. Sometimes, they may start their own businesses: a study by David Storey of Warwick University found that in Britain 70% of businesses started by people over 55 survived, compared with an overall national average of only 19%. But whatever pattern of employment they choose, in the coming years the skills of these ‘grey workers’ will have to be increasingly acknowledged and rewarded.
(Source: Cambridge Academic)
“thus allowing it to retain access to some of the intellectual capital it would otherwise have lost.”
The word retain is the closest meaning to the following EXCEPT …
Although the kangaroo is Australia’s most famous indigenous species, few people outside of the country know many details about the animal. In fact, there are several different kangaroo species, including the western grey kangaroo, the eastern grey kangaroo, the red kangaroo, and the antilopine kangaroo. Though still bound together by traits characteristic of the genus Macropus, the four different types of kangaroo—also known as the four “Great Kangaroos,” as they are the largest species in the genus—can behave very differently in terms of their native habitats, activities, and migration patterns.
The eastern grey kangaroo lives, as its name implies, on the east coast of Australia. Not only is the eastern grey the most common kangaroo, but it is also the quickest, as the fastest recorded kangaroo was a large female traveling at 40 miles per hour. It is by far the most populous kangaroo species; around ten million eastern greys inhabit the continent. To put that in perspective, Australia’s current human population is only 23 million. The eastern grey prefers to inhabit large open areas of grassland, with shrubbery for daytime shelter, as it forages for food at night. Nevertheless, eastern greys have been seen in various climates, including coastal areas, woodlands, subtropical forests, and mountainous regions.
The western grey is difficult to distinguish from the eastern grey; for many years, the two were thought to belong to the same species. The western grey is distinguished, in the first place, by its habitat, on the west (rather than the east) coast of Australia. Secondly, it is different from the eastern grey in that it is a very vocal species. Mother western grey kangaroos communicate to their offspring, or joeys, with a series of clicking noises, which eastern grey mothers do not do. Though less adaptable than the eastern grey, the western grey can still be found in a variety of habitats, including grasslands, forests, or woodlands near water. Zoologists believe that the population of western grey kangaroos increased dramatically as Europeans settled in Australia, because this led to the creation of more pastures, where members of the species could find their main food source, grass.
Unlike the two species of grey kangaroos, the red kangaroo is found throughout Australia, though there is a concentration of reds in the west corner of New South Wales, in the southeastern part of the country. The red has the ability to store water for periods of time, and so does not need to inhabit the same fertile areas as its grey cousins. Instead, this species can be found in more arid climates, including scrubland and deserts. The species has a remarkable ability to find nutritious food sources even in areas that seem devoid of life. Less social and more nomadic than the grey kangaroos, the red has the distinctions of being the largest of all kangaroos, the largest mammal native to Australia, and the largest living marsupial.
Finally, the antilopine kangaroo breaks the trend among the three greats named for their color, drawing instead from a comparison to the antelope, which zoologists thought the kangaroo resembled with its distinctive appearance. Traveling in packs of up to 30 kangaroos, the antilopine inhabits the northern tropical and western regions of Australia, preferring flat, open lands, though their habitat does sometimes extend to eucalyptus woodlands. Like the eastern gray, the antilopine sleeps under the shade of shrubs during the hottest part of the day, grazing during the evenings from approximately an hour after sunset until 8am. It has the largest range of all the great kangaroo species, and is known to travel up to a third of a mile (76 hectares) from its group’s territory. In the wet season, antilopine females outnumber the males by a ratio of two to one; in the dry season, this increases to three to one.
The author discusses the term “Great Kangaroos” in paragraph 1 in order to emphasize the kangaroos’…
Suatu kantor mempunyai dua divisi yang masing-masing terdiri atas 12 orang. Satu orang dipilih dari setiap divisi. Peluang terpilihnya keduanya laki-laki adalah 5/16 . Peluang terpilih keduanya wanita adalah ….
Jika interval [a,b] adalah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan |3 – |x – 3||
Dari 7 laki-laki berbeda usia dan 10 perempuan berbeda usia akan dibentuk tim yang terdiri dari 5 laki-laki dan 5 perempuan. Tim tersebut boleh mencakup paling banyak hanya satu anggota tertua dari kalangan laki-laki atau anggota tertua dari kalangan perempuan. Dengan persyaratan tersebut, banyak cara menyusun keanggotaan tim adalah ….
Berapa banyak bilangan ratusan dengan selisih angka pertama dan terakhir sama dengan 3?